Ilustrasi media sosial yang digunakan untuk menyebarkan kebencian dan berita hoaks, Foto: Pixabay
Ujaran kebencian dan hoaks yang marak beredar di media sosial tidak hanya bisa memprovokasi dan menimbulkan perpecahan, tapi juga berdampak buruk bagi psikologis, sosial, bahkan fisik masyarakat. Hal itu disampaikan psikolog anak dan keluarga Maharani Ardi Putri.
Menurutnya, hoaks dan ujaran kebencian di medsos menjadi masalah besar bagi bangsa ini. Ketika seseorang membaca berita hoaks, lanjut Maharani, secara psikologis akan terpengaruh, merasa kecewa, takut, dan benci terhadap orang yang dibicarakan dalam hoaks, padahal semuanya tidak benar. Lalu dampaknya, kata Maharani, untuk orang yang dibicarakan dalam berita hoaks itu bisa timbul perasaan malu, marah, bahkan traumatis.
"Jadi dampak psikologisnya bisa jadi pada orang yang dituju atau juga pada orang yang membaca berita hoaks tersebut," ujar Maharani yang juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Pancasila, Jumat, 18 Januari 2019.
Hoaks, lanjut Maharani, juga memberikan dampak sosial. Ketika hoaks itu menjadi viral apalagi ditimpali ujaran-ujaran kebencian, maka secara sosial perilaku yang bersangkutan pun ikut berubah. Tak hanya itu, kata Maharani, penyebaran hoaks dan ujaran kebencian juga memiliki dampak secara fisik, yaitu ketika orang menjadi merasa sedih dan depresi karena membaca informasi tersebut.
"Orang juga bisa kemudian takut untuk keluar rumah atau takut melakukan sesuatu karena berita-berita hoaks yang dia baca," kata Maharani menjelaskan.
Ia memaparkan, perkembangan teknologi yang pesat membuat sulit untuk mencegah seseorang tidak memiliki akun medsos. Untuk itu, menurutnya, keluarga berperan sangat penting dalam mengajarkan bagaimana bermedia sosial yang bijak terutama kepada anak.
"Mereka perlu diperkenalkan dengan hal-hal yang memang berpotensi menimbulkan masalah ketika itu diupload di medsos," ujarnya.
Agar lingkungan pekerjaan dan keluarga bisa hidup rukun dan damai tanpa hoaks dan ujaran kebencian, Maharani melanjutkan, perlu adanya psiko edukasi atau pendidikan medsos tentang bagaimana berinternet secara bijak. Psiko edukasi dan kampanye sebar cinta dan damai di medsos seperti ajakan #HateFreeDay harus terus digaungkan untuk menciptakan suasana aman, damai, dan nyaman, terutama pada tahun politik sekarang ini.
"Psiko edukasi bisa dilakukan dalam banyak hal yakni bisa melalui iklan layanan masyarakat, menggunakan brosur yang disebarkan atau diviralkan melalui medsos dan sebagainya," kata Maharani.
Ia melanjutkan, hal-hal negatif itu juga harus dilawan dengan hal-hal yang positif.
"Kita juga harus lebih menonjolkan berita-berita baik sehingga masyarakat sadar masih banyak hal-hal baik daripada hal-hal buruk yang sudah mereka baca," kata Maharani melanjutkan.
Ia menegaskan, hal tersebut harus dilakukan oleh setiap lapisan umur, karena cara menangkap pesan-pesan atau pendidikan mengenai medsos ini tentunya akan berbeda-beda, harus disesuaikan dengan kapasitasnya, dengan bahasa yang kita gunakan, sehingga masyarakat menjadi lebih paham.
Tinggalkan Komentar