Cari

IPB Gandeng Baznas Selenggarakan The Islamic Economics Winter Course 2019

Prof. Iskandar Zulkarnain Siregar, Direktur Program International (ICO) mewakili Rektor IPB University. Foto: ipb.ac.id

 

SCHOOLMEDIA NEWS, Bogor - Departemen Ekonomi Syariah (Dept. Eksyar) , Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), IPB bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menyelenggarakan The Islamic Economics Winter Course (IEWC) di Kampus IPB Dramaga  mulai Senin (14/10/2019) hingga Sabtu (19/10/2019).  

Acara dibuka oleh Direktur Program International (ICO), Iskandar Zulkarnain Siregar,  mewakili Rektor IPB. Dalam sambutannya  Iskandar menyampaikan bahwa saat ini IPB  menyelenggarakan berbagai summer course dengan berbagai topik yang diselenggarakan salah satunya kegiatan yang digelar ini. Sebagai informasi, tahun  ini ada 16 course dan tahun depan jumlahnya tetap atau akan bertambah. 

“Topik yang digelar dalam kegiatan ini sangat relevan dengan isu yang berkembang yaitu salah satunya filosofi perekonomian Islam. Kita akan membahas agenda berikutnya dengan Departemen Eksyar tidak hanya tentang keilmuan namun juga kerjasama internasional yang kemungkinan dapat dikembangkan lebih lanjut,” tutur Guru Besar IPB ini.

Hadir sebagai pembicara kunci, Ketua Baznas, Bambang Sudibyo, menyinggung tentang isu-isu global terkait perbankan dan keuangan syariah baik dari aspek ekonomi maupun syariah serta isu-isu keuangan inklusif  dan sosial syariah. Menurut Bambang dari berbagai data yang dianalisis menunjukkan menguatnya optimisme masa depan ekonomi Islam, termasuk dalam hal pengelolaan zakat nasional yang cerah.

Baca juga: Industri Material Kehutanan Masa Depan Perlu Diperkuat

“Populasi muslim saat ini sekitar 22 persen dari populasi dunia, dan diantara semua agama di dunia, pertumbuhan pemeluk Islam adalah yang terbesar. Dengan Pertumbuhan populasi yang cepat ini, diperkirakan pada tahun 2060 jumlah muslim sudah menjadi besar,” jelasnya mengawali materi yang berjudul "The Role of Zakat in the Contemporary Development of Islamic World", melansir ipb.ac.id.

Tren perkembangan demograsi ini berdampak besar pada potensi dan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah, termasuk di dalamnya zakat. 

“Misalnya, sistem keuangan syariah dunia yang pada 2017 nilainya hanya USD2,438 miliar, pada 2023 diperkirakan akan menjadi USD3,809 miliar. Bisnis makanan halal yang nilainya hanya USD1,303 miliar pada tahun 2017, pada tahun 2023 diperkirakan menjadi USD1,863 miliar, wisata perjalanan halal di tahun 2017 nilainya hanya USD177 miliar, kelak di tahun 2023 diperkirakan naik menjadi USD274 miliar,” tambahnya.

Sektor ekonomi syariah menjadi salah satu sektor yang memiliki tren pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan sektor lain. Produk halal meningkat pesat yaitu meliputi makanan halal, fashion syariah, travel halal, media dan rekreasi halal, obat-obatan dan kosmetika halal. Hal ini berarti bahwa masa depan perekonomian Islam sangat gemilang dan sejalan pula dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan dunia salah satunya melalui zakat.

Menurut  Bambang, pemerintah saat ini sangat berambisi untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat ekonomi syariah dunia pada tahun 2023.

Baca juga:  Upaya Heroik Yason dan Titus Saat Kerusuhan Papua Mendapat Penghargaan

"Implementasinya dengan dibentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang hadir sebagai katalisator dalam upaya mempercepat, memperluas dan memajukan pengembangan ekonomi syariah dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi nasional," tambah Bambang. 

Peningkatan tren pertumbuhan ekonomi syariah yang cepat ini perlu didukung dengan kesiapan sumberdaya manusia (SDM) yang unggul untuk memberikan dukungan bagi industri-industri yang bergerak dalam sektor ekonomi syariah. Irfan Syauqi Beik selaku Direktur Distribusi dan Utilisasi Baznas yang juga mantan Ketua Departemen Eksyar IPB  menyatakan bahwa perlu dilakukan suatu pelatihan dan kursus untuk meningkatkan skill dan kemampuan sumberdaya manusia dalam bidang ekonomi syariah. 

“IEWC merupakan kursus singkat ekonomi syariah secara komprehensif. Peserta juga difasilitasi untuk mengunjungi secara langsung industri-industri kunci dalam sektor ekonomi syariah. Peserta akan diajak untuk mengunjungi Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan, Kantor Pusat BAZNAS, Kampung Batik Cibuluh dan Tegal Waru Bogor yang merupakan desa binaan Baznas” jelas dosen IPB ini.   

Hal senada ditambahkan oleh Ketua Departemen Eksyar, Asep Nurhalim bahwa program ini merupakan program yang diselenggarakan sebagai respons terhadap arahan pemerintah.

“Program winter course ini adalah program untuk merespons arahan pemerintah dimana pesatnya perkembangan ekonomi syariah. Dan untuk itu kita hadirkan ahli-ahli ekonomi syariah dunia. Semoga ini menjadi persembahan terbaik untuk perkembangan ekonomi syariah di tanah air. Diharapkan juga para peserta mendapatkan wawasan dan keilmuan pada bidang ekonomi syariah secara komprehensif dari aspek teoritis maupun praktis,” ujarnya.

Hadir pula dalam kesempatan itu, yakni sebanyak sepuluh tokoh regulator, praktisi, peneliti, selain akademisi sebagai pembicara, diantaranya Aslam Haneef dari International Islamic University Malaysia (IIUM), Direktur Internasional Centre For Education in Islamic Finance (INCEIF) Malaysia, Azmi Omar, Yusman Syaukat dan Irfan Syauqi Beik dari IPB. 

Sementara itu, peserta yang hadir pada acara ini adalah para pelaku industri, akademisi dan peneliti dari berbagai negara seperti Nigeria, Bangladesh, Thailand, Malaysia dan Indonesia. 


 

Lipsus Selanjutnya
Menkes Sebut Angka Stuting Turun Jadi 27,67 Persen
Lipsus Sebelumnya
Industri Material Kehutanan Masa Depan Perlu Diperkuat

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar