Ilustrasi kekerasan, Foto: Pixabay
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengingatkan bahwa kekerasan, anarkisme, menebar ketakutan, dan menebar teror bukanlah bagian dari ajaran Islam.
"Muslim sejati adalah orang yang selalu menebar kasih sayang," kata Nasir dalam khotbah salat Idul Fitri 1440 Hijriah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang, Rabu.
Umat Muslim, kata Nasir, semestinya juga selalu hati-hati dan berpikir seribu kali dalam berucap dan berbuat sehingga tak ada yang menyakiti, melukai, serta menciderai hati dan fisik orang lain.
Nasir mengajak umat Muslim untuk meneladani Nabi Muhammad SAW yang memiliki kepribadian memesona, akhlak luhur dan mulia yang menjadi salah satu faktor kesuksesan dakwahnya.
"Semua orang merasa senang dan damai berada di sisinya atau di majelisnya. Beliau adalah penebar kasih sayang dan kedamaian," kata Nasir.
Pluralitas, kata Nasir, harus diterima karena Allah SWT sengaja menciptakan keberagaman agar manusia saling menghormati dan menghargai, dan inklusivitas menjadi keharusan.
Ia mengutip Alquran Surat Al Hujurat: 13, bahwa menjadi Muslim yang seutuhnya maka secara aksiomatis juga menjadi seorang nasionalis dan pluralis seutuhnya.
Kebhinnekaan Indonesia, kata Nasir, merupakan keajaiban dunia yang selama ini telah dirawat dengan susah payah sehingga tidak sepatutnya dikoyak-koyak oleh kekerasan verbal dan tindakan radikal atau anarkis.
Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang itu menyebutkan setidaknya ada enam prinsip yang selalu diajarkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya untuk membamgin Islam yang rahmatan lil alamin.
Pertama, kata Nasir, adalah "at-tawassuth" atau sikap di tengah-tengah, moderat, dalam bidang akidah, syariah, dan akhlak yang mengharuskan umat Islam menjadi panutan atau ukuran penilaian atas sikap dan perbuatan.
Kedua, "at-tawazun" atau seimbang dalam segala hal, ketiga, Nasir melanjutkan, "al-i'tidal" yakni tegak lurus atau adil karena Islam datang untuk menyamakan kedudukan manusia dalam peradilan dan hukum.
"Keempat, tasamuh atau toleransi. Menghargai perbedaan dan menghormati orang yang memiliki prinsip hidup tidak sama. Namun, bukan berarti mengakui atau meneguhkan keyakinan yang berbeda itu," kata Nasir.
Prinsip kelima yakni ta'awun yaitu tolong menolong dan keenam adalah akhlak mulia dalam berinteraksi dengan orang-orang yang sejalan dan berselisih.
Sebelum mengakhiri khotbahnya yang mengangkat tema "Islam Rahmatan lil Alamin dan Kualitas Sumber Daya Manusia", ia kembali mengingatkan umat untuk mewaspadai tumbuhnya sikap radikalisme yang memaksakan kehendak dengan cara kekerasan.
Islam, kata Nasir, merupakan agama damai yang memiliki karakter antikekerasan dan antikerusakan, termasuk pula dalam dakwahnya yang mengajak dengan hikmah dan nasihat yang baik.
Tinggalkan Komentar