Cari

Akreditasi Program Pendidikan D3 Menjadi D4 Tetap Sama Meski Lulusan Bergelar Sarjana Terapan

Sejumlah aktivitas di Perguruan Tinggi Vokasi yang dapat di lakukan sebagai upaya peningkatan status D3 menjadi Sarjana Terapan. Fotio : Eko Schoolmedia

 

Schoolmedia News, Jakarta - Anggota Tim Pakar Pengembangan Kelembagaan Vokasi Suhendrik Hanwar menjelaskan bahwa jika Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) diberikan izin meningkatkan program D-3 menjadi D-4, maka diharapkan ke depan akreditasi prodi D-3 dan D-4 akan sama. Selanjutnya, PTV yang mengajukan peningkatan akan dievaluasi kelayakannya oleh Ditjen Diksi. Kemudian, apabila sudah memenuhi syarat, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) akan melakukan pengawasan (surveillance). 

“Keuntungan program ini adalah peringkat akreditasi boleh jadi tetap, apabila prodi yang diusulkan peringkat akreditasinya A, dan kalau memenuhi syarat, D-4-nya berakreditasi A. Kalau ada yang di bawah itu, akan disesuaikan oleh BAN-PT dalam waktu tertentu, agar akreditasinya dapat sama dengan prodi sebelumnya. Kita tetap berharap, antara akreditasi D-3 dengan D-4 sama,”tutur Suhendrik kepada Schoolmedia di Jakarta, Selasa (16/2).  Karena itu, perguruan tinggi vokasi harus mampu menjawab tantangan upgrading 

Baca Juga : D3 Menjadi D4 Dan Lulusan Bergelar Sarjana Terapan Tidak Wajib di PTV 


Menurut Dirjen Wikan, perubahan zaman harus mampu disikapi dengan adaptasi yang tinggi. Lulusan D-4 harus kompeten, baik secara kognitif, keterampilan nonteknis (soft skills), dan integritasnya. Hal Ini resep yang dinilainya harus ada dalam kurikulum D-4. Maka, pengembangan kurikulum harus berfokus pada karakter. “Jangan hanya (berkutat) di keterampilan teknis (hard skills) saja karena yang dibutuhkan industri adalah pemimpin-pemimpin di lapangan,”tegas Wikan. 

Ia menekankan beberapa aspek keterampilan nonteknis (soft skills) yang dibutuhkan lulusan masa kini seperti kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama. Ia pun memastikan bahwa proporsi pembelajaran vokasi tetap 60% praktek dan 40% teori. Oleh karena itu, Wikan mengimbau para pemimpin kampus vokasi untuk memastikan bahwa keluaran kampus tidak hanya makalah (paper) penelitian, melainkan produk nyata. “Namun, dari awal input-nya juga penting. Kalau tidak ada niat dan passion, menu D-4 seperti apapun tidak akan sukses. Maka, D-4 harus giat promosi, rebranding, dan edukasi kepada calon mahasiswa, orang tua, dan industri,”imbau Wikan. 

Wikan Sakarinto mendorong para pemimpin kampus vokasi “merancang” D-4 bersama industri selaku calon pengguna (user) lulusan. Dengan demikian, lulusan vokasi semakin dikenal karena perguruan tinggi turut mengedukasi masyarakat tentang pendidikan vokasi. Menurutnya, ketika semua politeknik dan kampus vokasi bergerak meningkatkan (upgrade) diploma tiga ke diploma empat maka industri akan menyadari dan tertarik. “Ayo kita buat (vokasi) lebih baik, jangan hanya ingin membikin ijazah diploma empat atau ijazah S-1 Terapan. Saya harap, niat bapak dan ibu membuat D-4 bukan hanya untuk asal lulus atau berjualan prodi,”tutur Wikan. 

Setidaknya, Wikan berkeinginan ada 50% mahasiswa D-4 masa depan yang berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), olahraga, seni, dan debat. “Mahasiswa jangan hanya mengejar indeks prestasi kumulatif (IPK). “Kita ingin menciptakan pemimpin masa depan, dan ini butuh mahasiswa yang kritis dan kreatif,” harapnya. 

Selanjutnya, kepada para pimpinan PTV agar tidak hanya berfokus pada kompetisi keterampilan teknis (hard skills) saja. Namun, pada aspek kognitif dan keterampilan nonteknis (soft skills) mahasiswa, sehingga mereka memiliki kemampuan yang memang dibutuhkan DUDI. “Mindset hanya hard skills mohon ditinggalkan. Kita sudah ketinggalan zaman, kita terkotak di masa lalu, bahwa vokasi bikin tukang itu salah. Vokasi bikin pemimpin, kreator, inovator. Kita menghasilkan ahli dengan level tinggi, desainer yang solutif di dunia nyata. Makanya, nanti kurikulum semester satu di D-4 itu benar-benar penguatan soft skills dan hard skills yang seimbang,”tuturnya.  

Perbedaan utama D-4 dan S-1 adalah porsi praktik yang lebih besar ketimbang teori, walaupun kedua jalur tersebut mewajibkan peserta didik merampungkan 144 sistem kredit semester (SKS). Wikan mengakui, bahwa lulusan D-4 memiliki kelebihan yaitu perolehan project protfolio, serta pengasahan keterampilan nonteknis (soft skills) dan keterampilan teknis (hard skills) yang kuat, selain ijazah dan transkrip. “Dalam piramida dunia kerja, D-4 lebih banyak dibutuhkan daripada S-1. Namun, D-4 dan S-1 sama labelnya dalam KKNI yaitu level 6 KKNI,”ucap Wikan mengingatkan. 

Penulis : Eko Schoolmedia 

Editor : Burhan Schoolmedia
 

Berita Selanjutnya
Fokus Pendidikan Vokasi Berpusat Pada Penguatan SMK D-2 Jalur Cepat
Berita Sebelumnya
Program Diploma 3 Ditingkatkan Menjadi Sarjana Terapan Bersifat Opsional

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar