Cari

Guru

Teliti Potensi Bunga Rosella untuk Antidiabetes, Dosen UGM Raih Ristek Kalbe Science Award


Schoolmedia News Jogyakarta =  Peneliti Universitas Gadjah Mada kembali menorehkan prestasi di tingkat nasional. Dr. Widiastuti Setyaningsih dari Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian meraih Ristek Kalbe Science Award (RKSA) 2025 berkat inovasi tablet effervescent kombucha rosella yang dirancang sebagai minuman fungsional antidiabetik.

Penghargaan ini menjadi pengakuan atas komitmennya mengembangkan pangan fungsional berbasis biodiversitas lokal. Riset yang ia kembangkan menempatkan pendekatan ilmiah dan teknologi sebagai kunci untuk menjawab tantangan kesehatan masyarakat.

Capaian ini sekaligus menegaskan kontribusinya dalam memperkuat riset hilirisasi di tingkat nasional.

Perjalanan riset Widiastuti berawal dari kebutuhan menghadirkan solusi yang relevan bagi masalah diabetes yang masih tinggi di Indonesia, sekaligus dorongan personal ketika ibunya sempat mengalami lonjakan gula darah.

Widiastuti melihat rosella memiliki komponen fenolik yang signifikan, sementara fermentasi kombucha membuka peluang peningkatan aktivitas bioaktif sehingga kombinasi keduanya layak dikembangkan.

Pengalaman tersebut membuatnya semakin yakin bahwa masyarakat membutuhkan alternatif pangan fungsional yang aman dan mudah dijangkau.

“Saya melihat peluang besar untuk menghadirkan produk yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.

Dari motivasi itulah muncul kebutuhan agar proses pengembangan produk memiliki pengendalian mutu yang cepat dan presisi sehingga industri dapat mengadopsinya.

Ia memilih integrasi teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Near Infrared Spectroscopy yang memungkinkan prediksi komponen mutu dalam hitungan detik.

Pendekatan ini menjawab keterbatasan metode konvensional yang memerlukan waktu panjang sehingga kurang efisien untuk kebutuhan industri. “Metode ini membuat konsistensi mutu dapat dijaga sejak tahap awal proses,” kata Widiastuti.

Penguatan sistem mutu tersebut menjadi penting karena proses hilirisasi menghadirkan tantangan teknis yang cukup besar. Stabilitas senyawa bioaktif harus dipertahankan agar manfaat fungsional tidak berkurang selama formulasi dan penyimpanan.

Widiastuti mengungkapkan variasi kondisi pada proses fermentasi juga perlu dikendalikan dengan cermat agar mutu produk tetap seragam. “Ketekunan dan dukungan tim riset membuat saya mampu melalui berbagai tantangan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Widiastuti menjelaskan bahwa konsistensi mutu berkaitan erat dengan kompleksitas formulasi tablet effervescent yang ia rancang. Produk harus tetap kaya senyawa aktif sekaligus nyaman dikonsumsi dengan karakter pelarutan yang stabil.

Setiap tahapan formulasi membutuhkan keseimbangan antara manfaat fungsional dan preferensi sensoris agar produk dapat diterima masyarakat. “Bagian paling kompleks adalah menjaga aktivitas antidiabetik tetap signifikan hingga produk siap digunakan,” ujarnya.

Upaya tersebut dilakukan agar inovasi ini dapat menjadi alternatif minuman fungsional yang praktis bagi masyarakat. Bentuk tablet dipilih untuk memudahkan penggunaan sekaligus mempertahankan kandungan senyawa bioaktif.

Widiastuti meyakini produk ini akan memiliki kontribusi besar jika kelak dapat diproduksi secara massal dengan harga yang terjangkau. “Kami sejak awal merancang produk ini agar relevan dan dapat diterima luas,” katanya.

Penghargaan RKSA 2025 menjadi momentum penting dalam perjalanan risetnya dan mendorongnya untuk terus produktif. Ia menilai capaian ini bukan hanya pencapaian pribadi tetapi hasil kerja kolektif seluruh anggota tim.

Dukungan mitra, mahasiswa dan asisten peneliti memperkuat proses pengembangan inovasi hingga kini diakui secara nasional. “Capaian ini adalah milik seluruh ekosistem pendukung saya,” ujar Widiastuti.

Momentum ini, menurutnya, memperluas peluang pengembangan risetnya pada integrasi teknologi yang lebih kuat. Ia berencana memperdalam pemanfaatan kecerdasan buatan untuk analisis mutu dan otentikasi produk pangan fungsional. Penguatan aspek hilirisasi juga menjadi fokus agar inovasi dari kampus dapat hadir lebih cepat di tengah masyarakat.

“Saya membayangkan pusat riset unggulan yang fokus pada edible flowers karena potensinya sangat besar,” kata Dr. Widiastuti.

Dengan berbagai potensi yang ada, Widiastuti melihat riset pangan fungsional Indonesia memiliki ruang perkembangan yang luas. Ia meyakini inovasi yang berorientasi pada kebutuhan kesehatan masyarakat akan memberi dampak nyata bila dibarengi pendekatan ilmiah dan pemanfaatan teknologi yang matang.

Penghargaan ini memperkuat langkahnya untuk terus mengembangkan riset yang berkelanjutan. Ia berharap semakin banyak inovasi kampus yang dapat membawa manfaat bagi masyarakat luas.

Tim Schoolmedia 

Tokoh Sebelumnya
Ikut Akselerasi Sejak SD dan SMA, Farras Ulinnuha Lulus S1 Kedokteran UGM di Usia 19 Tahun 8 Bulan

Tokoh Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar