Schoolmedia News Jakarta ----- Pandemi Corona menjadi pengingat soal pentingnya peran literasi. Literasi dibutuhkan tiap individu untuk mengembangkan kemampuannya dalam memilih kualitas hidup. Literasi merupakan bagian yang terintegrasi dari pendidikan dan proses belajar seumur hidup.
Demikian dikatakan Mendikbudristek Nadiem Makarim dalam sambutan peringatan Hari Aksara Internasional ke 56 yang mengiatkan betapa pentingnya kecermatan literasi dimasa pandemi ini untuk menghindari risiko negatif yang mungkin terjadi pada era digital.
"Dari hari ke hari baik disadari atau tidak dunia bergerak dan berubah semakin cepat. Semua dimungkinkan karena teknologi pada satu sisi bisa meningkatkan efektivitas pekerjaan, tapi di sisi lain ada risiko negatif. Terutama jika tidak diimbangi dengan kecermatan," ungkapnya saat memberi sambutan webinar peringatan HAI Nasional yang disiarkan di youTube Kemdikbudristek RI, Rabu (8/9).
Risiko negatif yang dimaksud contohnya adalah hoaks dan kekerasan berbasis online. Dalam hal ini, anak-anak sekolah dikatakan Nadiem sangat rentan dengan dampak jangka panjang yang tinggi.
Maka dari itu, untuk menghadapi teknologi yang akan terus berkembang dan tidak bisa dibendung di masa depan, diperlukan cara untuk menyeimbangkan antara kecepatan dan kecermatan.
"Cara untuk menyeimbangkan antara kecepatan dan kecermatan yaitu dengan meningkatkan literasi digital. Khususnya untuk anak-anak pendidikan usia dini, sekolah dasar, dan sekolah menengah," tutur Nadiem.
Lebih lanjut Nadiem menerangkan, bahwa kemampuan berpikir kritis di tengah perkembangan teknologi yang begitu cepat juga sangat penting. Kemampuan berpikir kritis tersebut bisa dilakukan dalam pendidikan dengan cara menjadikan literasi sebagai kompetensi esensial dalam merdeka belajar.
"Sekarang capaian belajar anak anak indonesia tidak dinilai dari ketepatan hafalan tapi dari kemampuan mengolah informasi secara kritis. Kompetensi literasi akan menjadi aspek penilaian Asesmen Nasional (AN)," paparnya.
Meski kompetensi literasi menjadi aspek penilaian AN, namun AN bukanlah penentu bagi kelulusan siswa. Hal itu dikarenakan tujuan AN adalah sistem pemetaan untuk menemukan kekurangan kemampuan literasi pada peserta didik.
Dalam hal ini, sekolah dan guru perlu melakukan pendekatan khusus untuk meningkatkan literasi pada setiap peserta didik. "Tugas kita bersama untuk membekali anak-anak Indonesia kecerdasan literasi sehingga mereka akan menjadi generasi yang tangguh. Oleh karena itu mari kita bersama-sama mewujudkan merdeka belajar," tutupnya.
Penting Diperingati
Peringatan Hari Aksara Internasional terus dilakukan untuk menjaga kesadaran pentingnya melek huruf dalam masyarakat sehingga dapat terus memajukan agenda literasi menuju masyarakat yang lebih melek huruf dan berkelanjutan.
Tahun ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, (Kemendikbudristek) mengangkat tajuk 'Digital Literacy for Indonesia Recovery' dalam peringatan Hari Aksara Internasional ke-56. Kemendikbudristek berharap program pendidikan keaksaraan dapat menjadi lebih adaptif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
"Khususnya berkenaan dengan pergeseran paradigma pembelajaran," ujar Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (PAUD Dikdasmen) Jumeri.
Senada dengan tema Hari Aksara Internasional 2021 yaitu “Literacy for a human-centered recovery: Narrowing the digital divide”. Tema ini diangkat di tengah krisis Covid-19 yang telah mengganggu pembelajaran anak-anak, remaja, dan orang dewasa dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hambatan ini tentu kian memperbesar ketidaksetaraan yang sudah ada sebelumnya dalam akses ke peluang pembelajaran keaksaraan yang bermakna. Sekira 773 juta orang muda dan orang dewasa di dunia tidak melek huruf.
Hari Aksara Internasional juga mendorong komitmen serta mengajak seluruh masyarakat dunia untuk peduli terhadap penuntasan buta aksara.
Masyarakat Pembelajar
Sementara itu, Direktur Pendidikan Masyarakat Dan Pendidikan Khusus Dr Samto mengatakan masyarakat pembelajar adalah pemegang kunci kemajuan bangsa. Salah satu syarat utama pembentukan masyarakat pembelajar adalah masyarakat yang gemar membaca. Tingkat literasi berkorelasi positif terhadap ekonomi dan kesejahteraan. Akses dan penguasaan ilmu pengetahuan, menjadi modal bagi seseorang untuk lebih berdaya dalam meningkatkan kualitas hidup.
Tahun 2015 lalu, ujarnya Forum Ekonomi Dunia, menyebutkan setiap bangsa wajib menguasai keterampilan abad 21. Keterampilan tersebut meliputi literasi dasar, kompetensi dan karakter. Literasi dasar meliputi enam komponen yaitu, literasi baca tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi teknologi informasi dan komunikasi, literasi keuangan serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Dengan menguasai keterampilan abad 21, masyarakat diharapkan mampu mengimbangi laju perubahan abad 21.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melakukan sejumlah gerakan literasi secara masif, baik di tingkat pusat maupun daerah. Gerakan itu di antaranya, Gerakan Indonesia Membaca, Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Keluarga, dan Gerakan Literasi Masyarakat yang secara aktif memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Dari Aceh hingga Papua, dari pelosok desa hingga kota-kota besar, masyarakat, maupun individu-individu secara sukarela menjadi relawan dan pegiat literasi. Baik itu tokoh masyarakat, tokoh agama, selebritas, penulis, serta elemen masyarakat lain dari beragam latar belakang ilmu dan masyarakat. Dan ini terbukti, UNESCO mengapresiasi kerja keras pegiat literasi sehingga saat ini angka buta Aksara tinggal 1,37 persen. Selamat hari Aksara," ujarnya.
Penulis Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar