Foto: Pixabay
India mengatakan bahwa pihaknya akan meluncurkan misi Bulan keduanya dengan mengirimkan Chandrayaan-2 pada pertengahan Juli. Dengan peluncuran ini, India ingin memperkuat identitas diri sebagai pemimpin dalam teknologi ruang angkasa.
Jika misi itu berhasil, seperti dilansir dari laman Reuters pada Rabu (12/6), akan menjadikan India sebagai negara keempat setelah Amerika Serikat, Rusia, dan China yang melakukan pendaratan “lunak” di bulan dan menempatkan penjelajah di atasnya. Untuk diketahui, pada Januari lalu, China berhasil mendaratkan kendaraan ruang angkasanya di Bulan.
Misi tak berawak milik India, yang disebut Chandrayaan-2, yang berarti "kendaraan bulan" dalam bahasa Sansekerta, akan melibatkan pengorbit, pendarat dan penjelajah, yang telah dibangun oleh Organisasi Penelitian Antariksa India (ISRO).
Chandrayaan-2, Sumber: isro.gov.in
Menurut jadwal, misi ini akan mereka luncurkan pada 15 Juli di atas Kendaraan Peluncuran Satelit Geosynchronous ISRO milik Mark III. Biaya misi ini disinyalir sekitar 10 miliar rupee (atau sekitar 144 juta Dolar AS).
Setelah perjalanan lebih dari 50 hari, misi akan sampai di Bulan pada sekitar 6 September mendatang.
"15 menit terakhir pendaratan akan menjadi momen paling menakutkan bagi kami," kata Ketua ISRO K. Sivan kepada media, Rabu (12/6). ISRO melanjutkan, variasi gravitasi bulan, medan, dan debu dapat menyebabkan masalah.
Misi India, kata Sivan, akan menjadi upaya pendaratan di Bulan ketiga kalinya pada tahun ini, setelah kesuksesan China membawa misi eksplorasinya yakni Chang'e-4 ke Bulan pada Januari lalu, kemudian, disusul oleh Israel yang berusaha mendaratkan Beresheet pada April lalu, namun kendaaraan itu hancur di Bulan.
"Ini adalah misi paling kompleks yang pernah dilakukan ISRO," kata Sivan.
Chandrayaan-1, misi bulan pertama India pada 2008, tercatat menelan biaya sekitar 79 juta Dolar AS. Misi tersebyut membantu India dalam mengonfirmasi keberadaan air di Bulan.
Chandrayaan-2 pada awalnya, kata Sivan, direncanakan sebagai kolaborasi dengan badan antariksa Roscosmos Rusia. Tetapi pada 2013, India membatalkan ikatan kerja sama tersebut karena adanya perbedaan teknis dengan program Rusia.
Pada tahun 2014, India kemudian meluncurkan misi Mars tak berawak dengan biaya 74 juta Dolar AS, atau kurang dari anggaran blockbuster ruang angkasa Hollywood "Gravity" dan sebagian kecil dari 671 juta Dolar AS yang dikeluarkan oleh badan antariksa AS untuk misi MAVEN Mars.
Perdana Menteri India, Modi, agresif dengan kebijakan luar angkasanya. Pada bulan Maret, India mengatakan mereka menembak jatuh salah satu satelitnya sendiri dan menjadikannya satu dari empat negara di dunia yang memiliki teknologi ini.
Tinggalkan Komentar