
1.009 Sekolah Terdampak Banjir Sumtra, Kemendikdasmen Salurkan Bantuan Darurat dan Dorong Pemulihan PsikososialÂ
Schoolmedia News Medan = Di tengah hamparan lumpur yang mengering dan puing-puing sisa banjir bandang di sebagian besar wilayah Sumatraââ¬âAceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Baratââ¬âterpampang kisah pilu pendidikan. Rak buku yang teronggok basah, bangku sekolah yang hanyut entah ke mana, dan dinding ruang kelas yang ambruk menjadi saksi bisu betapa fundamentalnya sektor pendidikan turut dihantam musibah.
Banjir besar yang melanda kawasan ini bukan hanya merenggut korban jiwa dan memutus akses jalan, tetapi juga merampas hak belajar ribuan anak. Data terbaru menunjukkan, pemulihan sektor pendidikan kini menjadi salah satu prioritas genting di antara upaya rekonstruksi besar-besaran pascabencana.
Ratusan Fasilitas Hancur, Ribuan Terdampak
Skala kerusakan infrastruktur pendidikan akibat banjir dan longsor di tiga provinsi tersebut tergolong masif.Â
Berdasarkan data dari Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sedikitnya 326 fasilitas pendidikan dilaporkan mengalami kerusakan. Angka ini hanya bagian dari total kerusakan fasilitas publik, termasuk 185 rumah ibadah dan 295 jembatan yang juga hancur.
Sementara itu, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memberikan gambaran yang lebih luas terkait satuan pendidikan yang terdampakââ¬âbaik rusak berat, sedang, maupun ringan. Hingga tanggal 5 Desember 2025, Kemendikdasmen mencatat total 1.009 satuan pendidikan mulai dari jenjang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga SLB (Sekolah Luar Biasa) merasakan dampak langsung dari bencana.
Angka 1.009 ini terbagi hampir merata di tiga provinsi tersebut: 310 satuan pendidikan di Aceh, 385 di Sumatera Utara, dan 314 di Sumatera Barat.
"Ketika ada bencana alam seperti ini, kita harus selamatkan lebih dulu tempat-tempat belajar, karena pendidikan itu menyiapkan masa depan anak-anak kita," tegas Anggota Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, dalam keterangannya. Pernyataan ini menegaskan bahwa upaya pemulihan fasilitas pendidikan adalah kunci untuk menyelamatkan kelangsungan masa depan generasi muda yang terdampak musibah.
Data rinci Kemendikdasmen memperlihatkan bahwa kerusakan paling banyak terjadi pada jenjang Sekolah Dasar (SD) di Sumatera Utara, dengan 199 unit terdampak. Berikut adalah rincian lengkap satuan pendidikan terdampak per jenjang:
| Jenjang Pendidikan | Aceh | Sumatera Utara | Sumatera Barat | Total TerdampakÂ
| PAUD | 57 | 76 | 51 | 184 |
| Sekolah Dasar (SD) | 91 | 199 | 63 | 353 |
| Sekolah Menengah Pertama (SMP) | 55 | 92 | 71 | 218 |
| Sekolah Menengah Atas (SMA) | 65 | 11 | 20 | 96 |
| Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) | 34 | 6 | 1 | 41 |
| Sekolah Luar Biasa (SLB) | 7 | 1 | 8 | 16 |
| PKBM/SKB | 1 | 0 | 0 | 1 |
| Total Satuan Pendidikan Terdampak | 310 | 385 | 314 | 1.009 |
Merangkul Luka dan Membangun Kelas Darurat
Dampak kerugian akibat bencana tidak hanya bersifat material. Jauh lebih dalam, krisis ini meninggalkan jejak trauma psikologis yang mendalam bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan. Kehilangan tempat belajar yang aman, buku-buku yang hanyut, hingga rasa takut yang muncul setiap kali hujan deras turun, mengharuskan pemerintah memberikan perhatian serius pada aspek non-fisik.
Oleh karena itu, Komisi X DPR RI secara khusus mendorong Kemendikdasmen untuk segera mengimplementasikan program pemulihan trauma atau trauma healing. Program ini dianggap krusial sebelum kegiatan belajar-mengajar di sekolah darurat dapat dimulai secara efektif.
"Kami juga mendorong Kemendikdasmen untuk menyiapkan fasilitas sekolah darurat bagi anak-anak yang terdampak bencana dengan catatan sudah dipastikan tidak mengalami trauma. Apabila mengalami trauma, maka perlu dilakukan upaya trauma healing," tambah Fikri, menyarankan agar kementerian menggandeng Kementerian Sosial dan lembaga terkait lainnya untuk menyusun metode pemulihan yang efektif.
Bantuan Awal dan Tenda Pengharapan
Kemendikdasmen, di bawah dorongan memastikan hak pendidikan anak-anak di Aceh, Sumut, dan Sumbar tetap terpenuhi, telah mengambil langkah respons cepat.
Sebagai dukungan konkret terhadap kegiatan belajar pascabencana, Kemendikdasmen telah menyalurkan dana tanggap darurat tahap awal sekitar Rp 4 miliar. Dana ini merupakan bentuk intervensi finansial cepat untuk menopang operasional pendidikan di wilayah terdampak Sumatra dan juga beberapa lokasi di Jawa.
Selain bantuan finansial, upaya fisik yang terlihat di lapangan adalah pendirian tenda-tenda darurat di beberapa tempat. Tenda-tenda ini berfungsi ganda, tidak hanya sebagai ruang kelas sementara, tetapi juga sebagai pusat kegiatan komunitas yang membantu memulihkan semangat belajar.Â
Langkah ini merupakan respons darurat agar kegiatan belajar mengajar bagi para murid dapat tetap berlangsung, meskipun dalam keterbatasan.
Langkah mitigasi dan pemetaan juga sudah dilakukan oleh Kemendikdasmen guna mengidentifikasi kebutuhan spesifik, baik sarana maupun prasarana, yang harus diprioritaskan dalam fase rehabilitasi dan rekonstruksi mendatang.
Pemulihan fasilitas pendidikan harus menjadi prioritas utama. Sebab, di tenda-tenda darurat itulah, harapan bagi masa depan generasi Sumatra kembali ditanam, dijaga, dan dipupuk. Ini adalah janji untuk tidak membiarkan bencana alam merenggut mimpi anak-anak bangsa.Â
Tantangan besar kini adalah memastikan rekonstruksi sekolah tidak hanya mengembalikan bangunan seperti semula, tetapi membangunnya kembali dengan standar ketahanan bencana yang lebih baik, sehingga insiden terulangnya bencana tidak lagi mengancam hak fundamental pendidikan.
Tim SchoolmediaÂ
Tinggalkan Komentar