Schoolmedia News Jakarta ----- Hasil Sensus Penduduk Indonesia pada tahun 2020 menunjukkan persentase penduduk Lansia sebesar 9,78% mengalami kenaikan dibanding tahun 2010 silam sebesar 7,59%.
Lansia merupakan salah satu kelompok risiko yang mempunyai tiga karakteristik faktor risiko yaitu biologis, sosial-lingkungan, dan gaya hidup. Proses lansia agar disikapi secara bijak, sehingga lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan sehat dan bahagia.
Plt. Asisten Deputi Bidang Pemberdayaan Disabilitas dan Lansia Kemenko PMK Ade Rustama mengatakan bahwa pentingnya program pembinaan ketahanan keluarga lanjut usia dan renta demi terciptanya penuaan yang sehat.
"Penuaan yang sehat yaitu tentang mempertahankan kemampuan fungsional yang memungkinkan seseorang melakukan hal-hal yang mereka hargai, dengan ini pemerintah juga ikut serta dalam menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh para lansia" ucapnya saat memberikan pengantar pada Rakor Kebijakan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan secara daring, pada Rabu (25/08).
Direktur Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Erisman menjelaskan bahwa saat ini pemerintah sudah memiliki Program Lansia Tangguh.
"Program Lansia Tangguh ini dikelola oleh Bina Keluarga Lansia (BKL) yang diukur melalui tujuh dimensi lansia tangguh yaitu dimensi spiritual, kesehatan fisik, lingkungan, intelektual, emosional, profesional, dan sosial kemasyarakatan. Sehingga nantinya seseorang atau kelompok lansia dapat mampu beradaptasi terhadap proses penuaan secara positif sehingga mencapai masa tua berkualitas dalam lingkungan yang nyaman" ujarnya.
Selain itu pemerintah juga memiliki Program Pendampingan Perawatan Jangka Panjang yaitu memberikan pemahaman dan keterampilan dalam Pendampingan dan Perawatan Jangka Panjang bagi keluarga yang mempunyai Lansia yang sudah tidak dapat merawat dirinya sendiri melalui kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL)
Indonesia saat ini tengah menghadapi era bonus demografi, di mana jumlah penduduk produktif lebih banyak daripada penduduk tidak produktif. Era bonus demografi ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2045 yang berbarengan dengan 100 tahun usia emas kemerdekaan Republik Indonesia.
Karenanya, perlu persiapan yang matang untuk menghadapi era Indonesia Emas 2045. Tidak hanya penduduk usia produktif yang perlu dipersiapkan, tetapi penduduk lansia juga harus dipersiapkan untuk menghadapi era Indonesia Emas. Lansia harus dipersiapkan menghadapi era Indonesia Emas dalam keadaan sehat dan bahagia.
Plt Asisten Deputi Bidang Disabilitas dan Lansia Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kemenko PMK Ade Rustama menjelaskan, Kemenko PMK akan berupaya mengakselerasi program-program dan isu lansia sejak ke hulu hingga hilir, termasuk mempersiapkan lansia menghadapi era Indonesia Emas 2045.
Ade menjelaskan, pemerintah terus mempersiapkan investasi modal manusia disiapkan dengan baik. Mulai dari sebelum kelahiran, usia dini, remaja, dewasa, sampai usia lansia.
Hal itu disampaikan Ade dalam webinar bertajuk "Brain & Neuroscience Penuaan Dini bagi Lanjut Usia dalam memecahkan masalah GOAL-TARGET-INDIKATOR-SARANA 100 Tahun NKRI serta Aktif di masa Pandemi Covid 19", pada Rabu (4/8).
"Untuk lansia, paling tidak kami mencatat beberapa yang dibutuhkan lansia dalam mewujudkan kelanjutusiaan. Lingkungan ramah lansia, penyelarasan sistem kesehatan, termasuk pengembangan sistem jangka panjang juga," ujarnya.
Rapat koordinasi menghadirkan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof.DR.Dr.Teguh Ranakusumah, yang juga merupakan dokter spesialis saraf. Teguh menerangkan konsep Brain & Neuroscience untuk menciptakan lansia yang berkualitas menghadapi era Indonesia Emas 2045.
Lebih lanjut teguh menjelaskan, konsep Brain and Neuroscience ini dimaksudkan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dan bahagia yang juga akan meningkatkan kualitas hidup. Sehingga bisa menciptakan lansia yang sehat mandiri, aktif, dan martabat.
Sebagai informasi, webinar ini turut dihadiri oleh Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kemenko PMK Tubagus Ahmad Choesni sebagai pembuka acara, dan turut dihadiri oleh para stakeholder terkait di Kementerian dan lembaga serta akademisi dari perguruan tinggi.
Tinggalkan Komentar