Ilustrasi amarah, Ilus: Pixabay
Psikolog anak Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jane Cindy mengatakan orang tua harus bisa memberikan contoh dan membimbing anak untuk mengenali emosinya.
"Bimbing anak mengetahui apa yang dia rasakan. Bagaimana mengungkapkan dan mengekspresikan emosi tersebut dengan tepat," kata Jane di Jakarta, Jumat, 10 Mei 2019.
Regulasi emosi yang kurang baik, kesulitan mengendalikan emosi dan kesalahan dalam mengekspresikan emosi negatif, kata Jane, dapat membuat anak melakukan kekerasan.
Baca juga: KPAI: Angka Kasus Kekerasan Tinggi Tanda Kesadaran Melapor Meningkat
Ia menambahkan kalau kemampuan menyelesaikan masalahnya kurang baik, maka anak akan susah menyusun strategi penyelesaian masalah tanpa melibatkan kekerasan.
"Yang paling penting, tentu orang tua harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak dengan tidak menampilkan sikap agresif dalam mengekspresikan kemarahan," tutur Jane.
Baca juga: Kemen PPPA Dorong RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Segera Disahkan
Menurut Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja 2018 yang dilaksanakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tiga dari empat anak-anak dan remaja menyatakan pelaku kekerasan adalah teman atau sebayanya.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa dua dari tiga anak dan remaja perempuan atau laki-laki pernah mengalami salah satu bentuk kekerasan sepanjang hidupnya. Kekerasan yang dialami cenderung tumpang tindih antara kekerasan emosional, kekerasan fisik dan kekerasan seksual.
Tinggalkan Komentar