Cari

Wamendikdasmen Atip Tinjau Progress Pembangunan Unit Sekolah Baru TK dan SMA di Kota Serang



Schoolmedia News Jakarta == Di antara deretan pekerja bangunan yang sibuk mengangkut pasir dan besi, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, berdiri memperhatikan struktur beton yang mulai menyerupai gedung sekolah. Ia menatap dengan cermat, sesekali berbicara dengan kontraktor dan pengawas proyek.

“Saya melihat progres pembangunan ini berjalan cukup baik. Bangunan yang akan difungsikan untuk SMA dan TK sudah berdiri kokoh,” ujar Atip, Kamis (16/10). “Saya berharap konstruksinya memperhatikan aspek keselamatan bagi warga sekolah yang kelak menggunakannya.”

Kunjungan Atip ke Unit Sekolah Baru (USB) TK dan SMA Persatuan Islam (Persis) di Kota Serang itu bukan sekadar agenda rutin. Ia datang membawa pesan lebih besar: bahwa pemerintah tengah berusaha mempercepat program Revitalisasi Satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pendidikan dasar-menengah.

Program yang di atas kertas bertujuan mulia—membangun infrastruktur pendidikan yang layak dan merata—namun di lapangan sering menghadapi tantangan pelik: ketimpangan mutu, ketidakteraturan perawatan, dan lemahnya tata kelola.

Proyek USB Persis di Serang ini menjadi salah satu contoh nyata dari upaya memperluas akses pendidikan lewat pembangunan sarana fisik. Menurut Ketua Panitia Pembangunan, Ahmad Syakim Anshoruddin, proyek yang dimulai 20 September 2025 ini menelan anggaran lebih dari Rp6,3 miliar untuk SMA dan Rp1,6 miliar untuk TK.

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menyediakan fasilitas lengkap: ruang kelas, laboratorium IPA dan komputer, perpustakaan, musholla, kantin, ruang UKS, OSIS, hingga taman bermain untuk anak-anak TK. “Kami menargetkan selesai pada akhir tahun ini dan siap digunakan untuk penerimaan murid baru tahun ajaran 2026/2027,” kata Syakim.

Namun, di balik geliat pembangunan, terselip pertanyaan lama: seberapa jauh proyek seperti ini benar-benar menjawab kebutuhan dasar pendidikan di daerah?

Dalam banyak kunjungan serupa, Wamen Atip kerap mengingatkan pentingnya keberlanjutan setelah proyek rampung. “Pemeliharaan gedung harus terus dilakukan minimal dua tahun sekali. Mengecat ulang, memperbaiki atap bocor, itu bukan hal kecil. Kualitas belajar bergantung juga pada kenyamanan ruang,” ujarnya.

Pesan ini terasa sederhana, tetapi justru di sanalah letak persoalannya. Banyak proyek revitalisasi sekolah di daerah yang megah saat diresmikan, namun tak lama kemudian rusak karena minim perawatan. Sering kali anggaran pembangunan besar tak diikuti dengan anggaran pemeliharaan yang memadai. Di sejumlah daerah, sekolah baru berdiri kokoh, tapi ruang UKS belum berfungsi, taman bermain belum aman, dan akses jalan belum ramah anak.

Program Revitalisasi Satuan PAUD dan Pendidikan Dasar-Menengah yang dijalankan Kemendikdasmen sebenarnya merupakan lanjutan dari kebijakan nasional yang menekankan pentingnya peningkatan mutu pendidikan melalui tiga pilar: infrastruktur, sumber daya manusia, dan tata kelola. Namun, pelaksanaannya di lapangan sering kali berat sebelah—terlalu fokus pada pembangunan gedung, sementara pembinaan tenaga pendidik dan kurikulum belum seimbang.

Banyak pemerhati pendidikan mengingatkan bahwa revitalisasi sejati bukan sekadar membangun dinding baru, tetapi membangun sistem belajar yang hidup. “Kelas yang indah tidak otomatis melahirkan pembelajaran yang bermakna,” ujar salah satu akademisi pendidikan dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang enggan disebut namanya.

Meski demikian, kehadiran sekolah baru seperti Persis Serang tetap memberi secercah harapan. Di kota yang masih kekurangan lembaga pendidikan menengah berkualitas, proyek ini disambut antusias warga. “Kami menunggu sekolah ini selesai agar anak-anak tidak perlu ke luar kota untuk melanjutkan sekolah,” kata Dini, warga sekitar yang rumahnya hanya berjarak 500 meter dari lokasi proyek.

Pemerintah tampaknya ingin memastikan bahwa dari Serang hingga pelosok Indonesia Timur, anak-anak bisa tumbuh di ruang belajar yang layak dan aman. Tetapi, sebagaimana diingatkan Wamen Atip, pekerjaan rumahnya tak berhenti di pembangunan fisik. “Gedung yang bagus tanpa perawatan dan pengelolaan yang baik akan kehilangan maknanya,” ujarnya menutup kunjungan.

Di tengah ambisi besar Revitalisasi PAUD dan pendidikan dasar-menengah, kunjungan Atip ke Serang menjadi pengingat bahwa revitalisasi sejati menuntut lebih dari sekadar beton dan cat baru. Ia memerlukan visi, komitmen, dan keberlanjutan—agar pendidikan bukan hanya tampak megah di foto, tetapi benar-benar hidup di dalam kelas.

Program Revitalisasi PAUD dan Pendidikan Dasar-Menengah dirancang untuk memperkuat tiga hal: infrastruktur, sumber daya manusia, dan tata kelola. Tapi dalam praktiknya, pilar pertama—pembangunan fisik—masih mendominasi.

Sekolah-sekolah baru memang bermunculan, tetapi guru PAUD di daerah masih banyak yang berstatus honorer dengan pelatihan minim. Menurut data Kemendikdasmen 2025, sekitar 40 persen guru PAUD belum memenuhi kualifikasi akademik minimal S-1.

Padahal, di usia dini, mutu interaksi antara guru dan anak jauh lebih penting daripada megahnya gedung. “Bangunan bisa kokoh, tapi pendidikan tetap rapuh jika gurunya tak mendapat dukungan,” kata pengamat pendidikan anak usia dini, Dr. Nurhadianto, dari UPI Bandung.

1. Total Anggaran Revitalisasi Pendidikan 2025:
Rp 8,9 triliun (Kemendikdasmen)

2. Jumlah Satuan PAUD yang Direvitalisasi:
7.420 lembaga di seluruh Indonesia

3. Proporsi Dana Fisik vs Nonfisik:

  • Fisik (gedung & infrastruktur): 68%

  • Nonfisik (pelatihan guru, bahan ajar, pengawasan): 32%

4. Tantangan di Lapangan:

  • 35% sekolah belum memiliki rencana pemeliharaan gedung.

  • 40% guru PAUD belum berkualifikasi S-1.

  • 27% sekolah belum memiliki UKS dan ruang bermain aman.

5. Capaian Positif:

  • Akses pendidikan anak usia dini meningkat 11% dibanding 2024.

  • 85% USB baru berada di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

  • Peningkatan partisipasi masyarakat melalui sekolah berbasis komunitas.

    Tim Schoolmedia

Lipsus Sebelumnya
MA Ringankan Hukuman Eks Prajurit TN, Koalisi Sipil Nilai Impunitas Militer Kian Menguat

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar