Cari

Waktu Screentime Untuk Anak PAUD Hanya 20 Menit, Direktorat PAUD Terbitkan Panduan Pembelajaran Koding



Schoolmedia News Jakarta  - Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Menengah mengapresiasi hadirnya Panduan Pembelajaran Koding dan Pemanfaatan Kecerdasan Artifisial. Manfaat Panduan Pembelajaran Koding dan Pemanfaatan Kecerdasan Artifisial yang dibuat Direktorat PAUD.

Direktur Jenderal PAUD, Dikdas, dan Dikmen Kementerian Pendidikan, Gogot Suharwoto, Ph.D., menegaskan bahwa durasi screentime bagi anak usia dini maksimal hanya 20 menit per hari. Ia menekankan bahwa waktu tersebut tidak boleh diberikan sekaligus, melainkan harus dibagi dalam beberapa sesi pendek sepanjang hari.

Menurut Gogot, penggunaan gawai secara berlebihan dapat berdampak negatif terhadap tumbuh kembang anak. “Terlalu lama menatap layar bisa menyebabkan gangguan konsentrasi, keterlambatan bicara, masalah penglihatan, hingga menurunnya interaksi sosial anak,” ujar ketika membuka kegiatan Penguatan Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial di Satuan PAUD, Senin.

Ia juga menambahkan bahwa penggunaan gawai sebaiknya selalu didampingi orang dewasa dan diarahkan untuk kegiatan edukatif yang sesuai dengan usia anak. Pemerintah terus mengimbau orang tua dan guru untuk lebih bijak dalam mengenalkan teknologi kepada anak usia dini, dengan tetap mengutamakan aktivitas fisik dan interaksi langsung yang jauh lebih bermanfaat bagi perkembangan anak.

Panduan Pembelajaran Koding dan Pemanfaatan Kecerdasan Artifisial (KA) yang disusun oleh Direktorat PAUD memiliki berbagai manfaat strategis dalam mendukung transformasi pendidikan anak usia dini di era digital. Berikut beberapa manfaat utamanya:

1. Mendorong Literasi Digital Sejak Dini

Panduan ini membantu mengenalkan anak usia dini pada konsep dasar berpikir komputasional (computational thinking) yang menjadi fondasi penting dalam literasi digital, tanpa menuntut penggunaan perangkat digital secara langsung.

2. Membekali Pendidik dengan Kerangka Pembelajaran yang Tepat

Panduan memberikan arahan yang sistematis dan aplikatif bagi guru PAUD dalam mengintegrasikan aktivitas koding dan KA secara menyenangkan, kontekstual, dan sesuai tahap perkembangan anak.

3. Mengembangkan Keterampilan Abad 21

Dengan pendekatan bermain sambil belajar, anak-anak dilatih keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, dan kreativitas sejak usia dini, yang merupakan kompetensi utama di abad 21.

4. Meningkatkan Kesiapan Anak Menghadapi Era Digital

Melalui pengenalan konsep KA seperti pengenalan pola, logika sederhana, hingga interaksi dengan teknologi secara aman, anak dipersiapkan menjadi pembelajar aktif dan adaptif di masa depan.

5. Memperkuat Peran Keluarga dan Satuan PAUD

Panduan ini mendorong kolaborasi ntara pendidik dan orang tua dalam membimbing anak mengenal teknologi secara sehat, serta memperkuat peran satuan PAUD sebagai pusat pembelajaran yang adaptif terhadap perkembangan zaman.

6. Membangun Dasar Pemanfaatan KA untuk PAUD

Direktorat PAUD tidak hanya mendorong pemahaman tentang KA secara konseptual, tapi juga menyusun prinsip-prinsip pemanfaatan yang etis dan edukatif untuk mendukung proses belajar anak secara personal dan inklusif.

Panduan ini menjadi langkah konkret Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi dalam menghadirkan kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan zaman tanpa mengabaikan prinsip tumbuh kembang anak usia dini.

Ia juga menambahkan bahwa penggunaan gawai sebaiknya selalu didampingi orang dewasa dan diarahkan untuk kegiatan edukatif yang sesuai dengan usia anak. Pemerintah terus mengimbau orang tua dan guru untuk lebih bijak dalam mengenalkan teknologi kepada anak usia dini, dengan tetap mengutamakan aktivitas fisik dan interaksi langsung yang jauh lebih bermanfaat bagi perkembangan anak.


Koding di Satuan PAUD Bukan Mandatori 

Muhammad Muchlas Rowi, Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Bidang Transformasi Digital dan Kecerdasan, menegaskan bahwa pengenalan koding dan kecerdasan artifisial (KA) sejak usia dini bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan strategis dalam menyiapkan SDM unggul masa depan. Koding di PAUD bukan mandatori.

Kementerian Pendidikan menegaskan bahwa pembelajaran koding di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bukanlah sebuah kewajiban atau mandatori. Hal ini sesuai dengan ketentuan kurikulum nasional, di mana materi koding secara formal baru mulai diajarkan di jenjang Sekolah Dasar kelas 5.

Namun demikian, pendekatan pengenalan koding di PAUD dapat dilakukan secara kontekstual dan menyenangkan, sebagai bagian dari stimulasi perkembangan kognitif dan literasi digital anak. Kegiatan tersebut bersifat opsional dan fleksibel, dengan tetap mengedepankan prinsip bermain sambil belajar, sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia dini.

Direktorat PAUD mendorong pendidik untuk tidak memaknai penguatan koding di PAUD sebagai bentuk pengajaran teknis pemrograman, melainkan sebagai upaya menumbuhkan pola pikir logis, pemecahan masalah, dan kreativitas sejak dini melalui permainan, cerita bergambar, atau aktivitas eksploratif lainnya.

Dengan pendekatan yang tepat dan tidak memaksakan capaian akademik, pengenalan awal terhadap konsep koding di PAUD menjadi bagian dari proses transisi yang mulus menuju jenjang pendidikan dasar, tanpa menghilangkan esensi utama PAUD sebagai ruang tumbuh kembang anak yang holistik, menyenangkan, dan sesuai usia.

“Anak-anak usia dini adalah digital native. Maka sangat penting bagi kita untuk tidak hanya mengenalkan teknologi sebagai alat bermain, tetapi juga sebagai sarana berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mencipta,” ujar Muchlas Rowi dalam sesi diskusi nasional bersama fasilitator PAUD.

Ia menjelaskan, integrasi pembelajaran koding dan KA ke dalam pendidikan anak usia dini harus dilakukan dengan pendekatan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Melalui metode bermain sambil belajar, anak-anak tidak hanya akan belajar logika dasar pemrograman, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, kolaboratif, dan adaptif terhadap perubahan.

Muchlas menekankan bahwa inisiatif Direktorat PAUD dalam menyusun Panduan Pembelajaran Koding dan Pemanfaatan Kecerdasan Artifisial di PAUD adalah langkah strategis dalam memastikan pemerataan akses terhadap pendidikan digital yang inklusif dan humanistik.

“Kita sedang menanam benih masa depan. Anak-anak yang terbiasa berpikir logis dan terbuka pada teknologi sejak dini akan lebih siap menghadapi tantangan masa depan yang penuh disrupsi,” tambahnya.

Ia juga menyoroti pentingnya peran guru dan orang tua sebagai pendamping digital anak. Menurutnya, literasi digital untuk pendidik menjadi kunci keberhasilan implementasi kurikulum berbasis teknologi, termasuk koding dan KA.

“Transformasi digital bukan sekadar soal perangkat, tetapi perubahan pola pikir. Dan itu harus dimulai dari pendidikan usia dini,” pungkasnya.

Dengan semakin kuatnya komitmen Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah terhadap penguatan literasi digital, diharapkan anak-anak Indonesia dapat tumbuh sebagai pembelajar sepanjang hayat yang kreatif, adaptif, dan siap menghadapi masa depan yang berbasis teknologi dan kecerdasan buatan.

Pembelajaran unplugged coding untuk satuan PAUD adalah metode pengenalan konsep dasar pemrograman tanpa menggunakan komputer. Kegiatan ini menekankan pada pemahaman logika dan pemecahan masalah melalui aktivitas fisik dan permainan yang menyenangkan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir komputasional (computational thinking) anak sejak usia dini. 

Konsep Unplugged Coding:

Tanpa Komputer: Unplugged coding tidak memerlukan perangkat komputer atau perangkat lunak khusus. 

Aktivitas Fisik: Kegiatan melibatkan gerakan tubuh, permainan, dan interaksi langsung dengan benda-benda konkret. 

Pengembangan Logika: Fokus pada pemahaman konsep dasar pemrograman seperti urutan, pengulangan, dan percabangan. 

Stimulasi Kreativitas: Mendorong anak untuk berpikir kreatif dalam mencari solusi masalah. 

Pembelajaran yang Menyenangkan: Kegiatan dirancang agar menarik dan menyenangkan bagi anak-anak usia dini. 

Manfaat Unplugged Coding untuk PAUD:

Pengembangan Berpikir Komputasional: Membantu anak-anak belajar berpikir sistematis, logis, dan kreatif dalam memecahkan masalah. 

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah: Melatih anak untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan solusi, dan mengimplementasikan langkah-langkah penyelesaian. 

Dasar Keterampilan Masa Depan: Membentuk fondasi yang kuat untuk keterampilan yang dibutuhkan di era digital, seperti pemikiran komputasional dan kemampuan problem solving. 

Stimulasi Berbagai Aspek Perkembangan: Mendukung perkembangan kognitif, sosial, emosional, dan bahasa anak. 

Pengenalan Konsep Teknologi: Mengenalkan konsep dasar teknologi secara menyenangkan dan mudah dipahami. 


Peliput Eko B Harsono


Lipsus Selanjutnya
Menlu: Sebanyak 93 WNI Berhasil Dievakuasi Melewati Perbatasan Iran-Azerbaijan
Lipsus Sebelumnya
26 Tokoh Pendidikan dan Intelektual Asia Bertemu di Global South and Southeast Asia Forum 2025

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar