Schoolmedia News Jakarta ----- Indonesia bukanlah negara yang asing bagi masyarakat Jerman. Bahkan bagi sebagian warga Jerman, Indonesia sudah menjadi tanah air kedua mereka. Dr. Werner Weiglein misalnya, ia memiliki kecintaan besar akan kebudayaan Indonesia khususnya terhadap tanah Papua.
Kecintaan Weilgen terhadap tanah Papua, ia buktikan dengan mendirikan Museum Papua di Hanauer Landstraße 32, 63571 Gelnhausen, Jerman. Museum ini terletak di komplek Palais Meerholz, di mana seluruh area dipenuhi dengan nuansa ornamen khas Indonesia, sehingga merepresentasikan keindahan dan kultur Indonesia dalam bangunan.
Untuk itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin, Ardi Marwan bersama Fungsi Pensosbud KJRI Frankfurt, Risa Wahyu Surya Wardhani dan Ni Putu Anggraeni menyempatkan mengunjungi Museum Papua untuk melihat koleksi museum yang disimpan di sana.
“Museum ini sangat luar biasa. Ada lebih dari 800 artefak budaya dari Papua yang disimpan di sana,” disampaikan Ardi saat berkunjung ke Museum Papua pada Rabu (16/6).
Ardi menuturkan koleksi-koleksi Museum Papua meliputi berbagai budaya masyarakat Papua dimulai dari patung, jimat, topeng, dan berbagai benda-benda budaya masyarakat di pulau paling timur Indonesia tersebut.
Ardi menjelaskan, Weiglein adalah seorang antropolog, peneliti, petualang, dan pengusaha yang begitu mencintai Indonesia dan Papua. “Weiglein telah berkeliling mengumpulkan objek dan artefak dari Papua sejak 1979 silam dan ia juga mendirikan usaha travel di wilayah pegunungan Papua dengan hampir keseluruhan pegawainya adalah masyarakat lokal Papua,” takjubnya.
Menurut Ardi, dalam kunjungannya ke Museum Papua di Jerman ini dapat membuka peluang Rumah Budaya Indonesia yang dinaungi oleh KBRI Berlin berkolaborasi dengan Museum Papua Gelnhausen. “Kami dapat melihat ada potensi untuk menggelar pertunjukan budaya atau kegiatan lainnya di sana,” harap Ardi.
Selanjutnya, Ardi menyampaikan bahwa Museum Papua telah mendapatkan perhatian dari pemerintah Indonesia sejak 2015 lalu dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Periode 2014-2016, Anies Baswedan, pada 11 Oktober 2015.
“Saat itu, Mendikbud Anies hadir pada acara Frankfurt Book Fair 2015, di mana Indonesia menjadi Guest of Honour atau Tamu Kehormatan. Didampingi Dubes RI untuk Republik Federasi Jerman saat itu, Fauzi Bowo dan Wali Kota Gelnhausen Thorsten Stolz,” ungkap Ardi.
Setelah peresmian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Periode 2016-2019, Muhadjir Effendy didampingi Duta Besar RI untuk Republik Jerman Arif Havas Oegroseno juga berkesempatan mengunjungi Museum Papua pada 5 September 2018.
Lokakarya Gamelan
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin melalui Rumah Budaya Indonesia (RBI) yang dikelola Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) RI menggelar lokakarya Gamelan Jawa dalam Musikalische Werkstätten, suatu perhelatan musik yang digelar untuk ke-29 kalinya oleh Akademi Musik Negara Bagian Berlin-Brandenburg (Landesmusikakademie Berlin-Brandenburg). Kegiatan ini diikuti pelajar kelas 3 hingga 13, dari tiga sekolah lanjutan tingkat atas (gymnasium).
Atdikbud Berlin, Ardi Marwan, mengungkapkan, dirinya amat bersyukur RBI dapat mengikuti kegiatan ini. “Sekolah-sekolah yang mengikuti kegiatan ini berasal dari Lichtenberg-Hohenschönhausen, Treptow-Köpenick, serta Marzahn-Hellersdorf dan Pankow. Acara digelar di FEZ Berlin pada 14 s.d. 18 Juni 2021 lalu. Dalam kegiatan ini, para peserta mengikuti lokakarya musik,” jelas Atdikbud Ardi. “
Senada dengan itu, Koordinator RBI Berlin, Birgit Steffan, mengatakan, “RBI mendapatkan kesempatan berharga bisa memberikan materi lokakarya tentang Gamelan Jawa dalam Musikalische Werkstätten tahun ini.”
Birgit yang sempat lima tahun tinggal di Surabaya itu menuturkan bahwa sekolah-sekolah yang mengikuti kegiatan ini memang berisi para siswa yang unggul dalam kesenian, terutama musik. “Karena itulah, para siswa tersebut tidak merasakan kesulitan ketika diajarkan untuk membuat musik dengan gamelan, walaupun pada kesempatan ini merupakan pengalaman pertama mereka memainkan alat musik tersebut. Para siswa juga sangat menikmati ketika diajar untuk memainkan gamelan,” jelas Birgit.
Adapun pemateri lokakarya adalah Trinawangwulan Sudarga, guru grup Gamelan Jawa di RBI Berlin. Dalam lokakarya, Sudarga tidak hanya memberikan pengajaran tentang bagaimana memainkan gong, kendang, atau kenong, tapi juga membawa para siswa lebih jauh mengenal Indonesia. Mereka diberikan pengetahuan tentang sejarah gamelan dan kebudayaan Indonesia, sehingga tidak hanya mampu memainkan gamelan, melainkan bisa mengenal Indonesia dalam konteks yang lebih luas.
’’Biasanya, setelah lokakarya, ada penampilan peserta. Tapi, karena masih dalam situasi pandemi Covid-19, kali ini mereka hanya diajarkan bermain musik,’’ ungkap Trinawangwulan.
Pada pelaksanaan acara, penyelenggara mengimbau para peserta untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan yang ketat. “Para peserta harus menjaga jarak dan setiap peserta hanya memainkan satu alat musik selama acara berlangsung,” ujar dia. Sebagai informasi, Musikalische Werkstätten merupakan kegiatan tahunan. Pada 2020, kegiatan ini ditiadakan karena situasi pandemi dan kembali dilanjutkan pada 2021.
Dalam kegiatan ini, kata Birgit, peserta tidak hanya mendapatkan lokakarya Gamelan Jawa. “Mereka dapat berpartisipasi dalam lebih dari 30 lokakarya musik dan tari,” ujar dia. Beberapa tema lokakarya yang ditawarkan, yakni orkes, perkusi Latin, paduan suara, beatboxing, tari jazz, tari Salsa, tari tradisional Vietnam, dan tari hiphop.
Atdikbud Ardi menjelaskan, bahwa kegiatan-kegiatan RBI Berlin secara perlahan akan dihelat secara luring. “Selain lokakarya gamelan, partisipasi RBI Berlin dalam Fête de la Musique 2021 pada 20-21 Juni lalu, menjadi salah satu test case untuk kembali menggelar kegiatan secara luring,” ungkap Ardi. Dilanjutkan Ardi, selama setahun terakhir, berbagai kegiatan RBI Berlin berpindah dari luring ke daring akibat pandemi. Namun, seiring situasi pandemi mulai mereda di Jerman, peluang untuk kembali mengadakan kegiatan secara langsung pun menjadi kian terbuka meksipun tetap dengan protokol kesehatan ketat sesuai aturan pemerintah setempat.
Penulis : Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar