Cari

Karti dan Ade Guru Produk Proyek Bank Dunia PADU Menjadi Saksi Tiga Dekade Direktorat PAUD PAUD


Kisah Dua Srikandi PAUD, Karti dan Ade Guru Produk Proyek Bank Dunia PADU Menjadi Saksi Tiga Dekade PAUD di Indonesia 

Schoolmedia News- ​Di balik celoteh dan canda tawa anak usia dini diiringi lantunan tembang gembira 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang terdengar dari ruang kelas TK Negeri Syek Malka Rangkasbitung Kabupaten Lebak, terdapat kisah inspirarif tentang ketulusan dan pengabdian guru PAUD yang tak lekang oleh waktu.

Ini adalah kisah Karti Purnamasari dan Ade Rosita, dua nama yang menjadi saksi hidup bagaimana sebuah proyek Bank Dunia bertajuk Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) pada tahun 2002 sebagai embrio program pendidikan prasekolah di Indonesia sebelum Direktorat PAUD terbentuk. Kisah sederhana mereka memutuskan menjadi guru PAUD menumbuhkan harapan dan mengubah jalan hidup mereka dikemudian hari. 

Dari ruang kelas TK Negeri Syek Malka, PAUDPEDIA menemukan kisah inspiratif dua sosok guru ini yang mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan anak usia dini. Karti Purnamasari dan Ade Rosita, dua nama yang tak terpisahkan dari sejarah tigs deksde Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang saat masih itu merupakan proyek kerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Bank Dunia.

Kisah mereka adalah cerminan ketulusan, kerja keras, dan sukacita yang tak pernah pudar, menjadi saksi hidup bagaimana sebuah proyek sederhana Bank Dunia bernama Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) bisa menumbuhkan harapan dan mengubah masa depan mereka. 

Program PADU Embrio PAUD 

Tahun 2002 menjadi titik balik bagi Karti dan Ade. Saat itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Bank Dunia menginisiasi proyek PAUD yang revolusioner. Karti, Ade, dan 32 calon guru PAUD dari 8 satuan PAUD di Kabupaten Lebak, Banten, terpilih menjadi bagian dari proyek ini untuk meningkatkan kualitas pengajar anak usia dini.

Mereka mendapat beasiswa D2 Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Pendidikan Indonesia. Selama dua tahun menimba ilmu, mereka tidak hanya dibekali pengetahuan, tetapi juga diberi honor bulanan sebesar Rp 300.000, sebuah dukungan nyata yang sangat berarti bagi mereka yang berjuang menuntut ilmu.

“Saat itu sebagian besar kami masih gadis baru selesai tamat SMA. Sebagian lagi sudah menjadi guru honorer di TK. Tahun 2002 saya baru mulai membantu mengajar di TK Negeri Cempakasari yang jadi proyek PADU Bank Dunia,” ujar Karti Purnamasari yang lahir di Lebak 18 Maret 1980.

Lulus Diploma 2 kuliah program Pendidikan Guru TK di UPI, pintu pengabdian langsung terbuka. Karti dan Ade ditugaskan mengajar di salah satu dari delapan satuan PAUD yang dibangun Bank Dunia di Kabupaten Lebak. Bangunan megah di atas lahan 1500 meter persegi itu menjadi "istana" bagi anak-anak untuk belajar dan bermain. 

Di sanalah, dengan gaji awal Rp 400.000 dari Bank Dunia, Karti dan Ade memulai perjalanan mereka. Gaji yang mungkin tak seberapa, namun dibayar dengan sukacita dan semangat yang meluap.

“Jaman itu 30 tahun lalu gaji kami sebesar itu sudah sangat besar di Lebak. Karena gaji guru TK lain yang dibayar dari Yayasan Lembaga PAUD atau TK Negeri baru setengahnya. Saya ingat setiap kali dapat gaji bisa ke Gramedia beli buku,” ujar Ibu Ade. 

Menapaki Tangga Pengabdian 

Meski begitu perjalanan Karti dan Ade sebagai guru PAUD tidak selalu mulus. Saat pemerintah meluncurkan program Guru Bantu, mereka tidak bisa mendaftar karena status mereka masih tercatat sebagai guru honorer Bank Dunia. 

Namun, rintangan itu tak menyurutkan langkah mereka. Justru, mereka melihatnya sebagai motivasi untuk terus berkembang. Dedikasi yang tulus membuat mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi. Mereka menjadi ibu, sahabat, dan motivator bagi puluhan bahkan ratusan anak-anak yang pernah mereka ajar.

Kecintaan terhadap dunia pendidikan mendorong mereka untuk terus menimba ilmu. Karti dan Ade melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Universitas Negeri Jakarta pada tahun 2017, dan tak berhenti sampai di situ. Mereka terus melaju hingga meraih gelar magister pada tahun 2021. 

Perjalanan ini bukan sekadar mengejar gelar, tetapi juga bukti nyata komitmen mereka untuk memberikan yang terbaik bagi generasi penerus bangsa. Mereka ingin menjadi guru yang lebih baik, lebih profesional, dan terus relevan dengan perkembangan zaman.

Kini, tiga dekade, Direktorat PAUD telah berkembang pesat. Proyek yang dulu diinisiasi dengan dukungan Bank Dunia kini menjadi program yang masif dan terstruktur di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Karti dan Ade adalah bagian dari sejarah itu. Mereka adalah dua dari sekian banyak guru yang menjadi tonggak awal, fondasi kuat yang memungkinkan pendidikan anak usia dini menjadi seperti sekarang.

Guru PAUD Panggilan Hati Bukan Pekerjaan 

Bagi Karti dan Ade, menjadi guru PAUD adalah sebuah panggilan hati, bukan sekadar pekerjaan. Senyum ceria anak-anak, celoteh polos, dan tatapan penuh rasa ingin tahu adalah upah tak ternilai yang mereka dapatkan setiap hari.

Sukacita mereka tak hanya datang dari capaian pribadi, tetapi juga dari melihat anak-anak didiknya tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang cerdas dan berkarakter. “Saya bahagia karena murid-murid PAUD masih banyak yang ingat gurunya. Bahkan ada yang sudah jadi pejabat dan pengusaha sekarang,” ujar Ibu Ade yang memiliki dua anak yang telah lulus kuliah di Perguruan Tinggi Negeri.

Mereka merasa bangga menjadi saksi sejarah, menjadi bagian dari 30 tahun perjalanan Direktorat PAUD yang telah membawa begitu banyak perubahan positif bagi anak-anak Indonesia.

“Saya beberapa kali sebelum pandemi Covid 19 terjsdi sering ikut kegiatan yang diundang Direktorat PAUD mengikuti penguatan kapasitas guru. Tapi setelah pandemi justru tidak lagi. Padahal kami sangat membutuhkan,” ujar Karti. 

Bangunan gedung Proyek PAUD hasil kerja sama Bank Dunia dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di TK Negeri Pembina Syek Malka, tempat Karti dan Ade mengabdi, masih tampak kokoh berdiri. Ini adalah warisan nyata dari sebuah inisiatif besar yang telah melahirkan generasi penerus bangsa. 

Namun, waktu tak bisa dilawan. Sejumlah kusen ruang kelas telah rusak dimakan rayap, menyisakan tanda-tanda usang pada bangunan yang dulu menjadi harapan baru. 

Karti dan Ade berharap, program Revitalisasi Sekolah dapat menyentuh sekolah mereka, agar "istana" impian anak-anak ini bisa kembali bersinar, terus menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk belajar dan bermain.

Tim Schoolmedia 


Artikel Sebelumnya
Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Nasional Protas Digenjot

Artikel Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar