Cari

Perusahaan Sulit Cari Tenaga Kerja, Menristekdikti: Kampus Perlu Link and Match dengan Industri

Foto: Pixabay

 

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan perguruan tinggi harus melakukan "link and match" atau keterhubungan dan penyesuaian dengan dunia industri agar lulusan yang dihasilkan terserap industri.

"Saya sering ke Kamar Dagang Indonesia (KADIN), mereka mengeluhkan susahnya mencari tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan mereka," ujar Menristekdikti saat peringatan Dies Natalis Universitas Pasundan di Bandung, Sabtu, 23 Maret 2019

Nasir menjelaskan dunia industri membutuhkan banyak tenaga kerja, akan tetapi lulusan perguruan tinggi banyak yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia industri.

Ia mengatakan ada perbedaan yang jauh antara lulusan perguruan tinggi dan kebutuhan industri. Untuk menjembatani hal itu, kata Nasir, pihaknya sudah melakukan berbagai perubahan peraturan.

 

Baca jugaPeluang Besar, Menko Perekonomian Dukung Penciptaan Tenaga Kerja di Industri Konstruksi

 

Perubahan tersebut, kata Nasir, mulai dengan diubahnya peraturan mengenai nomenklatur program studi, sehingga perguruan tinggi bisa menyelenggarakan program studi kekinian. Kemudian, pihaknya juga mengajak para praktisi untuk mengajar di perguruan tinggi.

Menurut Nasir, sekarang untuk menjadi dosen tidak lagi harus lulusan pascasarjana, tetapi bisa lulusan diploma atau sarjana yang memiliki kompetensi yang baik di bidangnya. Kompetensi tersebut disetarakan melalui Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

"Sehingga nantinya dengan diajar praktisi yang ahli dibidangnya, maka lulusan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan industri," kata Nasir.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyinggung mengenai Revolusi Industri 4.0, yang telah mengubah kehidupan manusia hingga ke tingkat paling dasar. Untuk itu, perlu adanya perubahan cara pandang dalam banyak hal.

 

Baca jugaMendikbud: Tingkat Literasi Indonesia Masih Rendah

 

Nasir juga meminta mahasiswa untuk menguasai tiga literasi yakni literasi data, literasi teknologi dan literasi bahasa.

Menurut Nasir, selama ini, data yang banyak tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Begitu juga dengan teknologi yang harus dikuasai. Sementara literasi bahasa perlu dikuasai. Ia juga meminta agar memasukkan literasi manusia, yang mana berisi dengan nilai-nilai kejujuran dan antikorupsi.

Berita Selanjutnya
SMP Tertimbun Lumpur Pascabanjir Sentani, Guru: Ujian Sekolah Belum Dilaksanakan
Berita Sebelumnya
Menristekdikti: Pembelajaran Jarak Jauh Jangkau Daerah 3T

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar