Schoolmedia News Jakarta == Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Bahasa mengemban mandat pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra mempertegas dukungan negara bagi dunia kesusastraan.
Peran tersebut ditunjukkan dengan keterlibatan Badan Bahasa dalam Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XIII yang berlangsung di Jakarta beberapa waktu lalu, mengangkat tema âPuisi untuk Perdamaian dan Persaudaraanâ.
Rangkaian kegiatan pertemuan penyair ini mencakup pembacaan puisi, seminar, lokakarya puisi, bazar buku, hingga penerbitan antologi puisi peserta PPN.
Sekretaris Badan Bahasa, Ganjar Harimansyah, menegaskan bahwa penghargaan sastra, baik dalam bentuk anugerah, hadiah, piala, maupun sayembara adalah wujud nyata penghormatan terhadap karya dan pengabdian sastrawan.
Demikian diungkapkannya dalam seminar pada 12 September 2025 yang menekankan tentang pentingnya penghargaan sastra dan mencari bentuk ideal penghargaan sastra.
Ia membuka sesi dengan membacakan puisi ciptaannya âTentang Hidup Menghidupiâ yang terinspirasi dari pengalaman apresiasi kepada para sastrawan.
Sejalan dengan itu, Badan Bahasa menginisiasi berbagai program apresiasiâmulai dari penghargaan sastra nasional, sayembara penulisan bahan bacaan literasi, hingga residensi sastrawan di mancanegara. Program-program ini merupakan bentuk nyata dukungan kepada komunitas sastra dan literasi di Indonesia.
Ajang tahunan Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XIII telah berlangsung di Jakarta pada 11â13 September 2025 dengan pusat kegiatan di Taman Ismail Marzuki dan ditutup di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. ini menghadirkan penyair dari berbagai negara Asia Tenggara dan juga tamu dari negara lain.
Refleksi 25 Tahun PPN
Memasuki seperempat abad perjalanannya, PPN bukan hanya forum pembacaan puisi, tetapi juga ruang persaudaraan yang mempertemukan penyair lintas generasi dan budaya.
Seperti disoroti penyair Ahmadun Yosi Herfandaâseorang penggagas dan konseptor PPN, forum tahunan ini menjadi ajang âmenyulam kembali rasa persaudaraan dan perdamaianâ yang mengikat para penyair. Pergiliran lokasi penyelenggaraan di berbagai daerah membuat PPN lebih representatif dan memperluas jangkauan apresiasi, kata Ahmadun dalam penutupan PPN XIII.
Refleksi untuk PPN ini juga menegaskan pentingnya adaptasi. Tantangan baru, seperti digitalisasi dan perubahan pola baca masyarakat, menuntut penyair dan lembaga pendukung, seperti Badan Bahasa, untuk terus mencari cara agar puisi tetap relevan dan menjangkau khalayak lebih luas.
Puncak Acara dan Penutupan
Puncak PPN XIII digelar pada 13 September 2025 di Aula Sasadu, Badan Bahasa. Malam penutupan berlangsung akrab dan hangat, dengan apresiasi tinggi dari para penyair terhadap Badan Bahasaâmulai dari fasilitasi PPN, bantuan pemerintah komunitas dan tokoh sastra, hingga peluncuran majalah sastra Liris sebagai ruang baru bagi karya sastra murid dan guru.
Peluncuran Liris ditandai penyerahan majalah itu dari Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Imam Budi Utomo, kepada penyair senior Taufiq Ismail.
Lebih dari 200 penyair hadir di acara puncak itu, beberapa penyair dari perwakilan negara serantau tampil membacakan karya unggulan. Pentas ini juga memperlihatkan bahwa puisi tetap hidup di tangan semua generasi.
Pada kesempatan ini pula dibacakan hasil rekomendasi PPN XIII dan pengumuman tuan rumah PPN empat tahun berikutnya, yaitu Aceh (2026), Brunei Darussalam (2027), Makassar (2028), dan Palembang (2029).
Melalui PPNâtahun depan mulai berganti nama dengan Festival Puisi Nusantara (FPN), para penyair menegaskan kembali bahwa puisi adalah jembatan perdamaian dan persaudaraan lintas bangsa
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar