Schoolmedia News Jakarta Senyum merekah di wajah Rani (14), siswi tunarungu asal Surabaya, saat ia memeluk erat trofi lukisannya. Dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan gurunya, ia berkata lirih, Warna bisa bicara. Malam itu, Jakarta menjadi saksi bahwa keterbatasan fisik tidak membatasi imajinasi dan ekspresi.
Di panggung yang sama, Dafa (16), siswa tunanetra dari Yogyakarta, membacakan puisi dengan suara tegas. Setiap kata yang meluncur membuat penonton terdiam, hanyut dalam lantunan makna. Puisi adalah mata saya. Dengan kata-kata, saya bisa melihat dunia, ucapnya, menyiratkan keberanian yang jauh melampaui keterbatasan.
Itulah wajah Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) Pendidikan Khusus 2025 yang ditutup dengan penuh semangat dan kebanggaan. Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), Maria Veronica Irene Herdjiono, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi:
âKami berterima kasih kepada para juri, kepala dinas pendidikan, kepala sekolah, dan guru pembimbing yang telah memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada anak-anak kita untuk menunjukkan talenta.Â
Ruang ekspresi ini memang berarti banyak bagi para peserta. Dari seni rupa, tari, hingga sastra, FLS3N memberi kesempatan bagi mereka untuk tampil, untuk didengar, untuk diakui.
Namun, pertanyaan besar menggantung di udara setelah tirai ditutup: apakah inklusi hanya sebatas panggung festival?
Rani boleh jadi tersenyum malam ini, tetapi di sekolah sehari-hari ia tetap harus menghadapi kelas tanpa penerjemah bahasa isyarat. Dafa mungkin dielu-elukan karena puisinya, tapi di luar sana, akses buku braille masih minim, dan teknologi pendukung untuk siswa tunanetra dianggap kemewahan yang sulit dijangkau.
Ironisnya, negara begitu piawai menyiapkan panggung gemerlap untuk memamerkan inklusi. Tepuk tangan, dokumentasi media, dan pidato apresiasi mengalun megah. Tetapi ketika festival usai, banyak anak kembali ke ruang belajar yang sunyi dari perhatian, sunyi dari fasilitas, sunyi dari keberpihakan..
Irene juga menegaskan bahwa keberhasilan para peserta merupakan bagian dari proses belajar yang tidak berhenti di panggung FLS3N. FLS3N Diksus menjadi penguat komitmen kita untuk memberikan ruang yang inklusif. Semoga semangat ini terus berlanjut demi mewujudkan Indonesia yang unggul dan berdaya saing, ungkapnya.
Suasana hangat penutupan FLS3N Diksus 2025 dipenuhi semangat luar biasa dan kisah inspiratif para peserta. Salah satunya datang dari Apriyo Fahmi Handoko, siswa SLB Negeri 1 Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, finalis cabang lomba fotografi.hakan nyata.
Dengan wajah sumringah, Apriyo mengungkapkan kegembiraannya mengikuti FLS3N Diksus 2025. Dengan Konsistensi Apriyo menjadi bukti nyata bahwa kerja keras mampu menghadirkan karya membanggakan karena dirinya juga berlatih hampir setiap hari untuk menghasilkan karya terbaik. âLatihan yang cukup, hampir tiap hari, ujarnya.
Di sisi lain, siswi SLB Negeri Borong, Nusa Tenggara Timur, Maria Theresia Hero, tampil percaya diri dengan suara merdu, ia membuktikan bahwa bakat yang diasah sejak dini dapat berkembang menjadi potensi besar di masa depan. Karena sejak duduk di bangku SD, Maria telah menggemari dunia tarik suara sehingga dirinya mengikuti FLS3N melalui cabang lomba menyanyi. âDalam persiapan FLS3N ini, saya berlatih intensif bersama pelatih tiga kali seminggu, ujarnya.
FLS3N Diksus 2025 patut dirayakan sebagai perayaan talenta. Namun ia juga menjadi cermin: betapa pendidikan inklusif di Indonesia masih sering diperlakukan sebagai seremoni tahunan, bukan komitmen jangka panjang.
Malam itu Jakarta penuh sorak dan tepuk tangan. Tapi di luar panggung, masih banyak anak berkebutuhan khusus yang menungguÂbukan sekadar festival, melainkan janji negara yang sungguh ditepati.
Dengan mengusung tema Ekspresi Seni, Inspirasi Negeri, FLS3N Diksus 2025 tidak hanya menghadirkan kompetisi, tetapi juga menjadi wadah apresiasi dan pembelajaran berharga. Para peserta membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih prestasi, melainkan kekuatan untuk memberi warna sekaligus menginspirasi negeri.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar