Sumber: @jilfindo/Twitter
SCHOOLMEDIA NEWS, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan sastra merupakan produk peradaban yang tidak mungkin dapat dipagari dengan sekat atau batas-batas nasionalitas negara.
Sesditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sri Hartini menyampaikan hal tersebut pada pembukaan Jakarta International Literary Festival (JILF) di Jakarta, pada Selasa malam, 20 Agustus 2019.
"Karya sastra tidak hanya menjadi milik negara atau entitas di mana karya sastra itu lahir," kata dia.
Sastra, kata Sri, adalah milik masyarakat yang jauh lebih luas, terlebih dalam era globalisasi saat ini, ekosistem sastra adalah ekosistem global. Sastra yang merupakan salah satu media pemajuan kebudayaan, kata Sri, bertujuan untuk mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia.
Baca juga: Lebak Butuh 3.000 Guru SD dan SMP
JILF, menurut Sri, telah menunjukkan bagaimana karya sastra dapat berinteraksi dengan lingkup global.
"Saya yakin JILF didedikasikan untuk pengembangan dan kemajuan kita di bidang sastra dan bidang kebudayaan pada umumnya," kata dia.
JILF yang dilaksanakan dalam lima hari akan diisi dengan berbagai macam rangkaian kegiatan seperti pasar buku, mendongeng, pameran, seminar dan simposium menghadirkan puluhan sastrawan dalam dan luar negeri.
Baca juga: IHDN Denpasar-Toyo University Sinergi Kembangkan Yoga Sebagai Wisata Spiritual
Direktur Festival JILF Yusi Avianto mengatakan JILF mengangkat tema utama yaitu "Pagar", yang dimaksudkan agar festival ini menjadi penghapus sekat dan batas bagi sastra terutama untuk negara Selatan-Selatan.
Perhelatan sastra internasional yang pertama kali digelar di Jakarta itu mengundang 55 penulis, 26 penerbit, dan 21 komunitas sastra. Mereka datang dari Afrika Selatan, Botswana, Filipina, India, Indonesia, Inggris, Jerman, Malaysia, Mauritius, Palestina, Singapura, Siprus, Somalia, Thailand dan Turki.
Tinggalkan Komentar