Cari

Franka Nadiem Makarim, Dibesarkan Oleh Keteladanan Ibu dan Eyang

 

 

Webinar virtual dengan tema “Perempuan Pemimpin dan Kesetaraan Gender.” Pada Senin (8/3). Foto: Youtube/Kemendikbud RI

Scoolmedia News, Jakarta - Ibu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Franka Makarim yang juga selaku Co-Founder Tulola Jewelery, menyatakan bahwa seorang superwoman adalah perempuan yang menyadari bahwa dirinya dapat melakukan apapun yang ia cita-citakan. Nilai-nilai kepemimpinan dalam diri seorang perempuan tercermin dari kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab yang ia miliki. 

Franka juga mengatakan sangat penting untuk mengkomunikasikan kemauan kita agar nilai kesetaraan dalam pekerjaan maupun keluarga dapat dirasakan. Hal ini Franka sampaikan dalam peringatan Hari Perempuan Internasional, Kemendikbud melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) menggelar Webinar Virtual “Perempuan Pemimpin dan Kesetaraan Gender” secara virtual, Senin (8/3).

Pada kesempatan ini, Franka Makarim mengungkapkan kisah masa kecilnya. Di mana saat berusia 9 tahun, ia dibesarkan oleh ibu dan neneknya karena sang ayah telah meninggal dunia. Keteladanan dan nilai tanggungjawab yang ditunjukkan oleh kedua wanita tersebut, diakui Franka telah menumbuhkan keyakinan dan rasa percaya dirinya untuk melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggung jawab. 

“Saya berterima kasih sekali pada Ibu saya yang telah membesarkan saya juga Eyang saya, yang dalam usia tuanya tetap aktif bekerja dan berorganisasi. Wanita-wanita inilah yang telah memberikan contoh dalam hidup saya, bahwa kita bisa melakukan apa yang kita mau dan bertanggungjawab. Baik itu di rumah bersama keluarga maupun dalam memberi dampak pada masyarakat,” ujar Franka 

 

Baca juga: Percepat Perkuliahan Tatap Muka, Mahasiswa Akan Di Vaksin Covid 19

 

Franka mengakui, secara global, makin banyak dukungan di antara sesama perempuan untuk terus maju menjalankan perannya. 

“Kita punya tanggung jawab sebagai istri, ibu, dan karyawan atau pekerja, misalnya. Ini laki-laki juga punya tanggungjawab pada keluarga dan pekerjaan. Bagaimana kita membagi tanggung jawab di rumah dan dalam pekerjaan, ini semoga  bisa semakin dilakukan,” ujarnya.  

Senada dengan itu, Irjen Kemendikbud, Chatarina Girsang mengatakan, bahwa superwoman adalah perempuan yang dapat melakukan apa saja di manapun posisinya saat ini. 

“Seorang superwoman harus percaya diri (bahwa) dia bisa mencapai cita-cita dan saya meyakini, perempuan dikaruniai Tuhan kemampuan mengerjakan segala sesuatu dalam waktu bersamaan, yaitu multitasking,” ujar Chatarina.

Chatarina menyoroti pentingnya peran keluarga dalam membentuk karakter anak perempuan. Serta, nilai di dalam keluarga itu yang dapat membantu menghadapi perundungan.

“Sejak kecil, ayah saya mendidik anak-anak perempuannya untuk berani maju, bermanfaat bagi sesama, dan tidak perlu takut, asalkan kami bertindak sesuai prinsip yang benar. Tidak perlu juga takut bersaing dengan laki-laki, karena perempuan punya hati yang kuat dan luas untuk berbagi dengan sesama,” ungkap Chatarina. 

Sementara itu, Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Angkie Yudistia, menyoroti bahwa peran perempuan masih terkendala stigma yang ada di masyarakat, khususnya bagi perempuan difabel. Ia mengungkap kesulitan yang kerap dihadapi karena sebagai perempuan penyandang disabilitas, ia harus memakai alat bantu dengar.  Serta, mendorong kaum perempuan untuk juga menguasai teknologi dan literasi finansial di era modern ini. 

“Tetapi, bagi perempuan, hanya ada dua pilihan. Mau menyerah atau optimis? Alangkah sayangnya kalau kita menyerah,” ujar Angkie 

“Kita harus punya pola pikir bagaimana beradaptasi dengan keterbatasan ini,” ujar Angkie yang merupakan pendiri Thisable Enterprise itu. 

Chatarina juga mengatakan bahwa salah satu tantangan besar bagi perempuan sebagai pemimpin adalah dalam membagi waktu dan peran. Oleh karena itu, ia menuturkan bahwa perempuan harus mampu beradaptasi percaya diri, berani, dan memiliki empati pada sesama.

“Ketika saya di rumah, saya melepaskan titel dan jabatan. Pengertian dan dukungan keluarga sangatlah penting. Sejak awal, suami dan anak-anak saya sangat mendukung, maka saya mampu berkiprah di Kemendikbud. Dengan kehadiran teknologi, kapanpun saya dapat berkomunikasi dengan keluarga,” ujar Chatarina. 

Menyambung pernyataan sebelumnya, Angkie juga menegaskan bahwa perempuan harus belajar menerima kondisi diri sendiri dan berdamai dengan perbedaan yang ada. 

“Berbeda itu tidak apa-apa. Justru dengan berbeda, lebih banyak nilai-nilai yang kita pelajari bersama. Perempuan dapat membangun cinta terhadap diri sendiri, dan kemudian bisa menumbuhkan rasa mencintai dan menyayangi sesamanya,” ujar Angkie. 

Penulis  : Keke Lovina

Editor   : Eko Schoolmedia 

 

Berita Selanjutnya
Perempuan Harus Berani Bersuara Untuk Mengatasi Perundungan
Berita Sebelumnya
Regulasi Ciptakan Sekolah Aman dan Ramah Anak Perlu Sosialisasi

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar