Cari

71.756 Guru Bimbingan Konseling Dilatih 7 Jurus Jadi Sahabat Murid


 Penguatan Karakter Murid Lewat 7 Jurus Bimbingan Konseling  Hebat

Schoolmedia News Jakarta ==  Pagi yang teduh di sebuah ruang pertemuan di Bogor menjadi saksi bagaimana puluhan guru duduk membentuk lingkaran kecil, mempraktikkan sebuah metode baru yang kian santer dibicarakan di dunia pendidikan: 7 Jurus BK Hebat.

Mereka tidak sedang mengikuti lokakarya biasa, melainkan bagian dari upaya nasional yang lebih besar untuk memperkuat karakter murid melalui layanan bimbingan konseling (BK) yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman.

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) kini menempatkan penguatan BK sebagai salah satu strategi utama dalam pembangunan karakter pelajar Indonesia. Di tengah meningkatnya tantangan psikologis, tekanan akademik, hingga dinamika sosial yang kompleks, guru BK diharapkan bukan hanya menjadi pengarah, tetapi juga mitra tumbuh yang memahami keseharian murid secara utuh.

“Ini bentuk perhatian pemerintah terhadap pembentukan karakter. Kebijakannya untuk semua guru, yang dimulai dari guru BK,” ujar Direktur Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru, Nunuk Suryani. Ia menegaskan pentingnya pendekatan yang membuat seluruh guru mampu berdialog dengan murid, sementara murid sendiri memahami prinsip-prinsip pengelolaan diri yang terangkum dalam tujuh jurus tersebut. “Pemerintah memikirkan agar anak-anak Indonesia menjadi lebih hebat, terutama karakternya.”

Program 7 Jurus BK Hebat memang dirancang tidak rumit. Modulnya disusun sederhana, dengan bahasa populer dan ilustrasi yang mudah diikuti. Ada tujuh komponen: Kenali Potensi, Kelola Emosi, Tumbuhkan Resiliensi, Jaga Konsistensi, Jalin Koneksi, Bangun Kolaborasi, dan Menata Situasi. Ketujuhnya dibayangkan sebagai pondasi karakter yang dapat dikenali dan dipraktikkan oleh murid dari jenjang dasar hingga menengah.

Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Putra Asga Elevri, memaparkan bagaimana modul ini sengaja dibuat luwes agar dapat digunakan siapa saja di sekolah. “Bahasa psikologis populer disederhanakan dalam bentuk gambar, agar mudah dipahami dan diterapkan dalam aktivitas sehari-hari,” ujar Asga. Di Bogor, Selasa (18/11), ia menekankan bahwa pendekatan ini tidak hanya untuk guru BK. “Kami ingin kemampuan praktis guru—semua jenis guru—bisa memahami bagaimana melihat potensi anak, membantu mereka mengelola emosi, dan membangun resiliensi.”

Visi besar itu terletak pada keyakinan bahwa pendidikan karakter tidak cukup diajarkan, tetapi harus dihidupkan. Guru BK menjadi motor penggerak, namun seluruh guru di sekolah perlu menginternalisasi nilai yang sama agar lingkungan belajar terasa konsisten bagi murid.

1200 Fasilitator Nasional Disiapkan

Untuk menggerakkan program secara masif, Kemendikdasmen menyiapkan jaringan fasilitator berlapis. Sebanyak 1.200 fasilitator nasional—terdiri dari guru BK, kepala sekolah, pengawas, dan dosen—telah ditunjuk sebagai penggerak utama. Mereka diperkuat oleh 18.000 fasilitator daerah yang seluruhnya merupakan guru BK aktif dari berbagai jenjang.

Di lapangan, para fasilitator inilah yang melatih, membimbing, dan memastikan implementasi jurus-jurus tersebut dapat diadaptasi oleh sekolah-sekolah. Berdasarkan data Oktober 2025, sebanyak 18.166 guru BK telah mengikuti pelatihan program BK Kemendikdasmen, atau sekitar 25,32 persen dari total 71.756 guru BK nasional.

