Cari

Bencana dan Lingkungan Rusak Berkaitan, KLHK: Mitigasi Bencana Harus Masuk Kurikulum

Ilustrasi bencana tsunami, Foto: Pixabay

 

Pendidikan mitigasi bencana tsunami sangat tepat masuk dalam kurikulum pendidikan lingkungan hidup, karena bencana tersebut erat kaitannya dengan kerusakan lingkungan. Hal itu dikatakan Peneliti Utama Pusat Litbang Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Hendra Gunawan, hari ini.

"Sangat tepat jika pendidikan mitigasi bencana tsunami itu dimasukkan dalam pendidikan lingkungan hidup. Ini sinergi, tidak bisa dipisahkan," kata Hendra Gunawan, Kamis, 17 Januari 2019.

Hendra mengatakan, bencana alam ada kaitannya dengan lingkungan hidup. Bencana bisa disebabkan oleh alam dan bisa juga disebabkan oleh manusia. Umumnya bencana tsunami terjadi mengakibatkan banyak jatuh korban karena kerusakan lingkungan. Seperti tsunami terjadi, karena mangrovenya tidak ada. 

"Contoh di Palu dan Carita, Banten, sudah tidak ada mangrove, sehingga korbannya jadi lebih banyak," katanya. 

Menurut Hendra, ada umpan balik yang terus berputar antara bencana dengan kerusakan lingkungan. Sehingga tepat jika mitigasi bencana merupakan bagian dari lingkungan hidup. Beragam bencana melanda Indonesia sepanjang 2018, terakhir Tsunami di Selat Sunda yang menerjang Banten, dan Lampung, kata Hendra, memunculkan sejumlah isu. Hendra menjelaskan, maka perlu adanya sistem peringatan dini, mitigasi bencana, dan edukasi kepada masyarakat tentang pengetahuan kesiapsiagaan bencana.

"Mulai dari presiden, menteri mengarahkan pendidikan mitigasi bencana harus masuk kurikulum. Termasuk Gubernur Jawa Barat juga mengarahkan demikian," kata Hendra.

Sampai saat ini, kata Hendra, pendidikan mitigasi bencana masih dalam wacana. Namun, belum diketahui mitigasi bencana dalam bentuk apa, yang jelas bukan sebagai pelajaran tersendiri, tetapi bagian dari pelajaran atau disisipkan.

Menurut Hendra, meski pemerintah masih berwacana terkait pendidikan mitigasi bencana, namun di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat sudah lebih dulu menerapkan pendidikan mitigasi bencana melalui Sekolah Magrove yang dimulai sejak tahun 2008. 

"Sejak 2017 pendidikan mitigasi bencana masuk dalam kurikulum sekolah di Indramayu, sudah dilengkapi pula dengan buku panduannya," kata Hendra. 

Buku pendidikan lingkungan hidup mitigasi bencana tematik mangrove disusun oleh tim yang melibatkan KLHK, LIPI, dan Pemkab Indramayu, serta Pertamina.

Berita Selanjutnya
Sekolah Dijadikan Gudang Narkoba, KPAI: Identitas Sekolah Jangan Diungkap
Berita Sebelumnya
Kenalkan Keimigrasian Pada Siswa, Kantor Imigrasi Kelas II Sukabumi Datangi Berbagai SMP

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar