Ilustrasi kampus, Foto: Pixabay
Sedikitnya 165 mahasiswa asal China bersaing ketat memperebutkan program beasiswa Dharmasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
"Tahun ini Kemendikbud hanya menyediakan kuota 22 beasiswa Dharmasiswa kepada para pelajar China untuk belajar Bahasa Indonesia di sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia selama satu tahun," kata Atase Pendidikan (Atdik) Kedutaan Besar RI di Beijing, Yaya Sutarya, Rabu, 13 Maret 2019.
Para pelamar tersebut, kata Yaya, berasal dari berbagai perguruan tinggi negeri di beberapa kota di daratan Tiongkok, seperti Shanghai, Beijing, Guangzhou, Tianjin, Nanning, dan Changchun.
Dari 165 pelamar tersebut, peserta yang lolos persyaratan administrasi dan berhak mengikuti tes wawancara oleh Atdik sebanyak 88 orang. Tes wawancara dilakukan di KBRI Beijing sebanyak 41 orang, di KJRI Shanghai sebanyak 25 orang, dan KJRI Guangzhou sebanyak 22 orang.
"Selain tes wawancara tatap muka, kami juga menggelar tes melalui video call mengingat jauhnya keberadaan mereka dari kantor perwakilan RI," kata Yaya menambahkan.
Setelah terjaring dalam tes wawancara, 22 pelajar terpilih masih harus menjalani serangkaian tes lagi yang diadakan di Kemendikbud RI di Jakarta dan perguruan tinggi di Indonesia. Perguruan tinggi ini adalah perguruan tinggi yang menjadi pilihan para peserta.
Saat melamar, kata Yaya melanjutkan, mereka mendapatkan dua pilihan perguruan tinggi di Indonesia yang akan menjadi tempat mereka mempelajari Bahasa Indonesia selama 12 bulan.
"Pada tahun ini latar belakang para pelamar relatif berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena tidak saja mahasiswa Program Studi Bahasa Indonesia, melainkan juga jurusan lain, bahkan ada doktor ilmu politik dari Tsinghua University, perguruan tinggi ternama di China, yang tertarik melamar program tersebut," kata Yaya.
Selain dibebaskan dari biaya perkuliahan selama 12 bulan, Yaya melanjutkan, setiap penerima manfaat Dharmasiswa masih mendapatkan bantuan biaya hidup berkisar antara Rp 2.550.000 hingga Rp 2.950.000 per bulan ditambah tunjangan lain.
"Melihat antusiasme pelajar di Tiongkok ini untuk belajar Bahasa Indonesia, rasanya kalau kuotanya hanya 22 sangat kurang," ujar Yaya.
Tinggalkan Komentar