Namun targetnya jauh lebih luas: program ini diharapkan dapat mengimbas 270.000 guru, termasuk guru mata pelajaran dan guru kelas. Dengan demikian, pendekatan karakter tidak berhenti di ruang BK, tetapi meresap ke dalam seluruh ekosistem sekolah.

Pelatihan Berjenjang Dengan Pendekatan Sosiologi

Pelatihan 7 Jurus BK Hebat mengikuti ritme berjenjang yang ketat. Para peserta harus mempelajari modul setiap jurus selama satu minggu melalui Learning Management System (LMS). Setelah itu, mereka melakukan praktik lewat bahan tayang yang disiapkan tim kurikulum. “Untuk fasilitator daerah, mereka harus mempraktikkan dua dari tujuh jurus sebelum diakui sebagai fasda,” ujar Asga.

Praktik ini menjadi bagian krusial. Bukan hanya menilai pemahaman teoretis, tetapi memastikan para guru dapat menghidupkan jurus tersebut dalam dinamika keseharian murid.

Salah satu yang melakukan hal itu adalah Siti Robiah Dalima Pakki, Koordinator BK di SMA Negeri 7 Bogor sekaligus fasilitator nasional. Ia telah mengimbaskan materi kepada koleganya dan menerapkan jurus pertama—Kenali Potensi—dalam pendampingan murid kelas 10 hingga 12.

“Di kelas 12, anak-anak sangat concern pada pemilihan jurusan. Kami mengawal itu sejak kelas 10, salah satunya melalui psikotes untuk menggali minat, bakat, dan gaya belajar,” ujarnya. Baginya, jurus ini membantu guru memahami tidak hanya kemampuan akademik, tetapi cara terbaik murid belajar dan berkembang.

Lebih Dekat Dengan Murid

Salah satu kritik umum pada layanan BK selama ini adalah jaraknya dengan keseharian murid. Kerap dipersepsikan sebagai ruang “pemanggilan” ketika ada masalah, BK sering kali tidak hadir sebagai dukungan psikologis yang memadai. Program 7 Jurus BK Hebat berupaya memutus paradigma itu.

Dengan bahasa sederhana dan aktivitas yang aplikatif, murid diajak memahami dirinya sendiri secara lebih positif: bagaimana merespons situasi penuh tekanan, cara membangun kebiasaan konsisten, atau strategi menghadapi konflik sosial di sekolah. Guru pun diharapkan lebih peka terhadap kondisi murid, terutama di era pascapandemi yang masih memunculkan banyak gejala kecemasan, kesepian, atau tekanan akademik.

Pendekatan ini juga menempatkan guru sebagai “pendamping karakter”, bukan sekadar pengajar mata pelajaran. Jika pendekatan ini berhasil diterapkan secara luas, budaya sekolah yang lebih hangat, suportif, dan aman bagi murid dapat terbentuk.

Melalui program ini, Kemendikdasmen menegaskan kembali komitmennya membangun generasi Indonesia yang tidak hanya berprestasi akademik, tetapi juga tangguh menghadapi kompleksitas masa depan. Peran fasilitator, guru BK, dan guru mata pelajaran menjadi bagian dari gerakan besar untuk membumikan pendidikan karakter pada praktik nyata.

“Diharapkan semua guru bisa berdialog, dan semua murid bisa memahami tujuh jurus ini,” kata Nunuk. Ia percaya bahwa penguatan karakter bukan sekadar program, tetapi pijakan agar anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, resilien, dan memiliki kemampuan mengelola diri.

Dalam dinamika perubahan dunia yang cepat, upaya memperkuat bimbingan konseling menjadi langkah strategis. Jika 7 Jurus BK Hebat benar-benar hidup di sekolah-sekolah, maka murid tidak hanya belajar matematika, bahasa, atau sains—mereka juga belajar menjadi manusia yang memahami dirinya, menghadapi tantangan, dan terhubung secara sehat dengan lingkungannya.

Dan mungkin di masa depan, ruang-ruang kelas itu tidak lagi hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga tempat yang membentuk generasi Indonesia yang lebih kuat dari sisi karakter.

Tim Schoolmedia

Artikel Sebelumnya
Penguatan Kompetensi Guru Vokasi Hadapi Industri 4.0 dan Kuasai Kecerdasan Buatan

Artikel Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar