
Peringatan Hari Ibu ke-97, Jejak Ketangguhan dan Transformasi Perempuan Indonesia Menuju Satu Abad âMother's Dayâ
PAUDPEDIA Jakarta - Di antara rintik hujan yang mulai sering membasahi bumi pertiwi, ada sebuah momentum nasional yang menggetarkan sanubari: Peringatan Hari Ibu (PHI). Namun, tahun 2025 bukanlah peringatan biasa. Tahun ini, Indonesia merayakan Hari Ibu yang ke-97, sebuah perjalanan panjang yang hampir menyentuh satu abad sejak Kongres Perempuan Indonesia pertama kali digelar pada tahun 1928 di Yogyakarta.
Peringatan Hari Ibu di Indonesia sejatinya memiliki akar sejarah yang jauh lebih dalam daripada sekadar perayaan kasih sayang domestik. Ia adalah perayaan politik, perayaan pergerakan, dan perayaan eksistensi perempuan dalam membangun fondasi bangsa.
Memasuki usia ke-97, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mengemas momentum ini dengan dua narasi besar: penghormatan terhadap akar sejarah yang kokoh dan adaptasi terhadap kebutuhan ruang publik yang modern serta ramah keluarga.
Ziarah dan Tabur Bunga Pahlawan Perempuan
Rangkaian peringatan PHI ke-97 dimulai dengan suasana khidmat di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta. Di bawah langit yang tenang, Menteri PPPA memimpin prosesi ziarah dan tabur bunga. Langkah kaki para delegasi yang menyusuri nisan-nisan pahlawan bukan sekadar formalitas protokoler, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk menjemput kembali api semangat yang pernah dikobarkan oleh para pendahulu.
Bagi Menteri PPPA, Arifah Fauzi kegiatan ini adalah bentuk refleksi mendalam atas dedikasi perempuan yang telah mendahului. "Ziarah ini adalah cara kita menyambung sanad perjuangan. Kita berdiri di sini hari ini, menikmati kemerdekaan dan kesetaraan, karena ada air mata dan keringat para perempuan pejuang di masa lalu," ujar ArifahFauzi.
Beliau menekankan bahwa penghormatan ini penting agar generasi muda tidak kehilangan kompas sejarah tentang bagaimana perempuan Indonesia ikut menentukan nasib bangsa.
Tak hanya di makam pahlawan, penghormatan ini berlanjut pada aksi nyata melalui kegiatan anjangsana ke kediaman para veteran perempuan. Mengunjungi para pejuang yang kini telah berusia senja menjadi momen emosional dalam rangkaian PHI ke-97.
Di sana, di antara garis-garis keriput di wajah mereka, masih tersimpan binar ketangguhan. Para veteran ini adalah saksi hidup bahwa perempuan Indonesia tidak pernah ragu mengambil peran di medan laga, baik sebagai perawat, penyelidik, maupun pengangkat senjata.
Anjangsana ini mengirimkan pesan kuat: negara hadir dan tidak pernah melupakan. Ini adalah bentuk apresiasi tulus atas jasa-jasa pahlawan perempuan yang sering kali bergerak dalam sunyi, di balik layar sejarah, namun memberikan dampak yang luar biasa bagi tegaknya kedaulatan Indonesia.
Ibu di Tengah Arus Modernitas
Jika ziarah di TMP Kalibata adalah cara kita menengok ke belakang, maka perhelatan Jakarta Motherâs Day 2025 adalah cara kita memandang masa depan. Berpusat di jantung ibu kota, acara ini menjadi representasi bagaimana peran ibu telah bertransformasi di era modern tanpa kehilangan esensi kasih sayangnya.
Kemen PPPA menyadari bahwa tantangan ibu di tahun 2025 sangatlah kompleks. Ibu saat ini tidak hanya berperan sebagai pendidik di dalam rumah, tetapi juga penggerak ekonomi, pemimpin komunitas, hingga penjaga moral di ruang digital. Oleh karena itu, melalui Jakarta Motherâs Day 2025, pemerintah menekankan pentingnya menciptakan ruang publik yang ramah keluarga.
"Seorang ibu tidak bisa berjuang sendirian. Ia membutuhkan ekosistem yang mendukung," jelas Wakil Menteri PPPA, Veronica Tan dalam acara tersebut. Ruang publik ramah keluarga bukan sekadar penyediaan ruang laktasi atau taman bermain, melainkan sebuah sistem di mana perempuan merasa aman untuk beraktivitas, bekerja, dan bersosialisasi tanpa harus merasa khawatir akan keamanan dirinya maupun anak-anaknya.
Acara ini juga menjadi ajang memperkuat literasi bagi para ibu. Di tengah gempuran informasi dan perubahan teknologi yang begitu cepat, ibu dituntut untuk menjadi filter pertama bagi keluarga. Pemberdayaan perempuan di ruang publik berarti memberikan mereka akses terhadap pengetahuan, perlindungan dari kekerasan, dan fasilitas yang memudahkan mereka menyeimbangkan peran domestik dengan peran publik.
Sinergi Tradisi dan Inovasi
Filosofi Hari Ibu ke-97 ini terletak pada keseimbangan. Kita menghormati veteran (masa lalu) untuk mendapatkan kebijaksanaan, dan kita membangun ruang publik yang inklusif (masa depan) untuk keberlanjutan. Kemen PPPA ingin menegaskan bahwa perempuan adalah tiang negara yang harus tetap berdiri tegak di tengah terjangan badai perubahan zaman.
Menteri PPPA dalam berbagai kesempatan selalu mengingatkan bahwa Hari Ibu di Indonesia berbeda dengan "Mother's Day" di negara-negara Barat. Jika di luar negeri lebih ditekankan pada aspek apresiasi personal anak kepada ibunya, maka PHI di Indonesia adalah hari bagi seluruh perempuan Indonesia untuk merayakan keberdayaan mereka sebagai bagian tak terpisahkan dari entitas negara.
Perayaan ke-97 ini menjadi momentum untuk menghapus stigma bahwa peran perempuan terbatas pada wilayah privat. Melalui kegiatan sosial, edukasi di ruang publik, dan penghormatan kepada pahlawan, masyarakat diajak untuk melihat bahwa setiap kemajuan yang diraih bangsa ini, selalu ada campur tangan dan doa dari seorang perempuan.
Menuju Satu Abad Hari Ibu
Dua tahun lagi, Indonesia akan merayakan satu abad Hari Ibu. Peringatan ke-97 ini menjadi ajang pemanasan untuk memperkuat komitmen nasional terhadap isu perempuan. Masalah-masalah seperti kekerasan terhadap perempuan, kesenjangan upah, hingga akses kesehatan reproduksi masih menjadi tantangan yang harus diselesaikan sebelum kita mencapai usia 100 tahun peringatan ini.
Namun, melihat semangat yang ditunjukkan dalam rangkaian kegiatan tahun ini, ada optimisme besar yang terpancar. Sinergi antara pemerintah, komunitas, dan individu dalam merayakan Hari Ibu menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya peran perempuan sudah semakin merata.
Sebagai penutup, Hari Ibu ke-97 adalah sebuah simfoni tentang ketangguhan. Ia bercerita tentang tangan lembut yang mampu mengayun ayunan bayi sekaligus mampu mengguncang dunia dengan pemikiran dan karyanya.
Dari para veteran yang memberikan kemerdekaan, hingga para ibu di Jakarta yang berjuang di ruang-ruang publik, semuanya adalah benang-benang indah yang menyusun kain kebangsaan kita.
Selamat Hari Ibu ke-97. Teruslah bergerak, teruslah berdaya, dan teruslah menjadi sumber cahaya bagi keluarga dan bangsa. Karena di tangan perempuan yang berdaya, masa depan Indonesia yang lebih cerah sedang dipertaruhkan dan diperjuangkan.
Penyunting Eko B Harsono
Sumber Siaran Pers Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Tinggalkan Komentar