Cari

Ketika Gubernur Lampung Berdialog Dengan Guru BK SMA Unggulan Peserta Uji Kompetensi Guru


Bandar Lampung ==  Udara Sabtu pagi di Bandar Lampung terasa berbeda. Bukan sekadar rutinitas akhir pekan, melainkan hari di mana denyut nadi pendidikan tingkat menengah Provinsi Lampung diuji. Sebanyak 2.610 guru SMA Unggul se-Provinsi Lampung dan SMA/SMK Kota Bandarlampung bersiap mengikuti Pemetaan Kompetensi Guru. Sebuah upaya masif yang digagas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung untuk memetakan kekuatan dan kelemahan pahlawan tanpa tanda jasa di kelas-kelas.

Di tengah keseriusan agenda yang dilaksanakan serentak di dua titik utama SMAN 5 dan SMAN 9 Bandarlampung sorot perhatian tertuju pada kehadiran orang nomor satu di Bumi Ruwa Jurai. Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung, Thomas Americo, secara langsung meninjau pelaksanaan tes berbasis digital tersebut. Kehadiran mereka bukan sekadar seremonial, melainkan penegasan komitmen bahwa kualitas guru adalah fondasi utama bagi kemajuan pendidikan di Lampung.

Dialog di Tengah Tes Kompetensi: Sebuah Jendela Realitas Sekolah

Pemandangan paling menarik terjadi ketika Gubernur Rahmat Mirzani Djausal memilih untuk berdialog langsung dengan para peserta uji kompetensi, khususnya Guru Bimbingan dan Konseling (BK). Di tengah hiruk-pikuk guru yang fokus pada tes kompetensi profesional, kepribadian, sosial, dan pedagogi, Gubernur melontarkan pertanyaan yang menusuk langsung ke jantung persoalan pendidikan: Apa saja masalah paling besar yang dihadapi anak di sekolah, dan persoalan apa yang paling sering terjadi?

Guru BK, yang sehari-hari menjadi dokter jiwa para siswa, menjawab dengan jujur dan lugas, membuka tirai tebal yang menutupi dinamika sosial di lingkungan sekolah. Empat isu utama mencuat sebagai penyakit endemik di kalangan remaja sekolah: membolos, merokok, berpacaran, dan tindakan bullying.

"Membolos bukan sekadar masalah kehadiran, Pak Gubernur. Itu seringkali adalah puncak gunung es dari masalah yang lebih dalam," ujar seorang guru BK.

Namun, pengakuan yang paling menyentak datang ketika mereka menyebut akar terbesar dari masalah perilaku siswa: perceraian orang tua. Realitas ini menegaskan bahwa sekolah, seringkali, menjadi arena pelarian dan penampungan emosi bagi anak-anak yang keluarganya sedang retak. Beban psikologis yang dibawa dari rumah ke ruang kelas menjelma menjadi beragam perilaku bermasalah yang memerlukan penanganan khusus, bukan sekadar hukuman.

Gubernur Mirzani Djausal menyimak dengan saksama. Dialog ini seolah menjadi peta baru, melengkapi data kompetensi guru dengan data lapangan tentang tantangan riil yang dihadapi pendidik dan konselor.


Pemetaan: Langkah Awal Menuju Peningkatan Kualitas

Uji Kompetensi ini bukan sekadar tes untuk meluluskan atau menggugurkan. Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung, Thomas Americo, pemetaan ini adalah upaya untuk mendapatkan data akurat mengenai kemampuan dan kekurangan setiap guru dalam empat kompetensi utama: profesional, kepribadian, sosial, dan pedagogi.

"Hasil pemetaan dari 2.610 guru ini, termasuk 14 mata pelajaran umum yang diujikan, akan menjadi dasar yang sangat penting untuk program tindak lanjut," tegas Thomas Americo. "Kami ingin program pelatihan, pengembangan karir, dan penempatan guru benar-benar tepat sasaran. Tidak lagi pukul rata."

Sebanyak 2.610 peserta tersebut tersebar dari 35 SMA Unggulan se-Provinsi Lampung dan SMA/SMK di Kota Bandarlampung. Dengan rincian: 879 peserta dari SMA Unggul & Reguler Kota Bandarlampung, 175 peserta dari SMK Kota Bandarlampung, dan 1.556 peserta dari 30 SMA Unggul Non Kota Bandarlampung. Mata pelajaran yang diujikan meliputi Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKn/Pancasila, PJOK, Bimbingan Konseling, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Sejarah, dan TIK/Informatika.

Pelaksanaan tes dilakukan secara tertulis menggunakan platform digital, yaitu web digital schoolmedia, berbasis Android dan laptop, menuntut setiap guru membawa perangkat dan kuota internet masing-masing.

Komitmen Peningkatan dan Rekomendasi

Pemetaan ini menjadi tahap sentral dalam sebuah proses panjang. Setelah tahap pelaksanaan yang dijadwalkan selesai pada hari ini, tim pelaksana akan segera memasuki tahap analisis data dan penyusunan laporan, yang ditargetkan selesai pada 30 Oktober 2025. Laporan ini akan memuat hasil analisis kompetensi guru dan rekomendasi rencana tindak lanjut.

Gubernur Rahmat Mirzani Djausal berharap data komprehensif ini dapat menjadi landasan untuk menghasilkan kebijakan yang transformatif, tidak hanya dalam meningkatkan kemampuan profesional mengajar (kompetensi profesional dan pedagogi) tetapi juga dalam memperkuat peran guru sebagai figur teladan (kompetensi kepribadian dan sosial).

"Permasalahan yang diungkapkan oleh Guru BK tadi adalah alarm keras bagi kita. Peningkatan kompetensi guru harus paralel dengan penguatan mental dan kapasitas mereka untuk menjadi konselor, pendengar, dan pemecah masalah bagi siswa yang sedang menghadapi krisis keluarga," pungkas Gubernur.

Dengan sinergi antara kebijakan pemerintah provinsi dan realitas lapangan yang dibawa oleh para guru, Pemetaan Kompetensi 2025 ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan kualitas pendidikan di Lampung. Tantangan di ruang kelas mungkin rumit mulai dari bolos, rokok, hingga hati yang retak karena perceraiantetapi dengan data yang tepat, langkah perbaikan dapat dilakukan dengan akurat, demi masa depan generasi emas Lampung.

Peliput : Rendy, Rini dan Yuma

Penyunting : Eko Harsono 

Berita Sebelumnya
Gubernur Lampung Semangati 2.602 Guru Provinsi Lampung Menghadap Layar UKG 2025 Gunakan Aplikasi Schoolmedia

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar