Cari

Refleksi Kemerdekaan, Jiwa Pejuang Sebagai Nafas Kehidupan Berbangsa (Bagian 2)

Penulis : Dr. Arie Wibowo Khurniawan, S.Si, M.Ak
Perencana Ahli Madya - Direktorat SMK- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pemerhati School Governance, Pendidikan Kejuruan dan Pendidikan Vokasi

Schoolmedia News Jakarta --- Presiden Amerika Serikat (alm) John F Kennedy mempunyai jargon perjuangan yang mampu membangkitkan kesadaran nasionalisme dan patriotisme kolektif banyak bangsa di dunia. "Jangan tanya apa yang dapat diberikan negaramu tapi tanya apa yang dapat kamu berikan untuk negaramu."

Apa saja yang kita berikan untuk kebaikan Bangsa Indonesia adalah berjuang. Perjuangan adalah nafas dan naluri kehidupan setiap hari Bangsa Indonesia. Warna negara Indonesia memang harus berjuang karena di sanalah habitat kebangsaan kita. Karena di sanalah tempat kita menabung untuk dipanen oleh anak cucu generasi penerus Bangsa Indonesia sebagai amal jariyah atau kita panen sendiri di akhirat kelak sebagai amal kebaikan.

Ruang lingkup perjuangan memang luas. Seluas warna-warni kehidupan ini. Namun, setidaknya, ada empat bentuk peran perjuangan yang bisa dipilih oleh setiap warga negara Indonesia dalam melanjutkan perjuangan Kemerdekaan Indonesia, sesuai dengan kemampuan maksimal yang dapat ia usahakan.

Menjadi Pemeran Utama

Dalam peran perjuangan ini, seseorang memberi saham begitu banyak kepada berbagai investasi amal kebaikan. Kadang ia menjadi yang pertama, kadang ia menjadi yang utama. Bahwa setiap zaman ada orang terbaiknya. Setiap ruang-ruang amal ada pemain utamanya. Dalam setiap pekerjaan ada orang nomor satunya. Di setiap lingkaran dari seluruh wilayah perjuangan dan amal kebaikan, ada orang-orang yang layak dan bisa menjadi pemeran utama. Di rumah, di tempat bekerja, di masyarakat, di pusat pemerintahan, atau di mana saja, tempat amal itu berada.

Ruang-ruang itu bahkan begitu banyak. Sebanyak profesi-profesi halal yang ada di muka bumi Nusantara ini. Mungkin di antara kita seorang guru, petani, pedagang, karyawan, penuntut ilmu, politikus, pejabat, atau ibu rumah tangga, atau apa saja. Dalam setiap ruang-ruang yang bisa kita jangkau itu, kita bisa menjadi pemeran utama dari seluruh proses perjuangan hidup ini.

Menjadi Pemain Kedua 

Dalam peran perjuangan ini, seseorang diberi karunia oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menjadi orang kedua. Pengertiannya, bahwa orang dengan tipe seperti ini hidup ditengah ruang beramal dimana ada orang lain yang lebih baik dari dirinya.

Dalam setiap amal, selalu ada orang nomor dua. Terlepas apakah selisih jarak antara orang pertama dan kedua itu pendek atau panjang, dari segi kualitas, usia atau apa saja. Dalam berbagai kepentingan adanya pemain kedua justru sangat penting sebagai pendamping dari pemain pertama sekaligus untuk menjaga keseimbangan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, secara pola tidak akan jauh berbeda dengan itu.

Karenanya, bila kita tidak bisa menjadi orang pertama, setidaknya kita bisa menjadi orang yang kedua. Segala peran hidup dan perjuangan memerlukan orang-orang lapis kedua. Ini tidak saja demi kehidupan keseimbangan seperti disebut diatas, tapi lebih lanjut juga demi terjaganya keseimbangan kesinambungan regenerasi hidup memang harus berbagi peran. Seperti sebuah biduk rumah tangga pengayuh pertamanya adalah suami, sedangkan pengayuh lapis keduanya adalah istri. Begitu seterusnya pada seluruh bentuk-bentuk amal kebaikan yang kita geluti.

Menjadi Pemain Pendukung 

Dalam peran perjuangan ini, pemain pendukung tidak kalah penting dari pemeran utama maupun kedua. Pada tipe ketiga ini, seseorang memberikan kontribusinya bagi berbagai macam amal kebaikan, tetapi ia bukan sebagai orang pertama orang kedua. Atau bisa juga ia tidak berada pada level strategis ataupun punya otoritas. Tetapi timbangan amal di sisi Tuhan Yang Maha Esa tidak sedikitpun keliru. Bahwa siapa yang menanam kebaikan pasti ia akan menuainya 

Kita, hari ini memang tidak hidup di zaman sejarah proklamasi kemerdekaan tapi setidaknya banyak kesempatan bagi kita untuk menjadi pemeran pendukung dari sebuah proyek raksasa bernama gerakan perjuangan kebaikan. Apapun bentuknya, dimanapun kita berada.

Menjadi “Penonton” Aktif 

Dalam peran perjuangan ini, pemain tipe ini tidak diistilahkan untuk orang-orang pemalas. Apalagi yang ogah berbuat kebaikan. Tapi ini lebih merupakan tempat bagi orang-orang yang setelah dengan segala kesungguhannya berusaha, mereka tetap punya banyak keterbatasan. Kadang seseorang memiliki begitu banyak kekurangan. Mungkin ia telah berusaha semaksimal mengeluarkan seluruh ikhtiarnya, tapi tetap saja ia tidak bisa berbuat banyak.

Setiap kita sebagai warga negara Indonesia, pada dasarnya punya kavling masing-masing untuk berjuang. Dengan tanpa meninggalkan ikhtiar untuk terus maju dan menjadi lebih baik. Atau dengan kata lain, dengan tidak lupa terus berusaha jadi penonton yang baik menjadi pendukung yang baik, begitu seterusnya. Bisa jadi, ada orang yang di satu posisi amal kebaikan ia sebagai pemeran utama, di kali lain ia menjadi pemeran kedua. atau bahkan sebagai penonton.

Atau sebaliknya, ada juga orang yang di mana-mana selalu menjadi pemeran utama. Itu sangat mungkin dan tidak jadi soal. Tetapi yang lebih penting dari itu semua, bila semua pemahaman di atas, bahwa setiap kita warga negara Indonesia bisa berjuang terus, kita yakini, dan kita sebarluaskan, kita berharap, yang hidup di ruang-ruang hampa tanpa perjuangan yang benar hanya Saudara kita yang belum mendapatkan hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Seorang bijak pernah berkata “Bermirip-miriplah engkau dengan orang besar, bila engkau tidak bisa seperti mereka”. Ya, kita memang harus menapaki jalan para pejuang itu, meski medan juang kita berbeda. Setidaknya, kita harus berjiwa pejuang. Karena hidup, memang perjuangan. 

*******

Lipsus Selanjutnya
Sebanyak 370 Juta Dosis Vaksin Diamankan Pemerintah Hingga Akhir 2021
Lipsus Sebelumnya
Refleksi Kemerdekaan, Indonesia Butuh Banyak Pejuang Kolektif (Bagian1)

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar