Schoolmedia News Jakarta - Anak merupakan salah satu aset utama bagi suatu negara untuk mempersiapkan generasi penerus bangsanya. Anak merupakan anugerah sekaligus amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dalam tumbuh kembangnya secara baik dan berkualitas. Peran orang tua atau keluarga merupakan pondasi utama dalam membentuk karakter anak yang baik dan berkualitas.
Anak yang berkualitas bermula dari pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang baik, atau bahkan bila di telusur lebih jauh adalah bermula dari Remaja yang sehat sebagai calon orang tua yang akan melahirkan anak yang sehat pula.
Permasalahan gizi saat ini di Indonesia yang paling menonjol adalah Stunting. Karena itu salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
Permasalahan gizi saat ini di Indonesia yang paling menonjol adalah Stunting. Karena itu salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Berbagai intervensi telah dilakukan oleh Pemerintah bekerjasama dengan berbagai sektor untuk menurunkan prevalensi stunting. Data menunjukan Proporsi stunting atau balita pendek karena kurang gizi kronik turun dari 37,2% (riskesdas 2013), menjadi 30,8% pada riskesdas 2018.
Melalui berbagai intervensi baik yang bersifat spesifik yaitu kerangka kegiatan intervensi gizi yang ditujukan kepada anak dalam 1000 HPK yang umumnya dilakukan pada sektor kesehatan yang bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek, maupun intervensi sensitive yaitu Intervensi yang dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan yang dapat berkontribusi pada penurunan stunting, angka prevalensi stunting berhasil turun menjadi 27,67% berdasarkan Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) tahun 2019. Upaya ini tentunya harus berkelanjutan agar dapat dipastikan bahwa Indonesia bisa mencapai prevalensi stunting 14% sebagaimana ditargetkan Presiden RI tahun 2024.
Kepala BKKBN Dr.(H.C.), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menjelaskan, “Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Pola asuh yang diberikan orangtua kepada anak-anak sangat berkaitan erat dengan kualitas anak-anak dalam tumbuh kembangnya."
Dikatakan ada tiga)kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi dalam mendidik karakter anak. Asih merupakan kasih sayang dari orang tua. Ini merupakan faktor penting dalam tumbuh kembang anak dan pengembangan karakternya, kaena hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan mengurangi gangguan mental emosional anak. Asuh atau pengasuhan antara lain meliputi, pemberian nutrisi yang cukup, tempat bermain yang memadai, perawatan saat sakit, lingkungan yang sehat dan baik.
"Sementara itu, untuk menjadikan anak kreatif aspek asahlah yang berperan. Asah meliputi pendidikan non formal dan formal termasuk stimulasi, olah raga dan lain-lain,” jelas dokter Hasto.
Konvensi Perempuan Indonesia dengan tema “Ibu Sehat, Generasi Sehat, Indonesia Maju Tanpa Stunting” ini merupakan pengembangan dari kegiatan Kartini Milenial Award (KMA) mendukung program penurunan stunting yang dikampanyekan pemerintah.
Presiden RI telah menginstruksikan bahwa fokus pembangungan tahun 2020-2024 adalah pembangunan Sumber Daya Manusia termasuk anak usia dini. Dengan begitu tumbuh kembang anak-anak sejak kandungan sampai memasuki masa emas, sudah sepatutnya menjadi perhatian kita semua. Salah satu isu tumbuh kembang anak usia dini yang menjadi tantangan besar bangsa kita adalah stunting. _Leading sector_ dari penyelesaian isu stunting adalah BKKBN, namun tentunya seluruh Kementerian Lembaga termasuk kami bersama-sama harus membantu perwujudan hal tersebut,” ujar Menteri Bintang Puspayoga.
Dikatakan penurunan angka stunting dinyatakan sebagai program prioritas nasional. Arahan Presiden RI pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), untuk menyelesaikan lima isu prioritas karena menyadari pentingnya pengasuhan demi menjamin tumbuh kembang anak yang berkualitas, salah satu isu prioritas tersebut adalah peningkatan peran ibu dalam pengasuhan anak, meskipun demikian hal tersebut tidak boleh diartikan tugas pengasuhan hanya dibebankan pada ibu, namun menjadi tugas bersama antara Ibu dan ayah.
"Demi pemenuhan gizi yang tepat, serta pemenuhan hak untuk menekan angka stunting di Indonesia, untuk mendidik dan menumbuhkan generasi sehat diperlukan ibu dan ayah yang cerdas,” tegas Menteri Bintang.
Kepala BKKBN mengatakan, BKKBN mengemban tugas yang tidak ringan untuk mewujudkan target penurunan angka stunting menjadi 14% di tahun 2024 demi mewujudkan Indonesia Emas. Syarat mutlak agar dapat memetik bonus demografi kemudian bonus demografi bisa ditransformasikan menjadi bonus kesejahteraan adalah ketika remaja-remaja bisa sukses, yaitu bisa sekolah, tidak menikah di usia muda, memiliki pekerjaan dan masa depan yang baik sehingga tidak ada angka kematian ibu yang banyak, angka kematian bayi yang banyak, inilah pentingnya untuk dapat memetik bonus demografi.
“Masa pandemi menjadi tantangan yang luar biasa, angka stunting diprediksi para ahli bisa naik. Sehingga BKKBN tidak bisa bekerja sendiri, harus bahu membahu semua Kementerian, Lembaga, sampai masyarakat dan bantuan media untuk bisa merubah pola pikir masyarakat dalam pencegahan stunting pun sangat diperlukan” ujarnya.
Pre Konsepsi pun menjadi sangat penting untuk dipersiapkan, yaitu penyiapan calon Ibu sebelum menikah, dengan pemeriksaan HB, tinggi badan lingkar lengan atas, sehingga dapat diketahui apakah calon ibu ini siap hamil dan menjadi Ibu atau belum siap hamil. Konsep 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi penting juga, karena pembentukan organ dan pencegahan stunting pun dimulai dari awal kehamilan. Mari manfaatkan kesempatan itu untuk mencetak generasi emas, generasi yang unggul. Ibu yang sehat akan melahirkan generasi yang hebat untuk Indonesia maju, tambah dr. Hasto.
Hadir dalam kegiatan ini Ketua TP PKK Sumsel Hj Febrita Lustia Herman Deru, Direktur Governor Internasional District 3410 Raziana Wiguna, Penasihat Strategis Bidang Kesetaraan Gender, Inklusi sosial dan partisipasi masyarakat sipil, Endah Trista Agustiana, CEO Tribun Network Dahlan Dahi, serta moderator Head of Newsroom Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post Hj L Weny Ramdiastuti.
Penulis : Eko Schoolmedia
Tinggalkan Komentar