Schoolmedia News Jakarta, 30 Juli 2025 â Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI), Ditjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI menginisiasi penciptaan lagu anak-anak untuk jenjang PAUD dan TK dengan tema cinta. Langkah ini merupakan respons konkret terhadap gagasan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang diusung Menteri Agama Nasaruddin Umar.
âSaya ingin guru PAI PAUD-TK memiliki kontribusi nyata berupa menciptakan lagu. Lagu ini tidak perlu viral, tetapi bisa terinternalisasi ke dalam jiwa anak-anak, sehingga mereka bisa mencintai Allah, rasul, sesama, alam dan negara,â ujar Direktur PAI, M. Munir dalam Workshop Cipta Lagu PAUD-TK, dikutip dari laman resmi Kemenag, Rabu (30/7).
Workshop ini diikuti oleh pengurus dan anggota Forum Komunikasi Guru PAI PAUD-TK se-Indonesia, dengan target minimal menciptakan 10 lagu anak yang bernapaskan nilai-nilai Islam dan cinta.
Munir menjelaskan, Kurikulum Berbasis Cinta menekankan lima unsur utama: cinta kepada Allah dan Rasul, cinta ilmu, cinta kepada sesama manusia, cinta kepada alam, dan cinta kepada bangsa dan negara. Kelima nilai ini dijadikan napas utama dalam pembuatan lagu.
Dalam workshop yang berlangsung selama tiga hari tersebut, para guru didampingi oleh sejumlah musisi profesional untuk meramu lirik dan melodi lagu yang sesuai dengan usia dini. Di antara lagu-lagu yang telah diciptakan antara lain "Aku Sayang Mama Papa", "Allah Menjagaku", dan "Jingle Cinta" â yang menjadi lagu paling disukai peserta.
Berikut penggalan lirik lagu Jingle Cinta:
Cinta pada Allah dan Rasul-Nya
Selalu cinta menuntut ilmu
Cinta sesama manusia dan alam
Cinta tanah air dan bangsakuAnak Indonesia anak penuh cinta
Cinta dalam hati, cinta dalam aksi
Anak Indonesia anak penuh cinta
Cinta Allah di atas segalanya
Munir memastikan, lagu-lagu tersebut akan disempurnakan dalam beberapa minggu ke depan baik dari segi lirik maupun aransemen, sebelum dipentaskan di berbagai acara PAUD dan TK di seluruh Indonesia.
Kurikulum Cinta Jadi Penyeimbang
Direktur PAI menegaskan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta bukanlah penambahan beban pelajaran, melainkan pendekatan yang memperkuat dimensi pengalaman belajar siswa. Contoh konkretnya, dalam kegiatan menyanyi di kelas, guru dapat mengajak siswa bermusyawarah dalam kelompok, bukan tampil individu, agar nilai kolaborasi dan komunikasi ditanamkan sejak dini.
Senada dengan itu, Rusman, pakar kurikulum dari Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, menyatakan bahwa cinta dalam konteks pendidikan memiliki indikator yang kuat. âCinta itu hadir lewat penerimaan, komitmen, tindakan kasih sayang, rasa aman, hormat, keterbukaan, hingga dukungan emosional,â ujarnya.
Ia menyebut KBC bukan produk instan, tapi berdiri kokoh di atas tiga landasan utama: filosofis (Pancasila), sosiologis (keragaman Indonesia), dan psikologis (tahap perkembangan anak).
Sementara itu, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid menekankan pentingnya peran aktif guru sebagai pelaksana utama. âKebijakan ini penting, tapi tidak cukup jika hanya berhenti di dokumen. Guru harus diberi ruang untuk berinovasi,â katanya.
Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Rudi Susilana, menambahkan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta bukanlah pengganti kurikulum yang sudah ada, melainkan sebuah pengayaan. âKBC itu seperti infused water. Air putih tetap air putih, tapi diberi irisan lemon atau timun agar lebih menyegarkan. Jadi, kurikulum tetap, tapi diberi nilai-nilai kemanusiaan,â jelasnya.
Dengan pendekatan ini, Kementerian Agama terus mendorong transformasi pendidikan yang lebih humanis, kontekstual, dan berakar pada nilai-nilai spiritual serta kebangsaan.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar