Cari

Ingatkan Pentingnya Budaya, Festival Sastra Jawa Akan Jadi Agenda Tahunan Pemprov Jateng

Sumber: anantaka.ct/Instagram

 

Festival Sastra Jawa merupakan ajang silaturahim sekaligus unjuk kompetensi para sastrawan muda, dan ini akan menjadi agenda tahunan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

"Kita sering terlupa hanya mengurus sektor pendidikan dan melupakan sektor kebudayaan, padahal itulah karakteristik kita, manusia yang berbudaya. Untuk itu festival sastra ini akan kita adakan setiap tahun," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng Jumeri di Semarang, pada Minggu, 23 Juni 2019.

Menurut Jumeri, karya-karya para pemenang berhasil memikat dewan juri sehingga menorehkan harapan besar pada perkembangan kesusasteraan Jawa Tengah di masa depan.

Secara khusus, Jumeri mengatakan, ia memberi apresiasi tinggi pada penyelenggaraan yang tegas dalam menetapkan standar kualitas pada penyelenggaraan Festival Sastra Jawa.

Pada Festival Sastra Jawa tersebut, ada empat kategori perlombaan yakni penulisan cerita pendek, penulisan puisi, penulisan lakon, dan pembacaan puisi.  Festival ini diikuti oleh sekitar 327 sastrawan muda. Rinciannya adalah baca puisi 80 peserta, penulisan puisi 110 peserta, penulisan cerita pendek 105 peserta, dan penulisan lakon 32 peserta.

Untuk kategori penulisan cerpen, tercatat, juara 1 diraih Galih Pandu Adi dari Rembang, juara 2 diraih Umi Salamah dari Kebumen, dan juara 3 diraih Panji Sukma Herasih dari Sukoharjo.

Sedangkan untuk kategori penulisan puisi, penyair asal Kendal yakni Setia Naka Andrian berhasil meraih juara 2. Kemudian, juara 2 diraih oleh Ahmad Musabbih dari Tegal dan juara 3 yakni penyair asal Kudis, Aditya Galih Erlangga.

Pada kompetisi penulisan lakon, Idham Ardi Nurcahyo asal Karanganyar meraih juara 1 dan pada kategori lomba ini dewan juri tidak menemukan karya untuk dijadikan juara 2 dan 3, sehingga langsung ke juara harapan 1. Posisi tersebut diduduki Ajeng Ratnasari dari Semarang, juara harapan 2 diraih Muhammad Abduh dari Kebumen, serta I Gusti Dwi Putra dari Tegal sebagai juara harapan 3.

Salah seorang sastrawan yang menjadi juri pada Festival Sastra Jawa, Triyanto Triwikromo menilai wawasan peserta harus diperluas agar tidak terkungkung dalam jebakan tema.

"Dengan tema 'Jawa Tengah Rumahku', banyak peserta penulisan puisi, cerpen, dan lakon yang terjebak pada penunjukan nama tempat, bahkan slogan daerah," kata Triyanto. 

Padahal karya sastrawan besar dari Jawa Tengah seperti NH Dini maupun Ahmat Tohari, kata Triyanto, bisa jadi rujukan bagaimana mengeksplorasi keluasan budaya provinsi di tengah Pulau Jawa ini.

"Upaya yang kita lakukan untuk menghidupi sastra tidak akan pernah cukup, namun setidaknya keistiqomahan padanya yang membuat dunia sastra di Jawa Tengah terus berkembang," ujarnya.

Triyanto Triwikromo merupakan cerpenis terkemuka Indonesia dari Jawa Tengah. Ia adalah satu dari tiga dewan juri penulisan selain Hanindawan (teaterawan dari Solo) dan Bandung Mawardi (Esais dari Karanganyar). Untuk juri baca puisi ada Sosiawan Leak (deklamator dari Solo), Apito Lahire (Aktor dan deklamator asal Tegal) dan Laura Andri, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

Sosiawan Leak juga menyoroti masih banyaknya peserta baca puisi yang kurang memahami struktur fisik dan struktur batin puisi sehingga membuat banyak peserta terjebak pada penafsiran yang keliru.

"Puisi Widji Thukul itu nafasnya perlawanan, maka tidak mungkin puisinya dibacakan dengan akting menangis, maka sebelum membaca harus tahu dulu siapa penulisnya dan pada konteks apa puisi itu ditulis," kata Sosiawan.

Pada lomba baca puisi yang digelar Sabtu (22/6) siang hingga sore, juara pertama diraih oleh Didik Supriadi dari Kudus, sedangkan juara kedua Iis Islamiyyah dari Rembang dan juara tiga Khanif Ramadhani Temanggung.

Selain festival sastra ini, Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Anantaka Cultural Trust juga akan menyelenggarakan festival teater pada September mendatang.

Untuk diketahui, saat ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadikan kebudayaan sebagai jalan penting untuk pengembangan sumberdaya manusia. Strategi ini menjadi fokus pemerintah daerah setempat. 

Lipsus Selanjutnya
Imigrasi Jambi Catat 330 WNA Bersekolah dan Bekerja
Lipsus Sebelumnya
Cegah Sungai Longsor, Menteri LHK Ajak Warga Galakkan Tanam Bambu

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar