Cari

Negara ASEAN Berkomitmen Tekan Angka Putus Sekolah Bersama



Schoolmedia News Jakarta --- Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menghadiri ASEAN Ministers of Education Roundtable yang diselenggarakan oleh Pemerintah Malaysia selaku pemegang keketuaan ASEAN 2025.  Acara yang mempertemukan para menteri pendidikan ASEAN digagas dalam rangka untuk merefleksikan dan mengakselerasi komitmen bersama guna memitigasi Anak Tidak Sekolah (ATS). 

Berangkat dari berbagai tantangan yang menimbulkan permasalahan sulitnya generasi muda di ASEAN mengakses pendidikan, Menteri Pendidikan Malaysia, Fadhlina Sidek, berharap pertemuan ini menghasilkan luaran berupa Joint Ministerial Statement on Out-of-School Children and Youth (OOSCY)-Accelerating Innovative Strategies: Mitigating OOSCY Challenges yang diadopsi oleh seluruh menteri pendidikan di ASEAN. Demikian disampaikannya dalam pidato pembukaan di Langkawi, Kamis (19/6). 
 
Dalam sesi utama, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti menyambut baik inisiasi bersama para menteri di ASEAN untuk mengatasi masalah ATS. Indonesia menegaskan kembali komitmennya terhadap hak atas pendidikan bagi semua orang, sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi nasional kita dan selaras dengan kerangka kerja global dan regional seperti Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN 2012.

Laporan Pemantauan Pendidikan Global UNESCO 2024, yang menyoroti stagnasi lebih dari 250 juta anak-anak dan remaja putus sekolah. "Situasi global ini menjadi panggilan kuat bagi kita untuk bertindak. Di wilayah ASEAN, kondisi tersebut merupakan titik balik untuk merefleksikan solusi mendalam berbasis data dan menempuh langkah nyata," tuturnya mengawali pidato.  


Praktik Baik Mitigasi ATS di Indonesia

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2025-2045 berkomitmen untuk menjalankan wajib 13 tahun pendidikan mulai dari anak usia dini demi membangun generasi emas yang unggul. Pada tahun 2020, Kemendikdasmen  memperkenalkan Strategi Nasional yang merinci kolaborasi antar kementerian dan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah ini. 

"Upaya ini kami dorong dengan penguatan data. Kami telah meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan data pendidikan yang terintegrasi dengan informasi sosial ekonomi untuk menargetkan penerima "Program Indonesia Pintar" (Program Indonesia Pintar), yang pada tahun 2024 mendukung lebih dari 18,8 juta siswa untuk melanjutkan pendidikan mereka," terangnya. 

Selain itu, seiring dengan pesatnya perkembangan transformasi digital, Kemendikdasmen meluncurkan aplikasi "Rumah Pendidikan", yakni sebuah aplikasi super yang dapat diakses secara daring dan luring. Bersamaan dengan itu pula, Kemendikdasmen melaksanakan program revitalisasi sekolah. "Berbagai upaya tersebut menjadi wujud komitmen kami dalam memperluas akses dan pemerataan layanan pendidikan," ujar Mu'ti. 

Menyadari berbagai tantangan yang dihadapi dalam penyediaan layanan pendidikan ini, Kemendikdasmen memperluas layanannya melalui program pendidikan nonformal, seperti pusat pembelajaran masyarakat dan inisiatif kewirausahaan, memberikan dukungan penting kepada anak jalanan, pekerja anak, dan anak-anak yang terkena dampak pernikahan dini atau kerentanan sosial lainnya. 

Upaya-upaya ini semakin diperkuat melalui inisiatif seperti "Sekolah Rakyat", model sekolah asrama berbasis komunitas, menyediakan lingkungan belajar yang aman dan holistik bagi anak-anak kurang mampu, terutama di daerah terpencil, sekolah satu atap, operasi sekolah bersama antara tingkat pendidikan yang berbeda (misalnya antara prasekolah dan sekolah dasar), dan program kesetaraan (paket A, B, dan C) untuk pelajar di luar usia sekolah tradisional.

