Cari

Keuntungan Sekolah Dekat dengan Rumah bagi Sekar

Ilus: Pixabay

 

Sistem zonasi dalam pendaftaran peserta didik baru, hingga sekarang menjadi pro dan kontra di masyarakat, salah satunya karena anak tidak lagi bisa bersekolah di sekolah favorit yang mereka inginkan. 

Dengan penerapan sistem ini, siswa diarahkan untuk bersekolah di wilayah yang dekat dengan tempat tinggalnya. 

Meski menuai pro dan kontra, penerapan sistem ini, bagi salah satu siswa kelas 1 di SMAN 1 Sleman, Kabupaten Sleman, DIY, yakni Maria Sekar Pranindita (16), tak membuatnya kecewa terlalu lama.

Kepada redaksi schoolmedianews melalui sambungan teleponnya, Sekar, panggilan akrabnya, bercerita bahwa sebelum masuk ke SMAN 1 Sleman, ia berkeinginan masuk ke SMAN 6 Kota Yogyakarta, sekolah kakaknya. 

Namun, harapan itu kandas, ketika ia tidak lolos mengambil peluang lewat jalur prestasi. 

"Saya mau masuk SMA Yogyakarta, tapi karena nilai enggak cukup buat lewat jalur prestasi, jadinya masuk di Sleman. Perasaannya sih kecewa, tapi di sekolah yang sekarang (untungnya) ada beberapa orang yang saya kenal," kata Sekar, pada Kamis, 20 Juni 2019, malam.

Padahal, kata Sekar, ia sudah berjuang sejak SMP untuk bisa masuk ke sekolah favoritnya. Perjuangan itu ia buktikan dengan keberhasilannya menduduki ranking 1 sejak kelas 1 hingga 3 SMP.

Meski tidak berhasil masuk ke sekolah favorit, ia kini sudah mampu beradaptasi. Apalagi, kata Sekar, jarak sekolah dengan rumah hanya berkisar 5 menit jika menggunakan kendaraan. Sedangkan bila bersekolah di sekolah favoritnya di Kota Yogyakarta, ia harus menempuh sekitar 30 menit perjalanan. 

"Sekolah yang sekarang deket rumah. Jadi, kalau ada yang ketinggalan, bisa (mudah) diambil," kata Sekar.

Selain itu, kata Sekar, ia bisa bangun agak siang. Untuk diketahui, jam masuk di sekolahnya yakni pukul 07.00 dan pulang pukul 15.30. Tak hanya itu. Keuntungan lain bagi Sekar, ia memiliki teman sekolah yang sudah ia kenal sebelumnya. 

"Iya, rumah temen sekolah juga deket sama rumah saya," kata Sekar. 

Dhewiberta Hardjono dan Maria Sekar Pranindita, Foto: Pribadi

 

Bersekolah sesuai zonasi, bagi sang Ibu yakni Dhewiberta Hardjono, ada kelebihan dan kekurangannya, meski pada awalnya ia juga merasakan kekecewaan.

"Bagi aku sebagai ibunya, aku suka, enggak masalah juga. Ya awalnya, aku sempet kecewa, tapi kalau sistem ini udah jadi, aku optimis bakal berefek baik buat anak-anak," kata editor Bentang Pustaka, Yogyakarta ini.

Dhewi bercerita, bahwa Sekar, sudah belajar sungguh-sungguh untuk bisa masuk ke sekolah di Kota Yogyakarta.

"Sekar belajar beneran waktu kelas 3 (SMP) karena ingin masuk SMA di kota (Yogyakarta). Selama SMP dia itu ranking 1. Itulah kenapa dia punya angan-angan bisa masuk SMA di Kota Yogya," kata Dhewi.

Selain itu, kata Dhewi, Sekar mau bersekolah di kota karena banyaknya kegiatan ekstra kurikuler menarik, di antaranya teater.

"Itu yang jadi pertimbangan Sekar masuk ke sekolah di kota, kegiatannya seru dan banyak," kata Dhewi.

Sistem zonasi ini, bagi Dhewi, memberi keuntungan tersendiri untuk buah hatinya, dalam hal ini yakni jarak tempuh yang lebih dekat dari rumah.

"Sekolah dekat dengan rumah membuat anak-anak enggak kecapean. Sekar masih bisa aktif di Gereja, urusan antar-jemput juga lebih mudah. Enggak khawatir dengan lalu lintas yang ramai dan padat," kata Dhewi.

Namun, dengan semua kemudahan itu, Dhewi akui, masih ada kekhawatiran yang ia miliki, yakni kurangnya kesempatan bagi Sekar untuk memiliki pergaulan lebih luas.

"Kadang aku juga mikir, Sekar masih bisa punya kesempatan memperluas pergaulan enggak ya, kalau sejak kecil sekolahnya cuma di situ-situ saja," kata Dhewi.

Sebab, kata Dhewi menjelaskan, Kakak Sekar bersekolah di kota, sehingga sang kakak tentu memiliki teman yang beragam.

Dalam menyiasati kondisi ini, kata Dhewi, ia mendorong Sekar untuk mengikuti banyak kegiatan yang memungkinkannya bertemu orang baru. 

Dengan penerapan sistem zonasi ini, ia berharap, di masa yang akan datang, sekolah-sekolah bisa memiliki kualitas yang sama sehingga ketimpangan kualitas pendidikan tidak terlalu jauh.

Harapan ini, kata Dhewi, sangat berarti baginya. Sebab, ia masih memiliki 2 buah hati yang kelak juga akan mengenyam pendidikan di sekolah menengah di wilayah tersebut. 

Ia berharap, keduanya dan anak-anak yang lain bisa menikmati buah dari sistem zonasi yang mulai diberlakukan sejak 2017.

"Aku berharap, ke depan, sekolah bisa sama bagusnya, setidaknya ketimpangan kualitas enggak terlalu jauh, jadi anak-anak kita enggak harus sekolah jauh-jauh untuk mendapatkan pendidikan bagus," kata lulusan Hubungan Internasional UGM ini.

Berita Selanjutnya
Rektor: Dosen Harus Berkomitmen Tingkatkan Kualitas Pendidikan
Berita Sebelumnya
DPRD Makassar Sebut PPDB Daring Minimalisir Kecurangan

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar