Schoolmedia News Bali ---- Tantangan besar terciptanya ekosistem pembelajaran yang baik di satuan pendidikan PAUD, Pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah yaitu apakah sudah berpihak atau belum pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan sesuai visi Merdeka Belajar yaitu berpihak kepada murid. Dan pengelola satuan pendidikan berhasil menciptakan pembelajaran yang berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha menyesuaikan proses pembelajaran dengan memberikan beragam cara melalui diferensiasi konten, proses, produk serta lingkungan belajar dan asesmen awal untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.
"Anak itu bisa jadi tidak mau belajar dan kehilangan semangat untuk datang ke sekolah karena lingkungan atau ekosistem pembelajaran tidak mendukung. Karena itu dalam Program Sekolah Penggerak lingkungan belajar yang aman, nyaman dan inklusif menjadi perhatian," ujar Plt Direktur Sekolah Menengah Atas, Winner Jihad Akbar ketika membuka Kick Off Program Sekolah Penggerak (PSP) Angkatan Ke-3 Regional 2 di Bali, Sabtu (19/5).
Dalam laporannya, Plt Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Komalasari mengatakan peserta kegiatan terdiri dari:
15 Balai Besar/Balai Guru Penggerak,
15 Balai Besar/Balai Penjamin Mutu Pendidikan, 15 Dinas Pendidikan Provinsi dan 101 Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Plt Direktur PAUD menyebutkan tujuan dari kegiatan dilaksanakan guna menginformasikan kebijakan dan Regulasi terkait PSP, menginformasikan implementasi kerjasama Kemdikbudristek dan Pemda dalam pelaksanaan program sekolah penggerak, menginformasikan intervensi yang akan dilakukan dalam implementasi PSP dan Menginformasikan rangkaian kegiatan implementasi PSP.
Selain itu, lanjutnya dalam kegiatan ini peserta akan mendapat informasi peran pihak terkait dalam implementasi PSP, Menginformasikan BOSP Kinerja untuk Satuan Pendidikan PSP, menginformasikan Platform digital dan sumber daya sekolah yang akan digunakan dalam implementasi PSP dan menginformasikan Buku Kurikulum Merdeka.
Menurut Supervisor PDM-01, Winner Jihad Akbar, kebijakan PSP adalah salah satu kepingan dari kebijakan merdeka belajar. "Benang merahnya adalah bagaimana kita mengatasi krisis pembelajaran, nilai PISA Indonesia yang rendah menandakan banyak PR yang harus dibenahi mengenai pendidikan di Indonesia," ujarnya.
Dikatakan, yang paling penting dari kurikulum merdeka ini adalah pembelajaran yang berpusat pada murid. Murid tidak harus belajar dari informasi guru karena zaman sudah berubah. Untuk itu salah satu program prioritas merdeka belajar adalah Program Sekolah Penggerak.
"Kepala sekolah yang diseleksi adalah bukan yang sekolahnya mewah atau sudah menjadi RSBI, tetapi sekolah yang kepala sekolahnya bisa menggerakkan di sekolahnya maupun di sekolah lain. Dan saat ini sudah banyak praktik baik yang ada bahkan di daerah 3T," ujar Winner.
Sementara itu, Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan (KSPSTK), Ditjen GTK, Praptono pada kegiatan tersebut mengatakan pada tahun 2023 berlangsung 3 angkatan program secara bersamaan.
"PSP tanggal 22 Mei nanti sudah penyempurnaan yang ketiga Dari 4.994 sekolah sudah disiapkan 1.023 FSP untuk PSP Angkatan 3. Adapun linimasa pelaksanaan PSP Angkatan 3 tahun 2023 yaitu Persiapan > Bimtek FSP >Pelatihan komite pembelajaran > IHT > Pendampingan 1 tahun berlangsung
Sasaran program sekolah penggerak: guru/pendidik, kepala sekolah, pengawas/penilik.
"Profil sasaran guru PSP yaitu guru yang disiapkan agar dia mampu mengembangkan lingkungan kelas yang memfasilitasi murid belajar secara aman dan nyaman Pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus berbeda tingkatannya atau menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai kebutuhan murid," ujarnya.
Selain itu, guru mempunyai jadwal rutin untuk aktivitas belajar, berdiskusi bersama melakukan refleksi untuk membahas pembelajaran melalui komunitas belajar Profil sasaran kepala sekolah PSP.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dapat mendampingi gurunya. Dapat merefleksi, mengevaluasi dan menyusun perbaikan penerapan kurikulum merdeka.
Mengembangkan komunitas belajar secara aktif dan reguler Mengelola sumber daya sekolah dengan menggunakan aplikasi secara efektif dan efisien.
Dikatakan, kurang lebih 63% pelaksana PSP Angkatan 3 sudah menerapkan kurikulum merdeka secara mandiri. Sebanyak 3.164 sekolah penggerak sudah menerapkan dan 1.830 sekolah penggerak belum menerapkan.
Peliput dan Foto: Awang
Editor : Eko
Tinggalkan Komentar