Indonesia juga secara berkesinambungan memperhatikan perluasan layanan pendidikan kepada anak-anaknya di luar negeri dan terus memperluas pembelajaran jarak jauh dan membuka program sekolah di dalam negeri untuk memastikan lokasi geografis tidak menghalangi akses ke pendidikan," tegas Mu'ti 

Indonesia memandang Rencana Strategis Pasca-2025 ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) sebagai kerangka kerja penting untuk memajukan pendidikan, perlindungan sosial, dan inklusi dengan cara yang lebih terintegrasi dan berwawasan ke depan di seluruh wilayah ASEAN.

Semua upaya ini mendukung Visi Komunitas ASEAN 2045, yang membayangkan komunitas yang damai, inklusif, berkelanjutan, dan tangguh yang memberdayakan semua warga negara, terutama kaum muda kita. Memastikan tidak ada anak yang tertinggal adalah kewajiban kebijakan dan kewajiban moral.

Ia menambahkan, mobilisasi sumber daya, pemanfaatan teknologi, dan kemitraan lintas batas yang kuat menjadi solusi dalam membangun sistem pendidikan yang tangguh dan siap di masa depan. Indonesia tetap berkomitmen penuh dan berharap dapat bekerja sama dengan semua negara ASEAN untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal.


Partisipasi Semesta Atasi Tantangan OOSCY di ASEAN

Sejalan dengan partisipasi semesta yang digaungkan Mendikdasmen dalam mewujudkan visi Pendidikan Bermutu untuk Semua, Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa kolaborasi regional sangat penting, terutama untuk mengatasi OOSCY di daerah perbatasan yang rentan. "Indonesia telah mengambil langkah konkret untuk mengatasi OOSCY sebagai bagian penting dalam mewujudkan pendidikan inklusif dan bermutu untuk semua," ujarnya. 

Dalam kesempatan ini, Mendikdasmen menyerukan kolaborasi berbagai pihak untuk mengatasi tantangan kompleksitas OOSCY di wilayah ASEAN. Partisipasi semua pemangku kepentingan dalam mencermati situasi di daerahnya dan kepedulian untuk turut mencari solusi yang cermat dan sesuai dengan konteks lokal, dinilai Mendikdasmen harus dilakukan. 

"Mengatasi tantangan ini menuntut upaya terkoordinasi, lintas sektoral. Kita perlu memperkuat dan meningkatkan kemitraan kita dengan mitra ASEAN, yang kolaborasi dan keahlian bersama meningkatkan kapasitas regional dan tekad kolektif kita dalam memajukan pendidikan bagi semua, termasuk untuk mengatasi OOSCY," jelas Mu'ti.

Sebelum menutup pidatonya, Pemerintah Indonesia mendorong semua negara anggota ASEAN untuk mengintensifkan upaya kolektif dalam mengidentifikasi strategi yang efektif dan memajukan program kolaboratif yang konkret. Mendikdasmen menyerukan perjuangan pendidikan inklusif, mudah diakses, dan berkualitas tinggi untuk setiap pelajar di wilayah ASEAN.

"Saya dengan hangat menyerukan kepada sesama Menteri untuk mengambil tindakan berani dan bersatu untuk mengatasi OOSCY. Bersama-sama, mari kita memperkuat sistem data, memperluas jalur pembelajaran yang fleksibel, dan berinvestasi dalam pengembangan guru dan kurikulum inovatif."

Tim Schoolmedia

Lipsus Selanjutnya
UI Raih Peringkat 189 Dunia dan Peringkat 8 Terbaik di ASEAN
Lipsus Sebelumnya
Dugaan Korupsi Pengadaan Chromebook Rp 9,9 Triliun di Era Menteri Nadiem Makarim

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar