Cari

Rumah Budaya Indonesia di Berlin dan Kelas BIPA Pusat Budaya Diminati Warga Negara Asing

 

Schoolmedia News Jakarta ---- Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) menjadi salah satu pelajaran bahasa asing yang sangat diminati oleh masyarakat di Timor-Leste. Kedekatan hubungan antara Indonesia dan Timor-Leste menjadi salah satu faktor utama penggunaan bahasa Indonesia di Timor-Leste menjadi sangat penting.

Selain digunakan sebagai bahasa kerja yang berdampingan dengan bahasa nasional, penggunaan bahasa Indonesia di Timor-Leste juga sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti di pusat perbelanjaan maupun di restoran-restoran Indonesia yang banyak tersebar di Timor-Leste.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Dili, Ikhfan Haris menerangkan bahwa pembelajaran BIPA di Timor-Leste telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat maupun warga negara asing yang tinggal di Timor-Leste. “Penggunaan bahasa Indonesia di Timor-Leste sering dijumpai pada kehidupan bermasyarakat sehari-hari melalui tayangan televisi, bahasa pengantar perdagangan dan sebagainya,” ucap Atdikbud Dili di Pusat Budaya Indonesia, pada Rabu (6/9/2023).

Pusat Budaya Indonesia (PBI) pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dili, Timor-Leste sebagai pusat pembelajaran bahasa Indonesia selalu dikunjungi oleh masyarakat yang tertarik untuk belajar bahasa Indonesia. Tercatat hingga Agustus 2023, PBI telah membuka 10 kelas BIPA yang diikuti 463 pemelajar yang terdiri dari berbagai latar belakang.

Pada awal September 2023, pembelajaran BIPA telah menarik minat Istri Duta Besar Jepang untuk Timor-Leste. Istri dari Duta Besar Jepang tersebut mengikuti kelas BIPA yang tergabung di Level BIPA 1 di Pusat Budaya Indonesia.

“Dengan bergabungnya Istri Duta Besar Jepang sebagai pemelajar BIPA tentunya menjadi nilai positif bagi perkembangan bahasa Indonesia di Timor-Leste,” ungkap Ikhfan Haris. Harapannya akan banyak lagi warga negara asing yang tinggal di Timor-Leste tertarik untuk belajar bahasa Indonesia.

Rumah Budaya Indonesia

Rumah Budaya Indonesia (RBI) di Berlin kembali menggelar acara malam kebudayaan, pada Selasa (5/9). Pada acara malam kebudayaan tahun ini, RBI menyuguhkan kesenian dan musik asal tanah Batak. Tampil pada acara tersebut adalah kelompok musik asal Jakarta, Horja Bius, dan Nita Aartsen, seorang musisi asal Indonesia yang sudah melanglang buana di belantika musik Indonesia dan internasional.
 
Antusiasime warga Batak di Berlin untuk hadir di acara malam kebudayaan Batak itu cukup tinggi. Terdapat sekitar 70 pengunjung yang mendaftar dan banyak diantaranya merupakan warga negara Jerman. Menariknya, warga negara Indonesia berdarah Batak membawa kain ulos dan menyelendangi kain tersebut di sekitar leher dan bahu.
 
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin, Ardi Marwan, turut memberikan apresiasi terhadap penyelenggaran malam kebudayaan yang menyuguhkan hal yang berbeda dari tahun sebelumnya dengan menampilkan kebudayaan asal tanah Batak.
 
Selain itu, Ardi pun mengapresiasi penampilan yang disuguhkan oleh kelompok musik Horja Bius. “Penampilan Horja Bius seakan memberi warna tersendiri, penuh energi dan berapi-api. Hal ini merefleksikan kayanya budaya Indonesia,” ucap Ardi.
 
Acara malam kebudayaan dimulai dengan penampilan Nita Aartsen dan putranya Michael Ananda. Mereka membawakan tiga lagu yaitu Di Bawah Sinar Bulan Purnama, Bengawan Solo, dan Rayuan Pulau Kelapa. Nita menyanyikan ketiga lagu dengan ciamik. Semua penonton mengangguk-angguk tanda setuju dengan pembawaannya yang ciamik.
 
Ketika alunan lagu Rayuan Pulau Kelapa disenandungkan, semua penonton terdiam dan terpukau dengan kekhidmatannya. Bahkan Nita sempat meneteskan air mata ketika membawakan lagu karya Ismail Marzuki itu. “Saya berusaha untuk tidak menangis. Tapi apa daya? Kerinduan saya terhadap tanah air tidak terbendung,” ungkap Nita.
 
Setelah itu, acara dilanjut dengan penampilan Horja Bius. Kelompok musik yang terdiri dari delapan personil yaitu Anna Febiola Bethaniahutapea, Davidson Halomoan, Dheo Marchel Wahyu Lumban Gaol, Didit Alamsyah, Frilia Ikakusuma Putri, Goldy Nathaniel Langitan, Rachmansyah, dan Oniel Abednego Mangoli.
 
Awalnya Horja Bius membawakan tiga lagu khas Jakarta yaitu Sirih Kuning, Kicir-Kicir, dan Keroncong Kemayoran. Ketiga lagu dibawakan dengan pembawaan medley. “Walaupun kami keturunan Batak tapi kami tidak lupa dengan Jakarta, kota dimana kami dibesarkan,” ujar salah satu vokalis Horja Bius, Davidson Halomoan.
 
Selanjutnya kelompok musik yang didirikan tahun 2015 itu membawakan beberapa lagu khas Batak. Deretan lagu yang dibawakan Horja Bius adalah Lissoi, Tonggo Bakara, Tonggo Si Raja Batak Part 2, Haminjon, Nantoari Au Mulak, Rura Hinaol Ni TukTuk, Among, dan lainnya.
 
Mogan, panggilan akrab Davidson Halomoan mengungkapkan bahwa proses penggodokan lagu-lagu Horja Bius tidak main-main. “Kami sejak tahun 2013 telah melakukan riset, format teks dari lagu-lagu kami itu diambil dari kitab-kitab kuno dengan latar belakang agama asli Batak,“ tutur Mogan.
 
Sepanjang penampilan, Horja Bius membawakan lagu-lagu khas Batak dengan energik. Anna menabuh Taganing dengan berapi-api sehingga membuat penonton bersemangat. Dheo memainkan suling sambil berlenggak-lenggok sehingga menambah kehebohan penampilan Horja Bius.
 
Elfitri Opitz, salah satu warga negara Indonesia berdarah Batak puas dengan penampilan Horja Bius. “Sudah lama saya tidak datang ke acara kesenian dan musik Batak. Mereka mengobati kerinduan saya,“ ucap Elfitri.
 
Hadir diantara penonton, Atase Polisi KBRI di Berlin, Shinto Silitonga. Sebagai putra Batak, Shinto mengungkapkan kebanggaan terhadap musik Batak yang berhasil disenandungkan di Berlin. “Sebuah kebanggan tersendiri bagi saya untuk mendengar alunan musik khas Batak di negara yang terpaut ribuan kilometer ini,“ ungkapnya.

Tim Schoolmedia

 

Lipsus Selanjutnya
Apia Dewi Agustin Anak Petani Gunung Lawu Peroleh Beasiswa S1-S3 di UGM
Lipsus Sebelumnya
MAN 2 Kota Malang Jadi Madrasah Terbaik Peraih Penghargaan OSN Nasional 2023

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar