Cari

MQKI 2025 Jadi Simbol Transformasi Digital Pendidikan Islam di Pesantren


Schoolmedia News Wajo == Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) 2025 resmi digelar di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Untuk pertama kalinya, ajang bergengsi ini diselenggarakan di luar Pulau Jawa. Lebih dari sekadar perlombaan, MQKI tahun ini hadir dengan terobosan besar: seluruh rangkaian kegiatan berbasis digital, mulai dari registrasi peserta, jalannya kompetisi, hingga proses penilaian.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, dalam sambutannya pada Gala Dinner & Pelantikan Dewan Hakim MQKI 2025, menyebut digitalisasi ini sebagai momentum penting. Menurutnya, langkah tersebut menjadi bukti bahwa pesantren Indonesia siap menjawab tantangan era transformasi teknologi.

“Digitalisasi ini bukan sekadar inovasi, melainkan wujud transparansi dan penanda kesiapan pesantren menghadapi era baru. MQKI 2025 adalah bukti nyata bahwa pendidikan Islam di Indonesia mampu menembus batas-batas geografis sekaligus bersaing di pentas global,” ujar Dirjen, Rabu (1/10/2025).

Selain menghadirkan sistem digital, MQKI 2025 juga melibatkan 89 dewan hakim, termasuk 6 hakim internasional dari berbagai negara. Kehadiran mereka menjadi penegasan bahwa MQKI bukan hanya ajang nasional, tetapi telah mendapat pengakuan di kancah internasional.

Suyitno menyebut hal ini sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kredibilitas MQKI. “Kehadiran dewan hakim internasional menjadikan MQKI ajang yang kredibel, inklusif, dan diakui dunia,” tambahnya.

Rangkaian MQKI 2025 tidak berhenti pada perlombaan membaca kitab kuning. Sejumlah kegiatan keilmuan dan keagamaan juga digelar, seperti Halakah Santri Internasional, Pameran Pesantren, hingga Masyarakat Bersholawat. Semua agenda tersebut diharapkan mampu memperkaya pengalaman peserta sekaligus mempererat silaturahmi antarbangsa.

“Kami ingin MQKI menjadi ruang perjumpaan peradaban Islam yang hidup, dinamis, dan bermanfaat bagi umat. Bukan hanya ajang unjuk prestasi, tapi juga sarana kolaborasi dan kontribusi nyata bagi kebangkitan Islam ke depan,” tegas Amien.

Dalam suasana penuh kebahagiaan, Amien juga mengajak seluruh hadirin untuk mendoakan para santri dan keluarga besar Pesantren Al-Khoziny Sidoarjo yang sedang tertimpa musibah.

“Semoga Allah SWT memberikan kekuatan, menyembuhkan yang sakit, menemukan yang masih hilang, dan menerima yang berpulang dengan husnul khatimah,” ucapnya haru.

Dirjen menutup sambutannya dengan pesan khusus bagi para peserta. Ia menekankan pentingnya menjadikan MQKI sebagai arena belajar dan membangun jejaring, bukan sekadar ajang adu kemampuan.

“Berkompetisilah dengan sportivitas dan tampilkan prestasi terbaik. Jadikan MQKI sebagai kesempatan untuk mempererat ukhuwah Islamiyah dan meneguhkan kontribusi pesantren Indonesia bagi dunia,” pungkasnya.

Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, menyebut Dewan Hakim Musabaqah Qiraatul Kutub Internasional (MQKI) 2025 memiliki peran vital sebagai pengawal kemurnian teks kitab klasik. Hal itu disampaikan Menag saat memberikan arahan dalam pelantikan Dewan Hakim MQKI 2025 di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada Rabu (1/10/2025).

Menurutnya, memahami kitab kuning tidak bisa dilepaskan dari konteks tradisi keilmuan yang melingkupinya.

“Arti sebuah kata dalam kitab klasik dapat berbeda-beda, apakah makna denotatif, konotatif, atau sesuai dengan tradisi bahasa tertentu. Karena itu, Dewan Hakim tidak hanya bertugas menilai, tetapi juga menjaga agar makna teks tetap murni sesuai otoritas keilmuan,” ujar Menag.

Ia menegaskan, Dewan Hakim yang baru saja dilantik bukan hanya juri dalam perlombaan, melainkan penjaga marwah ilmu pengetahuan Islam. Mereka memastikan setiap naskah yang dibacakan tetap memiliki legitimasi keilmuan, sehingga MQKI tidak sekadar ajang kompetisi, melainkan wahana akademik yang bermartabat.

“Pelantikan Dewan Hakim malam ini adalah simbol komitmen kita menjaga tradisi intelektual Islam. Tugas mereka sangat strategis, bukan hanya memutuskan pemenang, tapi memastikan MQKI berdiri di atas otoritas keilmuan yang benar,” jelasnya.

Tahun ini menjadi sejarah baru bagi MQKI karena untuk pertama kalinya digelar di tingkat internasional. Ribuan peserta hadir dari berbagai penjuru nusantara dan mancanegara, menjadikan Wajo sebagai pusat perhatian dunia Islam.

Menag juga meminta seluruh panitia dan Dewan Pengawas mencatat setiap kelemahan penyelenggaraan sebagai bahan evaluasi menuju MQKI internasional berikutnya.

Dalam pidatonya, Nasaruddin turut menyinggung peran pesantren sebagai benteng ilmu agama. Dengan lebih dari 42 ribu pesantren dan 32 ribu lembaga pendidikan agama di Indonesia, ia menilai MQKI dapat menjadi wahana untuk menguatkan kontribusi pesantren dalam menjawab tantangan global.

“Pesantren adalah aset bangsa yang tidak ternilai. Melalui MQKI, kita ingin pesantren tetap berakar pada tradisi keilmuan klasik, sekaligus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,” katanya.

Tim Schoolmedia 

Artikel Selanjutnya
Kemen PPPA Pastikan Layanan Psikologis dan Bantuan Hukum bagi Santri Korban Kekerasan Seksual Di Bekasi
Artikel Sebelumnya
“Salah Cetak, Salah Ajar: Mengapa Buku Bermasalah Masih Masuk ke Ruang Kelas?”

Artikel Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar