Foto: Pixabay
Perusahaan rintisan (startup) berbasis pangan sangat potensial dikembangkan di Indonesia untuk meningkatkan daya saing bangsa di era revolusi industri 4.0. Hal tersebut dikatakan Akademisi dari Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto, Kavadya Syska.
"Terlebih lagi potensi pertanian hingga peternakan dan perikanan di Indonesia melimpah, potensi itu merupakan salah satu modal besar untuk mengembangkan startup berbasis pangan," kata kavadya di Purwokerto, Jumat, 22 Februari 2019.
Kavadya Syska merupakan Koordinator Program Studi Teknologi Pangan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto. Dalam pelaksanaannya, kata Kavadnya, startup pangan akan dapat berdampingan dengan pedagang pasar tradisional.
Ia menjelaskan, startup pangan berarti perusahaan rintisan berbasis pangan mulai dari "on-farm "sampai "off-farm" bahkan bidang kajiannya tidak hanya tanaman, bisa perikanan dan peternakan.
"Upaya pengembangan startup pangan di Indonesia adalah bagian dari peningkatan daya saing bangsa untuk menciptakan wirausaha berbasis pangan sekaligus meningkatkan gairah pada sektor pangan di era revoluasi industri 4.0.," katanya.
Sektor pangan merupakan bagian fundamental dari sektor kehidupan manusia sehingga peningkatan startup pangan dengan sendirinya akan memberikan dampak terhadap ketahanan pangan dan daya saing produk pangan di Indonesia.
Startup pangan, kata Kavadnya menambahkan, dapat berbentuk agro-startup yang bisa membuka kesempatan bagi masyarakat untuk membeli cabai atau komoditas lainnya langsung dari petani.
Pemerintah dan para pihak terkait, Kavadnya melanjutkan, dapat memberikan dukungan bagi pengembangan startup berbasis pangan tersebut.
"Dukungan pemerintah terhadap agro-startup yaitu salah satunya edukasi teknologi berbasis telepon selular atau smartphone kepada petani dan pedagang," kata Kavadnya.
Selain itu, pemerintah bisa lebih banyak menyediakan pasar bersih hingga gerai-gerai khusus pengemasan.
"Bahkan bila diperlukan juga bisa buat gerai khusus untuk mengambil barang di pasar," kata Kavadnya,
Dengan berkembangkan startup berbasis pangan, Kavadnya melanjutkan, maka daya saing bangsa di era revolusi industri 4.0 akan tercapai.
"Hal ini juga dapat menjadi salah satu kado bagi Indonesia emas 2045," ujar Budi Suyanto berharap.
Tinggalkan Komentar