Cari

Alokasikan Rp 37 Miliar, Indonesia-Inggris Kerja Sama Danai Riset Penyakit Mematikan

Foto: Pixabay

 

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemristekdikti) dan Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri Inggris melalui Newton Fund mengalokasikan dana Rp 37 miliar untuk enam penelitian terbaik mengenai penyakit menular seperti tuberkulosis, HIV, demam berdarah, dan malaria. Kerja sama tersebut berlangsung selama tiga tahun itu. Inggris menyalurkan dana Rp 32 miliar dan Indonesia menyiapkan dana Rp 5 miliar.

"Hasil kolaborasi ini akan meningkatkan ketahanan dan kesiapan Indonesia dalam menangani penyakit menular yang mematikan, termasuk melalui intervensi kebijakan maupun pengembangan teknologi farmasi dan inovasi alat medis," kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir dalam konferensi pers peluncuran kerja sama riset tersebut.di Jakarta, Senin, 13 Mei 2019.

Nasir menuturkan enam penelitian terbaik yang mendapat pendanaan riset merupakan hasil proses seleksi terbuka oleh tim pengkaji dari Indonesia dan Inggris. Seleksi tersebut dilakukan terhadap 22 proposal penelitian yang masuk.

 

Baca juga: Ada Dana Rp 990 Miliar, Kemenristekdikti Ajak Generasi Muda Lakukan Riset

 

Pendanaan riset dalam program itu antara lain diberikan untuk Dr Anom Bowolaksono dari Universitas Indonesia dan Dr Peter Barlow dari Edinburgh Napier University (Inggris). Mereka akan menguji apakah molekul cathelicidins yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh manusia dapat dimodifikasi untuk memerangi demam berdarah.

Kemudian, dana riset juga diberikan kepada Dr Isra Wahid dari Universitas Hasanuddin dan Dr Janet Cox-Singh dari University of St Andrews di Inggris untuk meneliti peran interaksi binatang dan manusia dalam penyebaran penyakit menular seperti malaria di pedalaman Sulawesi.

Lalu, Profesor Irwanto dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan Dr Keerti Gedela dari University of Chelsea & Westminster Hospital NHS Foundation Trust menerima pendanaan untuk meneliti upaya pencegahan HIV yang inovatif.

Selain itu pendanaan juga diberikan untuk penelitian mengenai diagnosis dini dan pengawasan selama masa pengobatan tuberkulosis di Bandung yang dilakukan oleh Profesor Ida Parwati dari Universitas Padjadjaran Bandung dan Profesor Taane Clark dari the London School of Hygiene & Tropical Medicine.

Profesor Tri Wibawa dari Universitas Gadjah Mada dan Dr Michael Griffiths dari University of Liverpool mendapat pendanaan untuk meneliti mengenai penggunaan peralatan molekuler yang dapat meningkatkan diagnosa penderita infeksi otak di Indonesia.

 

Baca juga: Dana Riset Masih Bertumpu APBN, Menristekdikti Dorong Industri Ikut Berkontribusi

 

Sementara, Dr Anna Rozaliyani dari Universitas Indonesia dan Dr Chris Kosmidis dari University of Manchester mendapat dana untuk mengembangkan uji diagnosis yang lebih mudah dan terjangkau untuk penyakit aspergillosis.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik menjelaskan, penyakit menular mengancam keberlangsungan hidup masyarakat dan perekonomian nasional. Melalui kerja sama riset tersebut, kata Moazzam, ilmuwan Indonesia dan Inggris bisa berkontribusi menurunkan kerawanan akibat penyebaran penyakit menular.

"Newton Fund dan Kemristekdikti dalam kemitraannya berkomitmen untuk mendanai riset-riset kolaborasi berskala internasional yang dapat memberikan kontribusi positif baik secara sosial maupun ekonomi," ujar Moazzam.

Bidang sains dan riset Inggris menempati posisi kedua dunia, dan 54 persen hasil penelitian dari negara itu masuk ke dalam kategori terbaik di dunia. Sebesar 38 persen peraih Nobel juga memilih untuk bersekolah di Inggris.

"Saya bangga kami bisa bermitra dengan ilmuwan di Indonesia untuk menghadapi isu penting di bidang kesehatan. Saya harap riset-riset terpilih ini berguna bagi masyarakat Indonesia untuk hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih makmur," tutur Moazzam.

Berita Selanjutnya
Pemkot Bogor Tingkatkan PAD untuk Sejahterakan Guru Mengaji
Berita Sebelumnya
Tingkatkan Jumlah Wirausaha, IPB Bangun Gedung Entreprenuership Center

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar