Ketika Ruang Ballroom Disulap Menjadi Satuan PAUD, Microteaching Hidupkan TOT Pembelajaran Mendalam STEAM
Schoolmedia News Jakarta - Pagi yang cerah, mentari menyelinap melalui tirai tipis ballroom sebuah hotel di pusat Kota Tangerang, Banten. Ruangan yang biasanya diisi deretan kursi dan meja konferensi kini tampak berbeda: lantainya ditutupi karpet warna-warni, sudut-sudut ruangan diisi dengan blok-balok konstruksi, alat seni, dan rak buku anak. Suasana begitu hangat dan mengundang gairah belajar sambil bermain. Ballroom itu telah disulap menjadi ruang belajar untuk anak usia dini, lengkap dengan suasana menyenangkan dan penuh keajaiban.
Inilah panggung dari kegiatan microteaching yang tak biasaââ¬âsebuah inisiatif kolaboratif yang melibatkan 10 anak dari TK Negeri Pembina Tangerang, seorang guru tamu yang belum mereka kenal, dan pendekatan pembelajaran mendalam berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics). Dalam ruang sementara yang menjelma menjadi satuan pendidikan anak usia dini, berlangsung proses belajar yang sungguh menyentuh: anak-anak bukan hanya belajar, tapi mengalami dan merasakan.
Serunya Aktivitas Microteaching
Suasana hangat dan menyenangkan langsung terasa ketika Ibu Iis Farida dari PAUD Bunda Ganesha ITB Bandung menyambut mereka dengan senyum lebar dan pelukan hangat. Kedua pendidik ini membawa semangat kolaborasi dan pembelajaran mendalam yang tak hanya bermain, tapi juga mengajak anak berpikir, merasakan, dan mencipta.
Anak-anak diajak memilih satu dari empat topik STEAM yang telah disiapkan dengan penuh cinta dan kreativitas. Masing-masing topik dirancang untuk merangsang rasa ingin tahu, berpikir kritis, dan keterampilan sosial-emosional mereka.
1. Ceritakan Adegan Favoritmu dari Buku Cerita "Namaku Kali"
Di sudut cerita, anak-anak duduk melingkar di atas karpet bermotif ombak. Ibu Citra membuka buku "Namaku Kali" dan membacakannya dengan ekspresi penuh penghayatan. Setelah cerita usai, anak-anak diajak mengingat adegan favorit mereka. âApa bagian yang paling kamu sukai?â tanya Ibu Iis sambil menyodorkan beberapa gambar dari buku. Anak-anak kemudian menuangkan ide mereka dalam bentuk gambar, mini drama, atau cerita ulang dengan kata-kata mereka sendiri. Dari kegiatan ini, anak-anak belajar mengekspresikan pendapat, memahami emosi, dan melatih literasi awal.
2. Yuk Kita Pasangkan Jumlah Daun dan Batu
Meja eksplorasi alam penuh dengan daun kering beragam bentuk dan batu kecil warna-warni. Ibu Iis memandu anak-anak untuk memadankan jumlah daun dengan jumlah batu secara visual dan taktil. Anak-anak mencoba membuat pola, menghitung, dan bahkan mengelompokkan benda berdasarkan ukuran atau warna. Kegiatan ini melatih kemampuan kognitif dasar matematika, serta memperkenalkan konsep numerasi dan klasifikasi yang menyenangkan.
3. Seberapa Kuatkah Bendunganmu?
Dengan bahan-bahan sederhana seperti tanah liat, batu kecil, stik es krim, dan air, anak-anak ditantang membangun miniatur bendungan. Ibu Citra menjelaskan fungsi bendungan secara sederhanaâsebagai penahan dan pengatur aliran air. Lalu anak-anak mulai merancang dan membangun bendungan versi mereka sendiri. Saat air dituangkan, mereka mengamati apakah bendungannya kuat atau perlu diperbaiki. Dari kegiatan ini, anak belajar tentang rekayasa dasar, observasi, dan pentingnya bekerja sama untuk menyelesaikan tantangan.
4. Seperti Apa Perahu Buatanmu?
Di meja lain, anak-anak disambut berbagai bahan seperti daun, spons, gabus, kertas alumunium, dan sedotan. Tugas mereka adalah merancang dan membuat perahu yang bisa mengapung di air. Ibu Iis mengajak anak-anak berdiskusi: bahan mana yang ringan? Apa yang membuat perahu bisa terapung? Setelah membuat, mereka menguji perahunya di kolam kecil yang disiapkan. Aktivitas ini menumbuhkan rasa ingin tahu tentang sains, mendorong kreativitas, dan memberi ruang untuk trial and error.
Sambutan Hangat di Gerbang Ballroom
Pukul delapan pagi, satu per satu anak-anak datang dengan langkah kecil mereka, menggenggam tangan orang tua. Mereka disambut oleh seorang guru perempuan dengan senyum hangat dan pelukan ramah. Walau tidak mengenal sosok guru itu sebelumnya, sambutannya yang tulus berhasil mencairkan kecanggungan. Selamat pagi, teman kecilku! Hari ini kita akan bermain dan belajar bersama, yuk kita mulai petualangan kita! katanya ceria.
Tak lama, ballroom yang semula hening berubah menjadi ruang penuh suara tawa dan obrolan polos. Anak-anak melepas sepatu, menyimpan tas, lalu berkeliling ruang, menjelajahi setiap sudut yang menarik perhatian mereka.
Salah satu prinsip dalam pembelajaran mendalam yang diterapkan hari itu adalah memberikan ruang pada anak untuk memilih kegiatan bermain sambil belajar dengan metode STEAM. Di tengah ruangan, tersedia berbagai pusat aktivitas âada pojok konstruksi dengan balok kayu dan lego, sudut seni dengan kuas dan cat air, serta meja eksplorasi sains sederhana berisi air, magnet, dan kaca pembesar.
Tanpa arahan ketat, anak-anak bebas memilih aktivitas yang mereka sukai. Raka, misalnya, langsung menuju pojok seni dan mulai melukis pelangi. Sementara itu, Freya dan Farhan bekerja sama membuat perahu dari balok kayu. Guru tidak mendominasi, melainkan mengamati dan sesekali menyapa, mendorong anak-anak berdialog tentang apa yang mereka buat. Apa yang kamu bangun, Farhan ? Bagaimana kamu bisa membuatnya berdiri tegak?
Interaksi ini bukan sekadar basa-basi; guru memanfaatkan momen untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan komunikasi anak. Inilah yang disebut pembelajaran mendalam âanak tidak sekadar menghafal, melainkan memahami, mengeksplorasi, dan merasakan pengalaman belajar secara utuh.
Memulai dengan Doa dan Rasa Syukur
Setelah sekitar 30 menit eksplorasi bebas, guru mengajak anak-anak berkumpul di lingkaran besar. Semua duduk bersila, tangan di pangkuan, dan suasana menjadi tenang. Guru memimpin doa singkat, memandu anak-anak untuk bersyukur atas hari yang baru.
ââ¬ÅTerima kasih Tuhan atas teman-teman yang baik, atas ruang yang indah, dan atas kesempatan bermain dan belajar hari ini,ââ¬Â ucapnya perlahan, diikuti oleh anak-anak dengan suara pelan namun penuh antusias. Doa ini menjadi transisi lembut dari kegiatan bebas menuju proses pembelajaran yang lebih terstruktur, namun tetap menyenangkan.
STEAM yang Membuat Anak Suka dan Bahagia. Kegiatan inti dimulai dengan pendekatan STEAM yang dirancang untuk menggugah rasa ingin tahu anak-anak. Tema hari itu Namaku Kali. Ibu Iis memandu dengan cerita pendek tentang cover buku yang ingin membantu hewan-hewan menyeberangi sungai.
Dari cerita itu, anak-anak diajak membuat jembatan mini menggunakan berbagai bahan: sedotan, stik es krim, benang, dan plastisin. Mereka diajak berpikir bagaimana membuat jembatan yang kuat dan bisa dilalui ââ¬Åbinatang mainanââ¬Â.
Setiap kelompok kecil berdiskusi, bereksperimen, dan mencobaââ¬âkadang gagal, lalu mencoba lagi. Rasa bahagia memancar dari wajah-wajah mereka. Ketika jembatan berhasil berdiri, terdengar sorak sorai kecil: ââ¬ÅBerhasil! Lihat, bonekanya bisa lewat!ââ¬Â
Dalam satu kegiatan, anak-anak belajar tentang sains (kekuatan dan keseimbangan), teknologi (menggunakan alat bantu), teknik (merancang dan membangun), seni (menghias jembatan), dan matematika (mengukur dan membandingkan panjang bahan). Tapi mereka tak merasa sedang ââ¬Ådiajarââ¬Âââ¬âmereka merasa sedang bermain dan menciptakan sesuatu yang berarti.
Guru sebagai Fasilitator Emosi dan Ide
Menariknya, guru yang tidak dikenal anak-anak sebelumnya berhasil masuk ke hati mereka. Ia tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga membangun ikatan emosional. Ia mendengarkan cerita anak-anak, memvalidasi perasaan mereka, dan mengajak mereka berpikir dengan pertanyaan terbuka.
ââ¬ÅMenurutmu, kenapa jembatan ini jatuh?ââ¬Â
ââ¬ÅKita bisa coba cara lain, ya. Kira-kira, apa yang bisa kita tambahkan agar lebih kuat?ââ¬Â
Peran guru di sini berubah menjadi fasilitatorââ¬âbukan pengarah mutlak, tetapi mitra dalam eksplorasi. Anak-anak merasa dihargai, merasa aman untuk mencoba dan gagal, dan yang paling penting: merasa senang.
Ruang Sementara, Pengalaman Abadi
Meskipun berlangsung hanya beberapa jam di ruang ballroom yang sementara, pengalaman microteaching ini memberi kesan yang dalam. Anak-anak pulang dengan senyum lebar, membawa hasil karya mereka, dan cerita yang ingin mereka bagi kepada orang tua.
ââ¬ÅBu, besok aku mau bikin jembatan lagi!ââ¬Â kata seorang anak sambil menggenggam erat jembatan mini buatannya.
Guru, panitia, dan pengamat pendidikan yang hadir hari itu sepakat: ruang bukanlah batas, asal proses belajar dirancang dengan hati dan metode yang tepat. Melalui pendekatan pembelajaran mendalam dan metode STEAM, bahkan ballroom hotel pun bisa menjadi taman bermain dan belajar yang luar biasa.
Microteaching ini lebih dari sekadar simulasi mengajar. Ia adalah refleksi dari arah pendidikan masa depan, di mana anak-anak tidak sekadar duduk dan mendengarkan, tetapi hidup dalam pengalaman belajar yang bermakna. Di tengah ruang yang tak biasa, anak-anak menemukan semesta kecil tempat mereka belajar tentang dunia, dan yang lebih pentingââ¬âtentang diri mereka sendiri.
Konsep Microteaching dalam ToT Deep Learning Berbasis STEAM
Apa itu Microteaching?
Microteaching adalah simulasi mengajar dalam skala kecil, biasanya dalam waktu dan peserta terbatas, yang bertujuan untuk melatih keterampilan mengajar secara spesifik. Dalam pelatihan ToT, microteaching memungkinkan para calon tutor:
Mendemonstrasikan praktik pengajaran
Mendapatkan umpan balik langsung
Merefleksikan proses mengajar
Meningkatkan keterampilan pedagogik dan metodologis
Tujuan Microteaching dalam ToT Deep Learning
1. Menerjemahkan teori menjadi praktik: Tutor memahami bagaimana menerapkan prinsip pembelajaran mendalam dalam skenario nyata.
2. Menguji desain pembelajaran berbasis STEAM: Tutor menguji efektivitas rencana pembelajaran yang menggabungkan pendekatan Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics.
3. Membangun kompetensi pelatih: Tutor tidak hanya mampu mengajar anak didik, tetapi juga melatih guru lain dengan metode serupa.
Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) dalam Konteks Microteaching sangat tepat untuk dilakukan. Pembelajaran mendalam tidak hanya berfokus pada hafalan, tetapi pada Analisis dan refleksi, Keterlibatan emosional dan intelektual, Koneksi antar konsep dan Penerapan dalam kehidupan nyata.
Dalam microteaching, para tutor dirancang untuk merancang dan menyampaikan sesi pembelajaran yang mendorong pertanyaan terbuka dan eksploratif. Memfasilitasi penemuan dan pemecahan masalah dan membangun kolaborasi dan kreativitas.
STEAM sebagai Metode Microteaching sangat tepat untuk diterapkan. STEAM menjadi pendekatan yang sangat cocok untuk pembelajaran mendalam karena sifatnya yang interdisipliner atau mengintegrasikan beberapa bidang keilmuan. Berbasis proyek karenavmendorong pembelajaran aktif dan kontekstual. Kreatif dan inovatif yang melibatkan eksplorasi seni sebagai media berpikir kritis.
Tutor diminta untuk menyusun rencana pembelajaran berbasis proyek STEAM. Menyimulasikan pengajaran kepada rekan atau kelompok kecil. Mendemonstrasikan keterampilan fasilitasi (bukan sekadar instruksi) dan mengintegrasikan refleksi siswa dalam kegiatan harian mereka di sekolah.
Struktur Microteaching dalam Pelatihan ToT
Berikut gambaran tahapan microteaching dalam pelatihan untuk 68 tutor BPMP :
Tahap Deskripsi
1. Perencanaan.Tutor menyusun skenario pembelajaran STEAM berbasis deep learning
2. Simulasi (10-20 menit). Tutor mempraktikkan pengajaran kepada kelompok kecil (4-10 orang)
3. Observasi dan Dokumentasi. Peserta lain mengamati dengan instrumen observasi pedagogis.
4. Umpan Balik dan Refleksi. Diskusi terbuka, pemberian saran, dan refleksi tutor atas praktik mengajarnya
5. Revisi & Remedial Tutor memperbaiki strategi atau pendekatan berdasarkan evaluasi
Contoh Praktik Microteaching STEAM
Tema: "Air Bersih untuk Kehidupan"
Subjek: Sains + Teknologi + Seni
Aktivitas: Siswa diminta membuat alat penyaring air sederhana. Menjelaskan proses filterisasi secara ilmiah. Mendesain poster edukatif tentang pentingnya air bersih dan mendiskusikan dampak sosial lingkungan.
Tutor harus memfasilitasi diskusi kolaboratif. Mendorong eksplorasi konsep,
Menghubungkan pengetahuan dengan konteks lokal. Manfaat Microteaching Bagi Tutor BPMP. Mengasah keterampilan komunikasi instruksional.
Meningkatkan kepercayaan diri dalam memfasilitasi pembelajaran aktif. Menyesuaikan pendekatan dengan konteks PAUD dan pendidikan dasar. Siap menjadi pelatih yang mendorong inovasi di wilayah kerja masing-masing.
Peliput: Awang dan Wisnu
Penyunting : Eko Harsono
Tinggalkan Komentar