Ilustrasi pembuatan film, Foto: Pixabay
SCHOOLMEDIA, Jakarta - Ketua Fasilitasi Pembiayaan Film Badan Perfilman Indonesia (BPI) Agung Sentausa Badan menyebutkan perlu penguatan dari hulu ke hilir mulai di bidang pendidikan hingga eksibisi untuk mendukung pertumbuhan industi perfilman Indonesia.
"Titik kritis ada di dua titik, di ujung hulu sama ujung hilir. Ujung hilir itu adalah distribusi dan eksibisi, yang hulunya itu adalah edukasi, tapi yang di tengahnya itu adalah filmpreneur (pengusaha film) dan usaha di bidang perfilman," kata Agung usai konferensi pers "Road to Akatara Indonesia Film Business and Market" di Jakarta, Selasa, 9 Juli 2019.
Baca juga:Pemerintah Berikan Insentif Pengurangan Pajak Penghasilan Bruto 100 Persen untuk Industri
Dia menjelaskan seluruh rangkaian dari hulu dan hilir tersebut harus dipastikan berjalan kondusif dalam perspektif usaha perfilman sehingga membentuk ekosistem untuk industri perfilman tumbuh.
Ia menambahkan hingga saat ini kurang dari 15 sekolah menawarkan program setara dengan sarjana untuk sektor perfilman.
"Ini menjadi tantangan bagaimana kita bukan hanya memperluas pendidikan formal tapi juga pendidikan non formal, tapi juga kendalanya siapa sih yang bisa jadi pengajar dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kualitas pelaku dalam perfilman Indonesia," ujarnya.
Menurut Agung, masyarakat dalam dunia perfilman Indonesia masih lebih banyak cenderung menjadi pembuat film. Padahal, kata Agung, pemangku kepentingan lain untuk ekosistem perfilman antara lain kritikus, peneliti, pengajar, pemilik rumah produksi, pelaku distribusi, pengusaha bioskop dan pengusaha platform digital.
Untuk itu, dia mengatakan tantangan ke depan adalah bagaimana melengkapi ekosistem itu agar menjadi utuh dan bermanfaat maksimal.
Baca juga: Presiden Instruksikan 4 Menteri Tingkatkan Kemampuan untuk Cegah Wabah Penyakit
Dia menambahkan untuk menjaga pertumbuhan perfilman Indonesia sangatlah penting. Karena, kata Agung, ini bukan hanya untuk sekarang atau jangka 2 hingga 5 tahun mendatang tapi untuk selamanya. Dengan orientasi, kata Agung, agar perfilman Indonesia kemudian bisa bertahan dan mempunyai daya kompetisi tinggi baik dalam negeri, regional maupun internasional.
"Jadi menumbuhkan pelaku perfilman yang bukan membuat film tapi khususnya pengusaha film yang tidak cuma buat film, tidak cuma produksi film, tapi ada yang lain dalam ekosistem perfilman Indonesia," ujar Agung.
Tinggalkan Komentar