Cari

Harmoni Angklung Anak Bangsa: Konser Pancasila Voice of Humanity Siswa PAUD dan Pendidikan Dasar Memukau



PAUDPEDIA, 30 Juli 2025 – Suasana Kementerian Kebudayaan di Jakarta  dipenuhi riuh rendah tepuk tangan dan decak kagum. Bukan karena pertunjukan musik biasa, melainkan simfoni indah dari "Pancasila Voice of Humanity: Angklung Simbiosis" yang dibawakan oleh anak-anak jenjang PAUD dan Pendidikan Dasar. Konser ini tak hanya memukau penonton, tetapi juga mendapat apresiasi langsung dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, yang turut hadir dan larut dalam semangat persatuan yang ditampilkan.

Mengusung tema "Pencarian Hati Nurani yang Hilang", konser ini sukses menjelma menjadi pertunjukan seni kolaboratif yang sarat makna. Angklung, alat musik tradisional kebanggaan Indonesia, berpadu apik dengan sasando, teater, tari, mini orkestra, bahkan pameran seni rupa.

Tak hanya itu, perpaduan instrumen tradisional dengan sentuhan modern seperti gitar, bas, drum, dan saksofon, semakin mempertegas pesan keberagaman sebagai kekuatan yang berpadu dalam harmoni. Konser istimewa ini didukung penuh oleh Kementerian Kebudayaan RI, Luminare Domus, dan Kemen PPPA.

Ruang Edukasi dan Ekspresi Nilai Pancasila

Dalam sambutannya, Menteri PPPA, Arifah Fauzi, dengan bangga mengungkapkan apresiasinya. Beliau menyoroti peran seni sebagai ruang edukasi dan ekspresi anak-anak untuk menumbuhkan dan menanamkan nilai-nilai Pancasila, khususnya kemanusiaan dan persatuan.

"Perbedaan bukanlah penghalang, melainkan kekuatan untuk menciptakan harmoni. Seperti nada-nada angklung yang berbeda, tetapi bersatu menjadi musik yang indah. Pancasila bukan sekadar lima sila di buku pelajaran. Pancasila adalah denyut nadi kebangsaan, detak hati nurani Indonesia. Hari ini, kita bersama anak-anak bangsa sedang menyatukan suara kemanusiaan dalam harmoni. Kita sedang membentuk simfoni Pancasila," tutur Menteri PPPA dengan penuh semangat.

Konser ini semakin istimewa karena melibatkan anak-anak dari berbagai latar belakang, termasuk anak pemulung, komunitas disabilitas netra (vision disable), komunitas Luminare Domus, mahasiswa, hingga musisi dari The Professor Band Universitas Indonesia. Keberagaman ini seolah menjadi miniatur Indonesia, yang menyatukan perbedaan dalam harmoni musik.

Selain itu, dialog dan orasi kebangsaan turut mewarnai acara, dengan kehadiran Guru Besar FISIP Universitas Indonesia, Prof. Dr. Paulus Wirutomo, M.Sc., yang berdiskusi bersama Menteri PPPA.

Dalam sesi dialog kebangsaan, Menteri PPPA juga menekankan pentingnya ruang bermain dan interaksi sosial bagi anak-anak, terutama di era digital saat ini. Beliau menegaskan bahwa keterhubungan manusia harus tetap terjaga melalui aktivitas langsung yang membangun empati dan toleransi.

"Ketika anak-anak bertemu dan bermain bersama, mereka belajar mengenali dan menghargai perbedaan. Jika ini dikelola dengan baik, maka akan tumbuh sebagai fondasi persatuan. Inilah makna dari Bhinneka Tunggal Ika," jelas Menteri PPPA.

Menanggapi isu kekerasan dan dampak negatif gawai, Menteri Arifah Fauzi menegaskan komitmen Kemen PPPA dalam mendorong aktivitas positif dan bermanfaat bagi anak-anak. Salah satunya melalui kampanye permainan tradisional lintas kementerian dan lembaga.

"Mari kita jadikan anak-anak Indonesia sebagai generasi yang cerdas, bahagia, dan terlindungi dari segala bentuk kekerasan. Dunia mereka adalah dunia bermain dan belajar dalam keberagaman. Kita orang dewasa wajib mengantarkan mereka menuju masa depan Indonesia Emas 2045," tutup Menteri PPPA, sembari mengajak seluruh pihak untuk terus mendukung tumbuh kembang anak-anak Indonesia.

Konser "Pancasila Voice of Humanity: Angklung Simbiosis" ini tidak hanya menjadi sebuah pertunjukan seni, melainkan sebuah deklarasi bahwa nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan tetap hidup, berdenyut, dan bergema melalui setiap nada yang dimainkan oleh tangan-tangan mungil generasi penerus bangsa.

Penyunting Eko Harsono

Sumber Siaran Pers Kementerian PPPA 

Berita Selanjutnya
Pemerintah Singapura Bantah Keberadaan Jurist Tan: Tersangka Korupsi Chromebook Masih Misterius
Berita Sebelumnya
Kasus Chroomebook Ditangani Kejaksaan, Google Claud Ditangani KPK dan Kuota Internet Oleh Bareskrim

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar