Cari

Kemendikdasmen, BPIP dan Kemenag Integrasikan Nilai Pancasila ke Seluruh Mata Pelajaran



Schoolmedia News Jakarta == Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah terus memperkuat langkah integrasi nilai-nilai Pancasila ke dalam seluruh mata pelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Upaya ini menjadi bagian dari strategi nasional dalam memperkuat pendidikan karakter yang tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga menyatu dalam kehidupan nyata peserta didik.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menegaskan pentingnya pendekatan holistik dalam pendidikan karakter. Ia menyebut bahwa nilai-nilai Pancasila seharusnya tidak hanya menjadi hafalan semata, melainkan menjadi bagian dari tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

“Nilai Pancasila tidak bisa hanya jadi hafalan. Ia harus hadir dalam tindakan. Itulah makna dari pendidikan yang memanusiakan,” ujar Abdul Mu’ti dalam pernyataannya, Sabtu (3/8).

Menurut Mu’ti, konsep pembelajaran mendalam (deep learning) yang berbasis nilai seperti Pancasila akan jauh lebih efektif jika dikaitkan langsung dengan realitas kehidupan siswa—baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di sekolah.

Langkah ini selaras dengan mandat BPIP yang berfokus pada pembumian nilai-nilai Pancasila secara menyeluruh, lintas kurikulum dan lintas kegiatan pembelajaran. BPIP menilai bahwa setiap mata pelajaran—baik itu Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, maupun Seni Budaya—memiliki potensi untuk menanamkan nilai seperti gotong royong, keadilan, kemanusiaan, dan persatuan.

Dalam praktiknya, guru diharapkan tidak hanya mengajarkan materi sesuai silabus, tetapi juga mampu merancang kegiatan pembelajaran yang kontekstual dan relevan dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Misalnya, melalui diskusi etika dalam pelajaran sains, atau penguatan toleransi dan keberagaman dalam pelajaran sejarah.

BPIP juga menyiapkan panduan teknis integrasi nilai Pancasila dalam pembelajaran yang akan disebarluaskan ke satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Panduan ini memuat metode, pendekatan, dan contoh-contoh praktis agar guru tidak kesulitan dalam mengaitkan nilai Pancasila dengan materi ajar.

Pendekatan ini diharapkan mampu membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan spiritual. Pancasila bukan hanya ideologi negara, tetapi juga harus menjadi laku hidup warga negara, dimulai sejak dari ruang kelas.

Dengan integrasi yang sistematis dan berkelanjutan, BPIP dan Kemendikdasmen optimistis nilai-nilai Pancasila akan semakin membumi dan menjadi fondasi utama dalam menciptakan peradaban bangsa yang adil, beradab, dan bermartabat.

24 Buku Teks Utama Disiapkan 

Upaya memperkuat karakter kebangsaan generasi muda melalui pendidikan Pancasila semakin konkret. Pemerintah, melalui Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama kementerian terkait, termasuk Kementerian Agama, tengah mendorong integrasi nilai-nilai Pancasila ke dalam semua mata pelajaran di jenjang pendidikan dasar hingga menengah.

Kementerian Agama menyambut baik langkah strategis Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam semua mata pelajaran. Menteri Agama, melalui Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila dan ajaran agama merupakan dua pilar utama dalam pembentukan karakter bangsa yang kokoh, moderat, dan beradab.

“Pendidikan karakter tidak bisa dilepaskan dari nilai religiusitas dan nasionalisme. Keduanya adalah dua sisi dari satu mata uang yang saling melengkapi. Pancasila dan agama harus berjalan seiring dalam memperkokoh jati diri anak bangsa,” tegas Dirjen di Jakarta, Kamis (31/7/2025).

Dirjen menekankan bahwa urgensi integrasi ini telah menjadi semangat utama dalam pengembangan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), sebuah pendekatan kurikulum alternatif yang diinisiasi langsung oleh Menteri Agama. Kurikulum ini menekankan pentingnya membangun pendidikan yang menumbuhkan cinta—baik cinta terhadap Tuhan, sesama manusia, alam semesta, ilmu pengetahuan maupun bangsa dan negara.

“Kurikulum Cinta hadir bukan sekadar sebagai inovasi kurikulum, tapi sebagai jawaban atas tantangan zaman. Kita sedang hidup di era ketika anak-anak dibanjiri informasi, tetapi kehilangan makna. Di sinilah nilai-nilai Pancasila dan agama harus masuk secara halus, menyatu dalam proses belajar yang menyenangkan, bukan memaksa,” papar Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini.

Menurutnya, Kurikulum Cinta bertumpu pada pendekatan humanis transformatif, yang menjadikan peserta didik bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual. Integrasi nilai Pancasila ke seluruh mata pelajaran dinilai sejalan dengan semangat ini, karena mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, bersikap toleran, dan bertindak penuh empati.

“Cinta kepada bangsa dan cinta kepada Tuhan bukan dua hal yang bertentangan. Justru keduanya saling meneguhkan. Di madrasah, nilai-nilai ini diajarkan sejak dini, dan itu menjadi modal besar bagi Indonesia ke depan,” lanjutnya.

Dalam konteks ini, Kementerian Agama terus memperkuat sinergi lintas kementerian dan lembaga untuk memastikan nilai-nilai luhur bangsa dapat terinternalisasi dalam sistem pendidikan nasional, termasuk melalui madrasah dan satuan pendidikan keagamaan lainnya.

“Generasi kita tidak hanya perlu pintar, tapi juga punya akhlak. Di situlah nilai Pancasila dan agama menjadi cahaya yang membimbing arah pendidikan Indonesia,” pungkasnya.

Senada dengan itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam pendidikan karakter. Menurutnya, pembelajaran mendalam (deep learning) dengan basis nilai seperti Pancasila akan lebih membumi jika dikaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari, seperti keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah.

“Nilai Pancasila tidak bisa hanya jadi hafalan. Ia harus hadir dalam tindakan. Itulah makna dari pendidikan yang memanusiakan,” tutur Mu’ti.

Sebelumnya, Wakil Kepala BPIP Rima Agristina menyampaikan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak cukup hanya diajarkan melalui mata pelajaran khusus, tetapi perlu disematkan dalam seluruh aktivitas pembelajaran di satuan pendidikan. “Pancasila adalah milik bersama. Setiap mata pelajaran bisa menjadi medium penanaman karakter Pancasila,” ujarnya.

Kepala BPIP Yudian Wahyudi menambahkan, penyisipan nilai Pancasila perlu dilakukan secara kontekstual dan sesuai perkembangan zaman. “Misalnya, pelajaran Bahasa Indonesia bisa menyisipkan pertanyaan tentang semangat persatuan. Pelajaran sains bisa mengangkat soal gotong royong dalam riset. Ini bagian dari pembelajaran karakter bangsa,” terangnya.

Sebagai bagian dari langkah ini, BPIP meluncurkan 24 Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila. Buku ini terdiri atas 12 buku untuk peningkatan kompetensi guru dan 12 buku untuk peserta didik, dengan penekanan pada pendekatan praktis dan kontekstual.

Agar implementasi ini berjalan optimal, pemerintah mendorong pengelola satuan pendidikan untuk mengalokasikan minimal 10 persen dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk pengadaan buku, termasuk buku Pendidikan Pancasila.

Langkah ini diharapkan mampu memastikan buku-buku terkait nilai kebangsaan tersedia secara merata di seluruh satuan pendidikan, termasuk madrasah.

Tim Schoolmedia 

Berita Sebelumnya
Peringatan Hari Anti TPPPO, Keberpihakan Pada Korban Jadi Prioritas

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar