Schoolmedia News Bandung ===Temuan Screening Kesehatan Mental Guru BK
Program Studi Teknik Elektro, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB menyelenggarakan Electrical Engineering Days (EE Days) 2025, di Aula Timur, Kampus ITB Ganesha, Selasa-Kamis (24â26/6/2025). Kegiatan ini melibatkan sekitar 79 mahasiswa program studi sarjana Teknik Elektro dengan 27 topik tugas akhir, serta mahasiswa dan sivitas akademika STEI serta keluarga besar ITB.
Salah satu karya inovatif yang menarik perhatian adalah âTeman Konselingâ. Proyek ini merupakan proyek tugas akhir yang dikembangkan oleh Shabrina Mardhiyah Gozan (Teknik Elektro, 2021), Rama Maulana Rezky (Teknik Elektro, 2021), dan Rafael Aditya Cahyo W (Teknik Elektro, 2021). Mereka dibimbing oleh Dr. Ir. Akhmadi Surawijaya, S.T, M.Eng.; Dr. Rahadian Yusuf, S.T., M.T.; dan Allya Paramita Koesoema, S.T., M.T, Ph.D.
"Teman Konseling", sebuah inovasi berbasis biosensor, hadir sebagai solusi untuk mengatasi tantangan antrean layanan konseling di Bimbingan Konseling (BK) ITB. Selama ini, belum ada sistem yang objektif untuk menentukan siapa yang harus diprioritaskan. Dengan Teman Konseling, penentuan prioritas layanan akan menjadi lebih akurat dan efisien, memastikan mahasiswa yang paling membutuhkan mendapatkan bantuan secepatnya.
"Selama ini, berdasarkan wawancara yang kami lakukan, pihak BK ITB belum memiliki sistem prioritas yang cukup objektif. Ada orang yang menulis keluhan singkat karena terlalu stres, tapi justru sangat butuh bantuan segera. Alat ini hadir untuk mengurangi bias dari ekspresi verbal itu dengan memberikan data objektif tingkat stres" ungkap Rafael.
Sistem ini mengintegrasikan dua jenis sinyal fisiologis, Photoplethysmography (PPG) dan Galvanic Skin Response (GSR) dengan hasil asesmen psikologis berbasis kuesioner untuk menghasilkan skor prioritas konseling yang lebih objektif. Data dari sensor PPG digunakan untuk mengukur Heart Rate Variability (HRV), sementara GSR mendeteksi electrodermal activity yang berkorelasi dengan stres. Kedua sinyal ini dikombinasikan untuk menetapkan tingkat urgensi masing-masing pendaftar layanan konseling.
Cara penggunaan alat ini cukup sederhana, yakni pengguna hanya perlu meletakkan jari pada sensor, menjalankan sistem, dan dalam waktu kurang dari dua menit, tingkat stres akan terukur. Selain sederhana, keunggulan alat ini adalah akurasinya yang tinggi dengan berbasis sinyal fisiologis (GSR dan PPG), serta terintegrasi dengan sistem antrian dan aman dari penyalahgunaan
Sistem ini memiliki potensi besar untuk diimplementasikan tidak hanya di institusi pendidikan, tetapi juga dalam industri dan layanan publik yang membutuhkan sistem antrian dengan penilaian kondisi psikologis pengguna.
"Kehidupan kita sehari-hari sangat dekat dengan stres. Alat ini bisa digunakan untuk deteksi dini atau membantu seseorang menjadi self-aware akan kondisi stresnya. Untuk ke depan kami berharap pengembangan lebih lanjut dapat menghasilkan data yang lebih komprehensif, misalnya melalui biosensor yang mampu mendeteksi hormon terkait stres," tutur Rafael.
Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung (FTI ITB) menggelar Pameran Proyek Teknik Fisika 2025, di Galeri & Auditorium IPTEKS, ITB Kampus Ganesha.
Kegiatan ini menampilkan berbagai karya dan inovasi mahasiswa Teknik Fisika ITB, yang merupakan hasil tugas besar dari mata kuliah berbasis proyek, meliputi Pengenalan Rekayasa dan Desain, Laboratorium Teknik Fisika II, dan Tugas Perancangan Terintegrasi.
Salah seorang pengampu mata kuliah Laboratorium Teknik Fisika II, Dr.Eng. Muhammad Iqbal, S.T., M.T., mengatakan, pameran tahun ini diselenggarakan secara terintegrasi. Sebelumnya, pameran serupa diadakan setiap tahun namun terpisah untuk setiap mata kuliah. Integrasi ini bertujuan memberikan gambaran komprehensif mengenai progres dan kemampuan mahasiswa di setiap jenjang.
Pameran ini menonjolkan inovasi berbasis proyek yang dikembangkan di tiap tingkatan mahasiswa. Pada tingkat pertama, melalui mata kuliah Pengenalan Rekayasa dan Desain, mahasiswa diperkenalkan pada tahapan-tahapan proses desain.
Mahasiswa tingkap pertama diminta mengimplementasikan teori tersebut dalam proyek sebagai tugas besar. Hal ini menjadi jembatan awal untuk memahami praktik rekayasa secara langsung.
Di tingkat dua, mahasiswa menghadapi tantangan praktis yang lebih kompleks. Dalam mata kuliah Laboratorium Teknik Fisika II, mahasiswa diminta membuat robot pengangkut bola yang mampu memindahkan bola dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang telah ditentukan.
Selain merancang dan merakit robot, mahasiswa juga mengembangkan aplikasi berbasis Android untuk mengendalikan gerakannya. Proyek ini menjadi sarana untuk mengintegrasikan pemahaman dan keterampilan dari berbagai modul praktikum yang telah dipelajari sebelumnya.
Untuk tingkat tiga, mata kuliah Tugas Perancangan Terintegrasi menghadirkan tantangan dunia nyata yang lebih mendalam dan berfungsi sebagai proyek capstone. Mahasiswa diberi kebebasan merumuskan sendiri permasalahan teknik yang ingin diselesaikan. Salah satu aspek inovatif dari proyek ini adalah keterlibatan langsung mahasiswa dengan klien. Mahasiswa berperan layaknya konsultan teknik yang bertugas merancang dan menawarkan solusi rekayasa sesuai kebutuhan klien.
Dr.Eng. Muhammad Iqbal menekankan bahwa pameran ini bukan sekadar penyelesaian tugas, melainkan sarana untuk mendorong mahasiswa menciptakan solusi inovatif yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan industri.
Beliau menegaskan pentingnya kreativitas dan inovasi dalam menghadapi tantangan zaman. âDi era yang sangat kompetitif sekarang ini, kita berharap para mahasiswa dapat terus meningkatkan kreativitas dan inovasinya dalam rangka meningkatkan daya saing global di kemudian hari.
Di sini, kami tidak hanya menekankan tugas, tetapi juga bagaimana mahasiswa dapat merefleksikan diri, mencurahkan daya kreatifnya untuk memecahkan solusi yang akan bermanfaat bagi masyarakat di hari kemudian,â ujarnya.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar