Schoolmedia News Manado --- HAS 2022 di Manado, perwakilan delegasi anak ASEAN yang berasal dari 8 (delapan) negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Laos, dan Myanmar. Tahun ini, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah perhelatan forum dua tahunan, ASEAN Children’s Forum (ACF) yang ke-7 dengan tema utama “Membangun Ketahanan Digital untuk Anak-Anak ASEAN” dan sub-sub tema terkait, yaitu literasi digital, keamanan digital, serta partisipasi dan ketahanan digital.
Peringatan HAS 2022 terasa lebih istimewa dengan keterlibatan delegasi Forum Anak ASEAN yang menyuarakan Suara Anak ASEAN yang dirangkum selama Forum Anak ASEAN ke-7 berlangsung. Dua orang perwakilan delegasi anak dari Singapura, Zhuang JunYou dan Indonesia, Alya Alkautsar menyuarakan Suara Anak ASEAN. Adapun Suara Anak ASEAN Tahun 2022, yakni:
- Menyerukan kepada semua anak untuk bersuara guna meningkatkan kesadaran akan keamanan digital dan membantu masyarakat yang terpinggirkan untuk memiliki akses terhadap literasi digital.
- Mendorong para orang tua dan wali untuk berkolaborasi dengan guru dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengedukasi anak terkait literasi digital.
- Mendorong sekolah untuk aktif menerapkan pembelajaran digital dan meningkatkan kapasitas guru.
- Mendorong masyarakat untuk membantu penggalangan dana dan mempromosikan kampanye terkait literasi digital.
- Mendorong pemerintah untuk meningkatkan aksesibilitas internet bagi masyarakat di daerah terpencil.
- Meminta dukungan dari pemerintah untuk memastikan pendidikan dan transformasi digital yang setara. Meminta pemerintah agar lebih banyak membangun mekanisme yang layak untuk mempromosikan partisipasi dan ketahanan digital bagi semua anak agar memungkinkan mereka memainkan peran aktif dalam menjadikan kawasan ini sebagai Episentrum Pertumbuhan.
- Mengusulkan sekolah untuk mengatur kegiatan dan membuat platform untuk meningkatkan kolaborasi dengan perusahaan digital dan meminta perusahaan digital untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan digital abad ke-21 bagi siswa dan guru.
- Menyadari tanggung jawab orang tua dan wali untuk mendukung, membimbing, dan mengawasi anak-anak mereka ketika anak-anak menggunakan internet dan untuk melindungi mereka dari potensi risiko dan bahaya.
- Meminta pemerintah untuk menyediakan regulasi tentang kurikulum literasi digital di semua jenjang pendidikan terkait penegakan hukum dan perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi dan penyalahgunaan online. Meminta pemerintah untuk membuat hotline yang aman dan dapat diakses untuk melaporkan eksploitasi dan pelecehan online kepada anak-anak.
- Mendorong pemerintah untuk memberikan peningkatan kapasitas bagi semua aktor dan pemangku kepentingan terkait keamanan digital, dengan tetap memperhatikan keselamatan dan keamanan digital bagi semua anak.
- Mengusulkan kepada Lembaga Swadaya Masyarakat untuk menciptakan kemitraan yang lebih strategis dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengadvokasi, menyebarluaskan, dan mengkampanyekan keselamatan dan keamanan digital untuk semua anak dan untuk menawarkan dukungan bagi korban penyalahgunaan dan eksploitasi online.
- Mendesak perusahaan swasta untuk memastikan keamanan digital dengan memperkuat sistem perlindungan anak dan mempekerjakan pakar digital dengan memberikan upah dan remunerasi yang layak.
- Menekankan pentingnya bagi perusahaan untuk mengedukasi pelanggan dengan memberikan informasi yang ramah pengguna dan detail yang memadai terkait keamanan digital mereka.
- Mendesak orang tua dan wali untuk berkomitmen dalam pengasuhan yang baik dan memperhatikan kebutuhan belajar dan perkembangan anak-anaknya. Selain itu, mengimbau para orang tua untuk memelihara dan menjaga komunikasi dan interaksi yang sehat dengan anak-anaknya, serta mengikuti program pengasuhan digital terkait keamanan dan keselamatan digital.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey mengucapkan terima kasih yang begitu mendalam kepada seluruh perwakinan anak FAD dan delegasi Forum Anak ASEAN yang hadir dan merayakan puncak HAS 2022 bersama-sama di Manado. Olly mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memaknai peringatan HAS dalam memperkokoh dan memperkuat komitmen serta meningkatkan sinergi sehingga setiap individu dapat bersama-sama melanjutkan upaya perlindungan anak dan mendorong partisipasi anak melalui hak-hak anak.
“Dalam momentum HAS 2022 ini menjadi langkah awal untuk menyeragamkan keserasian untuk menata masa depan anak-anak yang penuh dengan tantangan. Mari kita terus tingkatkan partisipasi dan peran kita dalam melindungi dan memerangi segala kekerasan terhadap anak yang merenggut hak-hak anak, seperti perkawinan anak. Selain itu, kita juga perlu meningkatkan peran keluarga dalam pengasuhan sebagai upaya yang berimplikasi terhadap tumbuh kembang anak,” ungkap Olly.
Dalam Peringatan HAS 2022, Menteri PPPA meluncurkan program Rumah Ibadah Ramah Anak (RIRA) yang implementasinya akan dilakukan secara bertahap di seluruh Indonesia. RIRA adalah rumah ibadah dengan sistem pelayanan yang holistik, menjamin pemenuhan hak anak, termasuk melindungi anak dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, kerentanan, dan diskriminasi dengan melibatkan berbagai pihak dalam lingkup pelaksanaan program dan kegiatan yang responsif anak.
“RIRA bukanlah program untuk membangun rumah ibadah baru, melainkan memanfaatkan rumah ibadah yang sudah ada untuk pemenuhan hak anak dengan memanfaatkan waktu luang dalam bentuk kegiatan positif, inovatif, dan kreatif, terintegrasi dengan kegiatan rumah ibadah sekaligus mendekatkan anak dengan agamanya,” tutup Menteri PPPA.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar