Schoolmedia News Jakarta == Di tengah riuhnya Festival Liter-Aksi CIA 2025 dengan tema âMain yang Lebih Sehatâ, ribuan orang tua duduk bersisian bersama anak-anak mereka. Tidak ada gawai di tangan, tidak ada notifikasi yang bersahut-sahutan. Yang terdengar hanya tawa, celoteh polos, dan suara permainan tradisional yang menggantikan dering layar kaca.
Di panggung utama, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan, menyampaikan ajakan sederhana namun menggugah: 200 menit tanpa gawai setiap hari bersama anak.
âGerakan ini sederhana tapi bermakna. Kalau dari kecil anak dibiasakan tanpa gawai, mereka akan tumbuh tanpa ketergantungan terhadap gawai pula. Anak meniru apa yang dilihat dari orang tuanya. Jadi mulailah dengan memberikan contoh,â ujarnya dengan nada penuh keyakinan.
Hasil Penelitian dan Rekomendas IDAI
Pesan itu bukan sekadar seruan kosong. Sebuah penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan anak usia dini yang terpapar gawai lebih dari 2 jam sehari memiliki risiko keterlambatan bicara 6 kali lebih tinggi dibanding anak yang jarang bersentuhan dengan layar.
Hasil studi Kementerian Kesehatan RI (2023) juga mengungkap bahwa 42% anak usia 5â9 tahun di kota besar mengalami kesulitan fokus di sekolah akibat terlalu sering bermain gawai. Sementara riset University of Alberta, Kanada (2022) menyebutkan bahwa penggunaan gawai berlebihan pada balita meningkatkan risiko gangguan tidur hingga 60%.
âKalau keluarga membiasakan hal sehat sejak awal, anak akan meniru. Jadi berilah waktumu kepada anak sebagai wujud kasih dan komitmen kita sebagai orang tua,â tambah Veronica.
Gerakan 200 menit tanpa gawai ini lahir dari keresahan yang nyata: semakin banyak anak kecil yang lebih akrab dengan layar dibanding dengan pelukan orang tuanya.
Dalam suasana haru sekaligus hangat, Veronica Tan bersama figur publik dan aktivis pendidikan keluarga, Shahnaz Haque, memimpin pembacaan komitmen para orang tua. Suara mereka menggema, seperti janji suci di hadapan anak-anak yang duduk di pangkuan atau berlarian di sekitar panggung.
âKami siap menaruh perhatian mengajak ananda bermain yang lebih sehat. Kami mau menambah pengetahuan demi nutrisi ananda yang lebih baik. Kami mau mengambil sikap bijak mengelola pemakaian gawai saya dan keluarga. Kami siap mengambil peran mengajak yang lain ikut bergerak,â demikian potongan komitmen yang diucapkan serempak.
Di barisan depan, seorang ayah tampak menggenggam erat tangan putrinya. Wajahnya bergetar menahan emosi. âSelama ini saya sering sibuk dengan gawai. Kadang lupa, anak hanya ingin ditemani main congklak. Hari ini saya belajar, kebahagiaan itu ternyata sesederhana duduk bersama anak,â katanya lirih.
Festival Liter-Aksi CIA 2025 tak hanya menyulut kesadaran, tetapi juga menorehkan sejarah dengan memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai acara keluarga bebas gawai terbanyak di Indonesia. Ribuan peserta yang hadir bukan hanya memegang rekor, tetapi juga menghidupkan kembali tradisi lama: memandang wajah anak tanpa perantara layar.
Di sudut arena, seorang anak laki-laki tertawa lepas ketika ibunya mengejar dengan permainan sederhana âular nagaâ. Tak ada suara notifikasi WhatsApp, tak ada tangisan karena kalah main gim digital. Hanya keringat, tawa, dan kenangan yang kelak akan ia bawa hingga dewasa.
Gerakan 200 menit tanpa gawai ini adalah pesan yang lahir dari kesadaran bahwa perubahan besar bermula dari rumah. Dari ruang tamu yang sunyi tanpa televisi, dari halaman rumah yang kembali riuh oleh petak umpet, dari obrolan sederhana sebelum tidur tanpa gangguan layar biru.
âPerubahan tak perlu menunggu kebijakan besar. Cukup dengan menyediakan waktu kitaâ200 menit saja setiap hariâkita bisa menyelamatkan generasi dari ketergantungan pada gawai,â pungkas Veronica.
Di era digital yang serba cepat ini, ajakan itu terasa seperti oase. Sebuah pengingat bahwa di balik layar kecil yang menawan, ada bahaya besar yang mengintai. Dan hanya dengan pelukan, tatapan mata, serta tawa yang tulus, anak-anak bisa tumbuh lebih sehatâsecara fisik, mental, dan emosional.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar