Cari

Dua Minggu Pertama Sekolah Menjadi Fase :Penting Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan

 

Schoolmedia News Jakarta --- Masa transisi bukanlah masa mudah bagi siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)., karena terdapat berbagai perbedaan tuntutan bagi anak yang belajar disatuan PAUD dengan Sekolah Dasar (SD). Regulasi dan tata kelola di SD jauh berbeda dengan di  PAUD, sehingga anak dituntut untuk dapat melakukan  berbagai penyesuaian secara cepat dan tepat yang kemudian justru memunculkan tekanan bagi anak. Hal ini tidak akan terjadi jika masa transisi dilakukan dengan pola serta kegiatan yang menyenangkan dan membuat  siswa PAUD merasa aman, nyaman dan bahagia di satuan pendidikan.

Lingkungan belajar harus dibangun kondusif untuk  mendukung penguatan transisi PAUD ke SD  Yang Menyenangkan. Ekosistem pendidikan jadi jembatan yang layak agar peserta didik dapat aman dan nyaman berjalan hingga mencapai kesiapannya bersekolah. "Untuk dapat turut membangun jembatan, kita perlu satu persepsi dan satu visi mengenai apa yang dimaksud dengan praktik pembelajaran yang menguatkan transisi PAUD ke SD," ujar Akademisi dan Praktisi PAUD,  Dr Irma Yuliantina, M.Pd dalam Workshop Pembelajaran Mitra Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan di Jogyakarta, Selasa (26/9).

Dikatakan, dua minggu pertama sekolah merupakan gerbang pertama peserta didik pada fase Transisi PAUD ke SD memasuki pendidikan sekolah sehingga ada dua hal yang perlu terjadi: Periode dua minggu, meliputi tiga hari pertama untuk masa pengenalan lingkungan belajar dan tujuh hari lainnya adalah proses kegiatan pembelajaran untuk asesmen awal.

Pentingnya Asesmen Awal 

Dr Irma Yuliantina yang juga anggota BAN PAUD menegaskan asesmen wal perlu dilakukan pada pekan pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sebagai upaya satuan pendidikan mengenal peserta didik. 

Pembelajaran yang masih belum berkesinambungan antara PAUD dan SD pada Fase A, sehingga diperlukan cara untuk mengetahui kelanjutan tahapan kemampuan peserta didik dalam enam aspek fondasi setelah masa PAUD memasuki SD, sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

"Tidak seluruh peserta didik di Fase A pernah mengikuti PAUD, oleh sebab itu, tidak ada informasi mengenai aspek kemampuan fondasi yang diperlukan agar guru dapat memberikan kegiatan pembelajaran yang sesuai. Dalam konteks penguatan Transisi PAUD ke SD, yang melakukan Guru kelas 1 SD," ujarnya.

Namun, lanjutnya  prinsip asesmen awal yang diterapkan dapat digunakan juga oleh guru PAUD. Asesmen awal dapat dilakukan pada hari keempat setelah masa MPLS berakhir dengan durasi yang disarankan tidak lebih dari dua minggu pertama.

Guru PAUD perlu memahami proses yang terjadi selama dua minggu ini, sehingga mengetahui gambaran apa yang akan dilalui oleh peserta didiknya, serta apa yang dapat guru bantu siapkan sejak di PAUD.  Sebelum atau pada saat hari pertama MPLS, guru kelas didorong untuk dapat membuat wadah komunikasi dan memberikan informasi terkait visi-misi serta kegiatan pembelajaran selama satu semester kepada para orang tua / wali dari peserta didik serta perannya dalam pembelajaran. 

Guru kelas pun diharapkan agar dapat menyampaikan kepada orang tua untuk menanyakan pertanyaan reflektif kepada anak sepulang sekolah seperti : “Kegiatan apa yang Ananda lakukan di sekolah?; Ananda berkenalan dengan siapa saja?; Bagaimana perasaanmu masuk ke sekolah?; Apa yang menyebabkanmu merasakan demikian?” dan pertanyaan lainnya.

Yang perlu disiapkan oleh satuan pendidikan yaitu  sebelum hari pertama, infokan kepada orang tua/wali murid untuk mengantar anak-nya ke sekolah pada hari pertama. 
Sampaikan bahwa: Mengantarkan anak ke sekolah adalah kesempatan untuk membangun hubungan positif antara lingkungan pendidikan di rumah dan di sekolah.  

"Tawarkan bagi orang tua/wali murid apakah dapat menemani Ananda di hari pertama berkegiatan (opsional saja, karena tidak semua orang tua/wali murid memiliki keleluasaan waktu karena ada pekerjaan) , Membangun wadah komunikasi dengan orang tua. Siapkan daftar untuk orang tua/wali murid nomer yang dapat dihubungi untuk komunikasi terkait kegiatan pembelajaran.  Jika dimungkinkan, aturlah kursi dan meja membentuk lingkaran atau kelompok-kelompok, sehingga mendorong peserta didik/orang tua untuk berinteraksi," ujarnya,

Masa Perkenalan Anak  dan Orang tua dengan Lingkungan Belajar maksimal dilakukan 3 hari pertama. Contoh kegiatan untuk tiga hari pertama. Anak saling mengenal guru dan teman sebayanya (pada kegiatan ini, orang tua juga dapat dilibatkan untuk bersama-sama berkenalan. Anak diberikan kertas nama yang sudah dituliskan nama panggilan anak, dengan diberikan kode satu bentuk warna (misalnya bentuk lingkaran warna merah, biru, hijau)

Guru menyiapkan gambar bentuk sesuai warna sebagai x kelompok, kemudian meminta anak berkumpul sesuai kode bentuk dan warna yang ada di kertas nama
guru selanjutnya mengajak tiap kelompok anak bernyanyi bersama-sama. Tiap kelompok anak disiapkan lagu sederhana yang berbeda (misalnya Pelangi, Gembira Berkumpul, dan lainnya).

Setelah bernyanyi, guru mencontohkan cara berkenalan, lalu mengajak anak di kelompok tersebut memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan makanan kesukaan. Bagian ini dapat disesuaikan oleh guru misalnya warna kesukaan, mainan kesukaan, atau lainnya; untuk anak-anak yang belum berani mengungkapkan dirinya, guru dapat mendampingi dengan memberikan petunjuk kata. Kegiatan wajib: membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya, antara lain terhadap aspek keamanan, fasilitas umum, dan sarana prasarana sekolah.

Dalam konteks Transisi PAUD ke SD, hal ini dapat dilakukan dengan menyusun kegiatan masa perkenalan anak dengan sekolah, dengan melibatkan orang tua. Sebagai pintu pertama masa sekolah, disarankan agar pada MPLS satuan dapat mengundang orang tua untuk mengantar anak ke sekolah setidaknya pada hari pertama. Selain agar hari pertama sekolah menjadi tempat perkenalan orang tua sebagai mitra belajar dengan guru kelas, anak pun mendapatkan penguatan dari orang tua untuk memasuki lingkungan baru sehingga tercipta rasa aman pada anak. 

Contoh masa pengenalan lingkungan sekolah, pengenalan dengan kelas, alat-alat belajar, mengajak peserta didik untuk berkeliling ke seluruh area sekolah, sambil menjelaskan setiap fasilitas, sarana, dan prasarana yang terdapat di sekolah serta kegunaannya.Peserta didik diajak mengenal semua warga sekolah tidak terbatas pada pendidik, tendik, dan peserta didik lainnya tapi juga warga lainnya misalnya petugas kebersihan, petugas keamanan dan lain-lain. 

Mengenalkan kegiatan pembiasaan proses pembelajaran di SD misalnya kegiatan yang dilakukan mulai waktu anak datang ke sekolah hingga waktu pulang yang sesuai dengan budaya di sekolah. Guru harus menumbuhkan motivasi, semangat, dan cara belajar efektif sebagai siswa baru. Mengembangkan interaksi positif antar siswa dan warga sekolah lainnya, Menumbuhkan perilaku positif antara lain kejujuran, kemandirian, sikap saling menghargai, menghormati keanekaragaman dan persatuan, kedisiplinan, hidup bersih dan sehat untuk mewujudkan siswa yang memiliki nilai integritas, etos kerja, dan semangat gotong royong.

Dalam konteks Transisi PAUD ke SD, dapat dilakukan melalui pemilihan kegiatan menyenangkan agar menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa, serta membangun kesepakatan kelas. Bangun kesepakatan kelas.  Berikan contoh kesepakatan kelas dan bentuk penerapannya. Misalnya: menghargai teman dengan tidak berbicara ketika teman sedang berbicara. Ajak anak bergantian menggunakan alat-alat di kelas.

"Guru dapat memberikan pertanyaan pemicu berdasarkan masalah yang terjadi di kelas, contoh  Wah, bukunya ada satu, tapi yang mau membaca ada banyak. Jadi, apa yang harus dilakukan, ya? Artinya, baca buku ini sebaiknya bergantian," tutupnya. 

Penulis Eko  
 

Lipsus Selanjutnya
Studi Laporan Kesenjangan Pembelajaran Dibukukan "Bangkit Lebih Kuat”
Lipsus Sebelumnya
Meski Seumur Jagung Gerakan Transisi PAUD ke SD Mendapat Sambutan Positif Masyarakat

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar