Ilustrasi belajar melalui gawai, Foto: Pixabay
Schoolmedia News, Jakarta - Saat pandemi Covid-19, dunia pendidikan cukup terdampak. Pembelajaran kini dialihkan menjadi model daring atau online. Karena itu, tak heran jika semua harus familiar dengan teknologi dan internet.
Selain orang tua, guru juga harus belajar agar dekat dengan teknologi. Hanya saja, semua orang pasti masih memiliki pola pikir yang sama. Pasti semua merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti ini.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Iwan Syahril menyatakan, saat ini ada tantangan perubahan mindset saat masa pandemi Covid-19.
Baca juga: DPR RI: Nadiem Harus Dengar Jerit Ortu Siswa
Nyaman dengan ketidaknyamanan
Menurut Iwan, perubahan yang pertama ialah sikap mental nyaman dengan ketidaknyamanan. Situasi pada saat ini tentu sangat tidak nyaman. Ketika semua orang harus berdamai dengan itu, nyaman dengan ketidaknyamanan, artinya kemudian melihat hal itu sebagai sebuah hal yang sangat positif.
"Tentunya sebagai hal yang menantang kita untuk terus belajar. Ini sebenarnya budaya inovasi," ujar Iwan Syahril dikutip dari akun resmi Instagram Ditjen GTK, Selasa 28 Juli 2020.
Dia melanjutkan, karena inovasi yang diinginkan, yakni arahan Pak Presiden Jokowi supaya kita melakukan budaya inovasi.
Perubahan yang lain ialah sikap pembelajar, atau ada kemauan untuk belajar. Dikatakan, mau berarti harganya sangat mahal. Belajar itu ialah orang yang pintar dan mungkin orang yang punya keterampilan bagus. Tapi kalau tidak mau, itu berarti susah, susah sekali untuk bisa bekerja, susah sekali untuk bisa berkembang.
Baca juga: Benahi PPDB Zonasi, KPK: Ada Beberapa Penyimpangan
Namun orang yang mau, walaupun tidak begitu pintar, walaupun mungkin keterampilannya tidak juga hebat, tapi kalau dia mau untuk belajar, itu dahsyat.
"Itu semua tantangan, insya Allah bisa dihadapi, selama ada kemauan," ujar Iwan.
Guru berorientasi pada siswa
Bahkan bagi guru, sekarang juga tertantang untuk mengubah orientasi yang lebih berpusat kepada siswanya. Namun pertanyaannya adalah bagaimana kita, bukan hanya guru dan kepala sekolah, tapi orang tua jadi sangat penting pada saat ini. Orang tua harus memikirkan situasi yang terpenting bagi anak.
"Jadi kalau berpijaknya dari sini, sebenarnya kesepakatan dengan orang tua akan lebih mudah terjadi," katanya.
Selanjutnya, perubahan yang lain ialah sekarang mulai terjadi menurunnya kecemasan terhadap teknologi. Dia juga menilai adanya akselerasi dalam penguasaan teknologi.
"Katanya waktu 4 bulan pada saat masa pandemi ini, rasanya itu sama dengan 4 tahun perkembangan yang terjadi," urai Iwan Syahril.
Artinya, waktu yang singkat selama empat bulan ini mengharuskan semua harus dipaksa dekat dengan teknologi. Tentu agar semuanya bisa dilakukan dari rumah.
Tinggalkan Komentar