Schoolmedia News Jakarta ---- Membangun keadaban digital kepada generasi emas anak Indonesia 2045 yang saat ini berada di jenjang usia Pendidikan Anak Usia Dini dan kelas awal Sekolah Dasar harus dimulai dari ranah keluarga. Peran keluarga harus mengajarkan sejak usia dini kepada anak-anak dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Khususnya di era digitalisasi saat ini ranahnya dalam bermedia sosia
Keberhasilan keluarga mendidik serta membuat anak menjadi melek digital secara tepat dapat tercermin dalam iBANGGA merupakan indeks pengukuran kualitas keluarga yang ditunjukan melalui tiga dimensi yaitu dimensi ketentraman, kemandirian, dan kebahagiaan yang menggambarkan peran dan fungsi keluarga untuk semua wilayah di Indonesia.
"iBangga merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas keluarga 514 Kabupaten//Kota di Indonesia. Hasil pengukuran iBangga adalah status capaian pelaksanan pembangunan keluarga di suatu wilayah yang diklasifikasikan menjadi tangguh, berkembang, dan rentan," Asisten Deputi Ketahanan dan Kesejahteran Keluarga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Indah Suwarni.
Pembangunan Keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Diperlukan adanya sebuah ukuran untuk mengukur keberhasilan dalam upaya pembangunan kualitas keluarga, sehingga dapat dijadikan data strategis sebagai ukuran kinerja pemerintah dan menjadi dasar bagi para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan dalam merumuskan kebijakan/ program/kegiatan.
Pembangunan keluarga merupakan suatu upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Kemajuan pembangunan keluarga dapat diukur melalui Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga), yang terdiri dari 3 (tiga) dimensi, yakni; ketentraman, kemandirian , dan kebahagiaan.
Hasil dari Indeks tersebut digunakan untuk mengklasifikasikan status pembangunan keluarga melalui kategori tangguh, berkembang, atau rentan.
Adapun target yang harus di capai untuk Indeks Pembangunan Keluarga tahun 2024 adalah sebesar 61.0. Di tahun 2022, ditargetkan sebesar 57 dari baseline yang ditetapkan pada tahun 2018 yakni sebesar 53,6.
“Untuk pembangunan, kalau kita hanya bicara makro, tidak pernah menyentuh permasalahan mikro di dalam keluarga, maka kita tidak akan bisa memberikan solusi 'treatment' yang tepat," kata Indah Suwarni pada Rapat Koordinasi Upaya Percepatan Peningkatan Indeks Pembangunan Keluarga.
Menurut data dari BKKBN, angka perceraian di Indonesia meningkat pesat selama pandemi COVID-19, bahkan lebih tinggi dibandingkan pada 2017 dan 2018. Tercatat angka perceraian di tahun 2020 sebanyak 305.688 atau meningkat sebesar 5 persen.
Selain itu, BKKBN juga mencatat, angka perkawinan anak saat ini mencapai 9,23 persen. Sejak pandemi, jumlah penerimaan perkara Dispensasi Kawin di pengadilan sedikit menurun tetapi tetap lebih tinggi dari masa sebelum perubahan batas usia minimal perkawinan.
“Angkanya memang menurun, namun dikhawatirkan, apa ini benar-benar menurun atau kasusnya tidak tercatat," kata Indah.
Ia mengatakan perkawinan anak tersebut bisa menjadi malapetaka atau sumber permasalahan pemicu KDRT dan perceraian. Jika tidak diatasi, upaya membangun keluarga yang berkualitas akan sulit dilakukan.
Untuk itulah, kata dia, indeks pembangunan keluarga sangat penting dan sangat dibutuhkan untuk benar-benar menemukan permasalahan keluarga hingga ke dasar, sehingga penanganannya dapat dilakukan secara tepat.
“Jadi, iBangga ini untuk memotret keluarga lebih detail, dalam rangka menyelesaikan banyak hal, mulai dari masalah sosial, masalah kemiskinan, sampai ke masalah yang terkait dengan parenting dan masalah remaja, guna mewujudkan keluarga yang tenteram, mandiri dan bahagia," katanya.
Dengan demikian, kondisi dan permasalahan sebuah keluarga sangat penting untuk dipotret dan diukur dengan indikator-indikator yang tepat dalam iBangga, sehingga masalah-masalah tersebut dapat dipetakan dan dicarikan jalan keluar.
Sejak Usia Dini
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna internet paling banyak di dunia. Berdasarkan data dari internetworldstat.com pada 2021, Indonesia menempati peringkat ke-4 dengan jumlah sebanyak 171.260.000 pengguna. Jumlah tersebut di bawah dari Amerika Serikat yang menempati peringkat 3, India menempati peringkat 2, dan Cina yang menempati peringkat 1.
Asisten Deputi Ketahanan dan Kesejahteran Keluarga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Indah Suwarni menjelaskan, populasi pengguna internet yang sangat banyak justru membuat penggunaannya banyak diselewengkan.
"Banyak yang menyelewengkan penggunaan internet sebagai sarana penyebar kabar dan informasi bohong, penipuan, judi, akses konten pornografi, kekerasan seksual, penculikan, dan sebagainya," ujarnya dalam Rapat Persiapan Webinar Nasional, Peningkatan Kualitas SDM Membangun Keadaban Digital, pada Selasa (7/6).
Lebih lanjut, Indah memaparkan, berdasarkan data Microsoft, pada tahun 2019, Indonesia memiliki skor Indeks Keadaban Digital (Digital Civility Index/DCI) sebesar 67, berada pada peringkat ke-11 dari 25 negara. Kemudian, pada tahun 2020, skor Indonesia turun 8 poin lebih buruk dari tahun 2019 dan termasuk dalam kuartil keempat (kuartil terbawah) yaitu berada pada peringkat ke-29 dari 32 negara.
Posisi ini menjadikan Indonesia berada di posisi terburuk di Asia Pasific yang mencakup 9 negara (Australia, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam). Sementara Singapura dan Taiwan masuk dalam 5 besar dunia dengan poin paling bagus.
Karena itu, Indah menjelaskan, untuk membangun keadaban digital harus dimulai dari ranah keluarga. "Peran keluarga harus mengajarkan sejak dini kepada anak-anak dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Khususnya di era digitalisasi saat ini ranahnya dalam bermedia sosial," ujarnya.
Tinggalkan Komentar