Ilustrasi belajar gamelan, Sumber: rri.co.id
Sebanyak 27 siswa di Collège Jacques Prévert, Châteauneuf mengelar pertunjukan gamelan Jawa dan angklung serta dikemas dalam musik kontemporer. Pertunjukan kali itu, juga disertai dengan penjelasan tentang lukisan karya Jacques Lurcat yang membawa pesan bahaya bom atom terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud Paris) Warsito mengatakan pada bulan Juni merupakan akhir semester menjelang liburan musim panas. Para siswa menabuh gamelan di museum Jean Lurçat di Kota Angers di Provinsi Pays de la Loire pada Jum'at (7/6). Pertunjukan tersebut digelar selama dua sesi, mulai pukul 10.30 sampai pukul 15.00 waktu setempat.
Warsito menjelaskan, pertunjukan dilengkapi sorot lampu berwarna warni dengan iringan suara gamelan dan angklung, bersamaan dengan rekaman suara asli dari Jacques Lurcat yang di-dubbing dengan suara siswa-siswi College Jacques Prevert. Mereka membawa pesan bahaya bom atom terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
Pada pertunjukan tersebut hadir sekitar 325 penonton terdiri dari para siswa, guru, pengelola museum, wali murid, serta pejabat daerah setempat diantaranya Regine Brichet, sekretaris daerah Pays de la Loire. Regine Brichet mengapresiasi sekolah Collège Jacques Prévert, Châteauneuf yang mampu menjalin kerjasama dengan Indonesia.
"Ini suatu prestasi yang luar biasa," ujar Regine Brichet, Jumat, 7 Juni 2019.
Sebelum pertunjukan mulai, penontom dengarkan penjelasan dari guru seni musik Sylvain Scholastique, tentang pentunjukan seni budaya Indonesia. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah menghibahkan seperangkat gamelan pada tahun 2016.
Sylvain secara khusus menyampaikan terima kasih kepada KBRI Paris atas pembinaan dan perhatiannya selama ini.
Beberapa pengunjung menyampaikan kekagumannya terhadap kemampuan siswa-siswi Collège Jacques Prévert dalam menabuh gamelan.
"Memang tampak aneh terkadang menurut orang Perancis, karena menabuh gamelan seperti itu tentu tidak mudah diperlukan latihan dan bimbingan dari guru pelatih yang hebat," komentar beberapa penonton yang hadir.
Para penonton pun melontarkan banyak pertanyaan, diantaranya, mulai dari berapa lama berlatih, nama gamelan, hingga tentang kapan dan bagaimana cara membuat gamelan. Diketahui, Sylvain pernah belajar gamelan di Yogyakarta dan Solo. Ia lalu menjawab berbagai pertanyaan tersebut.
Secara terpisah, Kepala Sekolah Collège Jacques Prévert, Rigouin, menyampaikan bahwa dengan belajar seni gamelan siswa belajar multipotensi, seperti seni budaya, konsentrasi, dan juga kesabaran.
"Siswa harus sabar menunggu untuk menabuh gamelan sesuai dengan giliran lirik lagunya. Tentu dengan seni gamelan ini, para siswa akan mengaktifkan seluruh panca inderanya," ujar Rigouin.
Sementara itu Wakil Dubes KBRI Paris, Agung Kurniadi, menyampaikan apresiasi yang tinggi dan bangga kepada siswa yang mampu menabuh gamelan dan angklung tdi depan publik.
Menurut Warsito, saat ini pihaknya sedang memproses terselenggaranya sister school antara Collège Jacques Prévert ini dengan SMP di Yogyakarta dan Solo Jawa Tengah. Saat ini, adabeberapa SMP yang sudah siap menjalin kerja sama tersebut.
Ia berharap, tidak hanya pembelajaran tentang gamelan yang menjadi obyek dari sister school tetapi juga konten pembelajaran hingga pertukaran pelajar atau guru.
"Ketika siswa belajar gamelan dan angkung, secara otomatis mereka juga belajar budaya, Bahasa Indonesia, serta bahasa Jawa. Inilah salah satu misi tujuan diplomasi budaya kita, adanya integrasi," kata Warsito.
Pengetahuan para siswa tentang Indonesia, kata Warsito, juga sangat penting. Tentunya, Warsito melanjutkan, mereka akan bercerita tentang Indonesia kepada orang tua, teman bermain dan kelak ketika siswa tersebut dewasa akan timbul keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang Indonesia.
Tinggalkan Komentar