Cari

Wamendikdasmen, Prof Dr Atif Latipulhayat : "Jiwa Masyarakat Membaca Tandai Bangsa Beradab"



Schoolmedia News Jakarta --- Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) menyelenggarakan Bedah Buku 2025 bertajuk "Di Balik Cerita"   di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki.

Hadir dalam acara ini yaitu Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat; Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Toni Toharudin; Kepala Pusat Perbukuan (Pusbuk), Supriyatno; Ketua Komite Sastra DKJ, Fadjriah Nurdiarsih; komunitas penulis, guru dan siswa SMA.

Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikdasmen, Atip Latipulhayat, menyampaikan refleksi mendalam mengenai peran sastra dalam membentuk jiwa dan peradaban bangsa. “Membaca itu seperti gerak tubuh yang tak bisa ditahan.

Jiwa yang membaca menandai bangsa yang telah memasuki ruang peradaban. Sebaliknya, jika membaca hanya dianggap sebagai kewajiban atau beban, maka bangsa itu belum sepenuhnya berada dalam kesadaran berperadaban”, ujar Wamen Atip dalam sambutannya. 

Lebih jauh, ia mengenang masa kecilnya di kampung yang belum tersentuh listrik, di mana akses terhadap informasi hanya bisa didapatkan melalui bacaan. “Saya membaca apa saja yang tersisa dari peninggalan kakak saya. Dari situlah saya tahu, cerita bukan sekadar cerita, ia bisa menggerakkan imajinasi dan mengubah hidup,” kenangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komite Sastra DKJ, Fadjriah Nurdiarsih menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Pusat Perbukuan yang mengajak Dewan Kesenian Jakarta untuk bekerja sama dan selalu melibatkan para penulis, editor, ilustrator, desainer dalam berbagai pekerjaan cerdas yang hasilnya dapat dilihat di aplikasi Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI).

Menyelami Makna, Menajamkan Nalar

Buku sastra pilihan tahun ini, “Lauk Daun” karya Hartari, bukan hanya diulas dari sisi estetik dan cerita. Karya ini dibedah untuk menyingkap nilai-nilai yang dapat memperkaya pembelajaran di kelas, khususnya bagi siswa SMA/SMK. Bersama pembahas Shahnaz Haque dan kurator Mahfud Ikhwan, forum ini menggali bagaimana sebuah karya sastra bisa membuka percakapan lintas generasi dan lintas pemahaman.

Shahnaz Haque yang terkenal sebagai artis senior mengajak para peserta yang kebanyakan adalah siswa SMA agar mulai menulis untuk meningkatkan cara berpikir. “Zaman saya dulu, saya dibesarkan dengan menulis di buku harian atau yang dikenal dengan dear diary, ternyata itu latihan menulis. Menulis akan membuat cara berpikir kita semakin baik. Ikatlah ilmu kalian  dengan tulisan, jadi kalian jangan membuang emosi di media sosial. Sastra membuat nalar kalian menjadi lebih bagus,” jelasnya.

Mahfud Ikhwan sebagai kurator memaparkan alasannya merekomendasikan buku “Lauk Daun” untuk dipelajari di jenjang SMA/SMK. Ia menjelaskan bahwa naskahnya sendiri sudah bagus dan isinya  berkaitan dengan realita sosial, sehingga para siswa bisa memetik pelajaran tentang kehidupan melalui buku tersebut.  

Ruang Temu Literasi

Rangkaian peringatan Hari Buku Nasional dan Bulan Buku ini menjadi ruang temu yang hangat antara pemerintah, penulis, kurator, komunitas penulis, guru, siswa, hingga perwakilan Dewan Kesenian dan IKAPI.  Dialog hangat antara para narasumber  dan peserta sekaligus menegaskan bahwa sastra adalah sebuah pendekatan yang bisa dijadikan membangun ruang diskusi, memperluas wawasan dan membangun nalar.

 Susan Sri Kencana, Guru SMAN 100, Jakarta, menyebutkan bahwa acara ini memberikan pengetahuan baru serta memperkaya pemahaman tentang sastra. “Kita bisa bertemu langsung dengan penulis dan tokoh-tokoh penting dalam dunia sastra, itu sangat menginspirasi. Sastra itu bukan hanya teks, tapi juga tentang mengasah empati dan rasa terhadap kehidupan,” ujarnya. Ia berharap kegiatan semacam ini dapat terus berlanjut setiap tahun agar dapat menjadi sarana penguatan karakter dan kepekaan sosial melalui literasi.

Pandangan serupa juga disampaikan oleh Dita, siswi dari SMAN 15, Jakarta, yang mengaku sangat terkesan dengan kesempatan berinteraksi langsung bersama penulis. “aku jujur merasa terhormat bisa mengikuti acara ini, kita bisa tahu sudut pandang dari seorang penulis gimana sih cara dia mengeksplorasi ide-idenya menjadi sebuah tulisan” katanya.

Sementara Ernesti Jatiningsih, guru dari SMAN 54, Jakarta, menilai acara ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru Bahasa Indonesia. Ia menyebut kegiatan ini memperkaya referensi bacaan sastra yang relevan dan dapat direkomendasikan kepada siswa.

“Bukunya bagus, sesuai dengan realita yang ada di Indonesia. Melalui acara ini guru-guru bahasa Indonesia mendapatkan rekomendasi yang baik dari buku sastra yang bisa dibaca oleh siswa,” tuturnya.  

“Di Balik Cerita” adalah bagian dari upaya berkelanjutan Kementerian untuk mengintegrasikan literasi dalam sistem pendidikan nasional. Sementara itu, Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) menjadi jembatan antara siswa dan sumber belajar bermutu, mudah diakses, interaktif, dan adaptif terhadap kebutuhan zaman.

Pusat Perbukuan secara rutin akan mengulas “Di Balik Cerita” buku-buku pendidikan (buku teks dan buku nonteks) untuk menggali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya serta pemanfaatannya dalam pembelajaran di sekolah.

Kegiatan ini menegaskan komitmen Kemendikdasmen untuk membumikan sastra sebagai sarana pendidikan yang transformatif. Sastra bukan lagi milik kalangan tertentu, tetapi menjadi ruang bersama yang menumbuhkan nalar, menajamkan rasa, dan menjadikan literasi menuju pendidikan bermutu untuk semua.






Artikel Selanjutnya
Pemerintah Perlu Perbanyak Amiratul Hajj Perempuan
Artikel Sebelumnya
Kemendikdasmen Sosialisasikan Kurasi dan SIMT Bagi Penyedia Beasiswa

Artikel Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar