Ilustrasi kreativitas dalam mengajar, Foto: Pixabay
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga (Dirjen GTK) Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Supriano mengatakan proses pembelajaran di kelas harus dibenahi agar bisa menciptakan kelas yang menyenangkan.
"Saat ini kita fokus pada peningkatan proses pembelajaran, bagaimana meningkatkan kompetensi pembelajaran di kelas. Jadi prosesnya bukan konten atau materi pembelajarannya," ujar Supriano saat membuka program Innovative Schools Programme (ISP) di Jakarta, Sabtu, 9 Februari 2019.
Menurut Supriano, untuk konten atau materi pembelajaran guru-guru Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Tetapi yang masih menjadi kendala adalah bagaimana prosesnya sehingga menjadikan kelas menyenangkan, siswa berpatisipasi aktif, dan siswa mampu mengungkapkan keinginannya.
Perbaikan proses pembelajaran tersebut, kata Supriano, dilakukan melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan juga sistem zonasi. Untuk persentase peningkatan proses pembelajaran terdiri dari 70 persen pedagogik dan 30 persen konten atau materi pelajaran.
"Jika proses pembelajaran sudah baik, maka akan menghasilkan mutu yang baik pula," kata Supriano.
Supriano menyambut baik ISP yang diinisiasi oleh sejumlah sekolah Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK), di antaranya yakni Jakarta Intercultural School (JIS) bersama Yayasan Emmanuel, dan Mentari Intercultural School Jakarta.
Dengan metode modern, kata Supriano, para pengajar dari sekolah SPK dapat berbagi pengetahuan internasional mereka tentang cara dan praktik mengajar yang menarik sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Terkait hal ini, Community Educational Outreach Coordinator JIS, Greg Zolkowski mengatakan, ISP mendorong para guru agar melibatkan para murid selama proses tersebut. Mereka, kata Greg, harus melakukan pendekatan dengan berbagai pertanyaan sehingga partisipasi siswa lebih tinggi.
Greg menjelaskan bagi pihaknya pengetahuan tidak statis berada dalam kotak tertutup saja. Tetapi, pengetahuan bisa diperoleh dari banyak arah dalam kelompok.
Selama program ISP, para guru dari berbagai sekolah negeri tersebut harus mengikuti workshop yang dipandu oleh 60 pengajar JIS dalam 10 pertemuan. Topiknya, di antaranya antara lain manajemen kelas, mengembangkan keterampilan berpikir yang lebih tinggi, strategi pengajaran yang inovatif, dan belajar lewat permainan
Tinggalkan Komentar