Cari

Membacakan Buku Sejak Usia Dini Bentuk Karakter

Jadikan Lingkungan Anak Kaya Keaksraan Sejak Usia Dini, Bacakan Buku Buat Emosi Anak Terkontrol

Schoolmedia News --- Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbudristek mengatakan peringatan Hari Anak Nasional 2021 merupakan momen pengingat kuntuk menghadirkan lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan bagi anak, dan tidak ada satu anak pun yang boleh tertinggal dalam mendapatkan hak belajarnya.

Di masa pandemi Covid-19 dunia anak menjadi berkurang karena interaksi yang sebelumnya didapatkan dari sesama temannya menjadi terbatas. “Ini tantangan bagi kita semua. Oleh sebab itu penting adanya kolaborasi guru dan orang tua dalam memastikan dunia anak tetap luas dan kaya lewat hadirnya lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan untuk anak,” tutur Jumeri dalam sambutanya pada Acara Hari Anak Nasional di Jakarta.

Dirjen Jumeri menilai, seluruh masyarakat dapat bergerak bersama dengan dua cara, yang pertama adalah kemitraan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan orang tua. “Ini adalah dasar utama yang perlu dibangun. Pendidik dan orang tua adalah sumber belajar dan mitra pengajar. Pendidik dan orang tua harus produktif meningkatkan kemampuan pedagogi. Orang tua dapat memperkaya muatan ajar dengan sumber daya di rumah, termasuk dialog yang menimbulkan kelekatan, rasa percaya, dan rasa aman, serta menyenangkan, ” ujar Jumeri.

Menurutnya, dialog akan membangun kemampuan komunikasi, nalar, menyimak, dan mengajak anak berpikir kritis. “Jadikanlah lingkungan anak kaya keaksaraan dengan ragam media yang kaya teks dan gambar untuk memperkaya pemahaman anak tentang dunia. Salah satunya adalah dengan membacakan buku pada anak. Sudah banyak penelitian yang menemukan manfaat membacakan buku untuk anak,” ucap Jumeri.

Riset Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) 2020, kata Dirjen Jumeri, menemukan bahwa anak usia lima tahun yang dibacakan buku oleh orangtuanya, punya kemampuan empati dan prososial dan mampu mengatur emosi lebih tinggi dibandingkan anak di kelompok usia yang sama tetapi tidak dibacakan buku.

Di samping itu, Dirjen Jumeri juga menekankan perlunya peningkatan akses bacaan buku oleh anak untuk melawan kesenjangan di tiap daerah. Kemendikbudristek terus mengajak berbagai pihak membantu meningkatkan kesempatan belajar dengan berbagai aktivitas literasi. Aktivitas yang dapat dilakukan seperti menumbuhkan lingkungan keaksaraan dengan membacakan buku bagi anak, bagi para pakar untuk mendampingi pendidik dan orang tua mengasah dan menyusun kegiatan belajar mengajar berbasis buku bacaan anak, serta meningkatkan akses anak kepada buku bacaan yang sesuai.

“Sekolah bisa menjadi perpustakaan yang dapat diakses orang tua yang membutuhkan,” tambah Jumeri. Diakui Dirjen Jumeri, Ia percaya bahwa aksi ini dapat dijalankan dengan baik melalui kolaborasi berbagai mitra, gerakan masyarakat sipil, komunitas guru PAUD, dan keluarga.

“Bergerak bersama adalah kunci bagi tiap anak usia dini mendapatkan haknya menavigasi dunia dengan lebih baik di masa depan,” tegas Dirjen Jumeri.

Hidupkan Mendongeng

 Pegiat literasi, Sofie Dewayani, menegaskan bahwa literasi bukanlah hanya baca, tulis, dan hitung (calistung). “Kegiatan bercerita bagi anak usia dini harus selalu dihidupkan di rumah. Ajak mereka bicara dalam bahasa daerah, bahasa nasional, maupun bahasa lainnya. Kemudian, dekatkan juga akses buku dengan anak-anak,” tutur Sofie.

“Tentunya, buku bacaan harus sesuai umur anak, serta punya gambar dan cerita imajinatif. Ini supaya anak bisa berkelana di dunia imajinasi sekaligus membangun minat baca mereka, supaya mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat,” tegas Sofie.

Penulis Eko Schoolmedia

A#MerdekaBelajar #MerdekaBermain

Berita Selanjutnya
Presiden Blusukan Pantau Ketersediaan Obat dan Multi Vitamin ke Apotek
Berita Sebelumnya
Paksakan Anak Kuasai Membaca Menulsi Berhitung di TK/PAUD Tidak Tepat

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar