Cari

Perempuan Harus Berani Bersuara Untuk Mengatasi Perundungan

Webinar virtual dengan tema “Perempuan Pemimpin dan Kesetaraan Gender.” Pada Senin (8/3). Foto: Youtube/Kemendikbud RI

Schoolmedia News, Jakarta - Salah satu isu besar dalam dunia pendidikan adalah perundungan (bullying) yang juga rentan dialami perempuan. Staf khusus Presiden Joko Widodo, Angkie Yudistia mengakui, peran keluarganya amat besar dalam membantunya mengatasi perundungan. 

“Sejak kecil, saya menerima stigma karena menyandang disabilitas. Tetapi saya beruntung tumbuh dalam lingkungan keluarga suportif. Dari aku kecil mengalami hal itu. Stigma kamu ga mampu, kamu disabilitas, kamu bisa apa? Stigma ini melekat dari jaman dulu. Tapi beruntung aku berada di lingkungan yang sangat suportif. Beruntung didikan ibuku yang selalu menekankan, kamu sebagai perempuan tidak apa-apa memiliki keterbatasan tapi tunjukan kamu mampu. Saya diajarkan terus meningkatkan kemampuan diri dengan sekolah setinggi mungkin dan tidak membalas bullying dengan emosi,” ujar Angkie. 

Senada dengan itu, Irjen Chatarina menyatakan bahwa anak-anak harus didorong agar menjadi berani dengan diberikan afirmasi terhadap karakter positif dan membangun kepercayaan diri.

“Saya sering mengatakan pada anak saya, ‘Halo anak cantik, anak ganteng, anak pintar’. Itu bukan sekadar pujian, tetapi membangun kepercayaan diri bahwa mereka bukanlah seperti yang mereka pikirkan ketika mereka tidak percaya diri. Kita bisa mengajarkan pada anak kita bagaimana menyikapi bullying dengan menunjukkan diri tidak takut, dan kalau sesuatu membuat kita tidak nyaman, kita harus berani menyampaikan,” ujar Chatarina.  

 

Baca juga: 3 Langkah Presiden Untuk Memajukan Inovasi dan Teknologi Nasional

 

Ibu Mendikbud Franka Makarim menyatakan hal yang sama. Ia mengaku pernah mengalami perundungan di sekolah, dan ia menilai bahwa perundungan punya efek jangka panjang. Beruntung, saat itu belum ada yang namanya cyber-bullying (perundungan dunia maya) yang kini marak terjadi di antara peserta didik. Baginya, nilai di dalam keluarga itu yang dapat membantu menghadapi perundungan. 

“Bagi saya dan Pak Nadiem, kami menekankan kepada anak-anak kami, bahwa siapa mereka dan nilai mereka sebagai manusia, tidak tergantung dari persetujuan orang, terutama di media online. Dan itu juga tanggung jawab kita sebagai orang tua yang harus semakin kita perdalam. Kita harus ingat bahwa peran kita adalah untuk memberikan ketangguhan dan nilai di dalam diri anak-anak kita,” tegas Franka.

Selain itu, Franka mengatakan, perempuan harus berani untuk menyuarakan pilihan dan harapannya. Sangat penting untuk mengkomunikasikan kemauan kita agar nilai kesetaraan dalam pekerjaan maupun keluarga dapat dirasakan. Termasuk mengutarakan keinginan dalam hal karir, seperti apakah ingin berkarya sebagai ibu rumah tangga di rumah atau mau mengikuti kursus, belajar lagi, atau mempunyai anak. 

“Mari kita menemukan suara kita agar dapat menyampaikan apa yang kita inginkan dengan cara yang baik, pada orang-orang yang dapat membantu kita mencapai itu,” ujar Franka. 


Penulis   : Keke Lovina

Editor     : Burhan Schoolmedia 

Berita Selanjutnya
Formasi PPPK untuk Guru Agama Honorer Dibahas Enam Kementerian
Berita Sebelumnya
Franka Nadiem Makarim, Dibesarkan Oleh Keteladanan Ibu dan Eyang

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar